Hallo!!
Ngaret banget ya? Iya tauuu. Sorry.
Netijen said : Basi ah alesan mulu!
Lagi buntu dan susah banget dapetin feelnya nih, terlanjur dibuat senang tapi mau tetep berusaha propesional kayak -- hemm 🤔Btw semoga sukak yaaa
Hari ini Iqbaal benar-benar pergi ke Melbourne. Kalau kalian pikir akan ada adegan seperti di film-film yang pernah kalian tonton, dimana si pemeran yang ditinggalkan akan menyusulnya ke bandara lalu berlari tanpa peduli keadaan sekitar seperti orang gila, lalu menahan orang itu agar mengurungkan niatnya untuk pergi, maka akan aku bantah sekarang juga karena aku tidak melakukannya dan aku harap kalian tidak kecewa denganku, karena rasa kecewa itu sudah ku wakilkan untuk diriku sendiri.
Ada beberapa hal yang akhirnya harus aku simpan sendiri, bukan karena aku adalah orang yang kuat dalam menyimpan perasaan. Tapi untuk saat ini aku hanya ingin memenangkan logikaku kembali, karena senadainyapun aku bersikeras untuk mendahulukan perasaanku sekarang, rasanya aku belum siap dengan berbagai kemungkinan yang nantinya akan terjadi.
Kalian tau bagaimana rasanya menyayangi dua orang dalam satu waktu? Dua orang yang berbeda tapi mempunyai takdir yang sama. Rasanya jahat kalau aku nekat untuk merusak takdir yang sudah semesta buat sedemikian rupa.
Ditempat ini dibalik jendela kamarku akhirnya aku melepaskan apa yang seharusnya aku lepaskan-- menurutku, saat ini.
Mobil hitam itu kini membawanya pergi. Jauh dan semakin jauh, membawanya pergi bahkan tidak hanya raganya tapi perasaanku pun ikut terbawa olehnya. Ternyata melihatnya benar-benar pergi tidaklah mudah dan aku salah menilai diriku sendiri bahwa nyatanya hatiku masih selemah itu.
***
"Sha, kamu yakin gak mau ikut ke bandara?" Tanya Mamaku untuk kesekian kalinya.
"Iya Ma, Sha gak ikut ya. Sha capek banget, ngantuk. Salam untuk Bunda." Jawabku yang masih membenamkan seluruh wajahku di bawah selimut dengan suara parau khas orang bangun tidur yang nyatanya semalaman aku tidak bisa tidur dan berakhir dengan menangis.
"Yauda Mama tinggal ya Sha."
"Hem"
Terdengar suara pintu yang tertutup dari luar, membuatku menarik nafas dalam-dalam. "Gue harap lo akan baik-baik aja disana Baal. Seperti gue yang akan berusaha untuk baik-baik aja disini" Gumamku dalam hati.
Setelah melihat kepergian Iqbaal di balik jendela kamarku, kini aku kembali berakhir di tempat tidur memeluk guling kesayanganku berharap aku bisa kembali ke alam mimpi yang sebenarnya belum aku jumpai semalam.
Baru beberapa menit yang lalu aku mencoba untuk tidur tapi ponselku tiba-tiba berbunyi.
Drrrrttt.. drrrrttt..
Yoriko is calling
Tanganku meraba nakas di samping tempat tidur mencari keberadaan ponsel yang terus menyala-nyala, aku menerima tlp itu tanpa melihat siapa yang menelpon, terdengar dari suaranya, aku tau bahwa itu Yori. Sahabatku. Sahabat yang jauh lebih mengenal aku dari pada diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monarch
Teen Fiction🏅 #1 idr (22 juli 2020) 🏅 #3 vp (22 juli 2020) "Heran deh mama tuh sama kalian berdua. Kalau deketan kerjaannya berantem mulu. Tapi kalau lagi jauhan mulai deh ngerengek rengek bilang kangen," "Dih aku gak gitu ma!." Jawab Iqbaal dan Shasa berbar...