🏅 #1 idr (22 juli 2020)
🏅 #3 vp (22 juli 2020)
"Heran deh mama tuh sama kalian berdua. Kalau deketan kerjaannya berantem mulu. Tapi kalau lagi jauhan mulai deh ngerengek rengek bilang kangen,"
"Dih aku gak gitu ma!." Jawab Iqbaal dan Shasa berbar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
POV Iqbaal
10 tahun ternyata bukan waktu yang sebentar. Iya, tidak sebentar. Perasaan ini rasanya tumbuh semakin banyak, ibarat tanah lapang mungkin sekarang sudah menjadi hutan lebat, tidak bisa dicegah apa lagi ditolak.
Perasaan yang sengaja disimpan baik-baik untuk ku nikmati sendiri, pengecut memang. Kalah sebelum bertanding, menyerah bahkan sebelum memulai.
Aku hanya tidak ingin menghancurkan yang sudah ada, membuat keadaan yang semula baik-baik saja lalu tiba-tiba menjadi asing.
Aku bahkan masih ingat dia selalu memperingatiku untuk selalu disisinya sebagai sahabat, jadi yang aku lakukan sekarang sekedar untuk menepati janji yang sialnya telah aku buat sendiri. Tetap menjadi sahabatnya untuk selalu bisa bersamanya.
🌸🌸🌸
POV Vanesha
Aku tahu akhirnya akan selalu seperti ini, dia selalu bisa membuatku senang sekaligus sedih di waktu yang bersamaan.
Dia Iqbaal Diafakhri Ramadhan yang selalu bisa membuatku seperti melayang saat berada didekatnya tapi seketika juga dijatuhkan tanpa permisi karena kenyataan yang ada.
Aku benar-benar merasa dua kali lipat lebih bodoh sekarang, karena pernyataan konyolnya yang membuatku salah paham dalam mengartikan kata sayang yang dia ucapkan.
Tertipu dengan tatapan matanya saat dia bicara begitu dekat denganku bahkan aku sampai lupa untuk bernafas kalau saja kata terakhir "tetap kayak gini ya Sha, tetap jadi sahabat terbaik gue" tidak terucap dari bibirnya.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan hatiku saat ini. Kalau saja ia tampak nyata dihadapanmu sekarang, mungkin kata kasihan atau kaliamat-kalimat menyedihkan akan mudah sekali meluncur dari bibirmu saat melihatnya hancur berkeping-keping.
Tapi sekali lagi tidak ada yang bisa disalahkan disini, karena perasaan seseorang tidak bisa diatur. Bahkan akupun tidak bisa mengatur perasaanku sendiri, jadi bagaimana mungkin aku mengatur perasaan orang lain untuk menyimpan perasaan yang sama.
Tidak ada kata yang mampu keluar dari bibirku setelah mendengarnya bicara, hanya seulas senyum tipis yang aku tampilkan diwajahku.
🌸🌸🌸
Setelah seharian menghabiskan waktu bersama Iqbaal dengan perasaan yang campur aduk, akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuh dan pikiranku yang sudah kacau akibat permintaan Iqbaal yang rasanya ingin aku tolak mentah-mentah, karena bukan itu yang aku inginkan.
Tapi sialnya aku tidak punya cukup nyali untuk menolak atau bahkan mengungkapkan apa yang aku mau dan aku rasakan.
Malam ini aku menginap di rumah Iqbaal karena Mama dan Ka Epi pergi ke Jakarta dan menginap di sana, aku tidak tahu apa yang harus mereka urus disana, sedangkan Papa masih diluar kota karena pekerjaannya.