14

1.2K 98 15
                                    

Part ini di dedikasikan untuk semua yang menunggu cerita receh ini. Kalau gak ada yang nunggu juga gpp.
Maaf ya lama :(
Tugas WFH lagi banyak banget :(
(curcol dikit ahaha) 


Iqbaal Shasa balik lagi nih! Udah kangen belum? 🤔🤔🤔





Btw stay safe and healthy semuanya!!
Kalo gak penting penting banget mending #dirumahaja sambil ditemenin Iqbaal dan Shasa disini ehehe







Happy Reading!❤

Hari ini aku sudah bersiap untuk berangkat sekolah, turun melewati tangga menuju meja makan dengan sedikit menyeret kakiku yang masih diperban akibat jatuh kemarin dan karena kejadian itu sekarang aku berjalan dengan bantuan 1 tongkat disebelah kananku.

Mama dan papa sudah ada di meja makan. Mama menyiapkan sarapan untuk Papa yang sebentar lagi akan berangkat kerja, menuang orange juice ke dalam gelas lalu menaruhnya di dekat Papa.

“Pagi Ma, Pa.” Sapaku saat sudah dekat dengan mereka.

Papa melirik Shasa sambil meminum orange juice yang disiapkan Mama “Lho Sha, kamu sekolah hari ini?”

“Lah emang ini hari libur pa?” tanya Shasa.

“Ya, Enggak. Emg kaki kamu udah mendingan?

“Iya Sha kaki kamu kan masih sakit.” Tambah Mama.

“Shasa udah gpp ko Ma, Pa.” Jawab Shasa sambil tersenyum.

“Beneran? Papa gak mau ya kalau kamu tambah sakit” tanya Papa meyakinkan.

“Iya Pa, Sha gpp.”

“Assalamualaikum..”

“Waalaikumsalam..” Jawab Papa, Mama dan Shasa bersamaan.

Iqbaal menghampiri Papa dan Mama lalu bersalaman mencium tangan kedua orang tua Shasa yang di sambut dengan baik oleh Papa dan Mama.
“Pagi Pa, Ma” Sapa Iqbaal.

“Pagi baay, kamu udah sarapan? sini sarapan bareng.” Ajak Mama Ida.

Deg... aku menundukkan kepala saat Iqbaal menatap tepat dimataku  berpura-pura sibuk dengan ponsel ditangan ku. Setelah kebodohan yang aku lakukan semalam membuatku merutuki diriku sendiri. Setan mana yang meracuni pikiranku hingga aku berani mengucapkannya. Bagaimana jika Iqbaal benar-benar mendengar apa yang aku ucapkan. ya walaupun kecil kemungkinannya tapi kemungkinan itu tetap saja ada bukan? Bagaimana jika setelah ini Iqbaal akan menjauhiku atau memecatku dari daftar sahabatnya. Batinku.

“Lo sekolah hari ini Sha?” Iqbaal sudah duduk tepat didepanku, aku masih bisa melihat gerak geriknya walau tidak menatap secara langsung dan aku rasa dia masih memperhatikanku.

Aku melihatnya sekilas lalu kembali menyibukkan diri. “iya” jawabku singkat.

“Kaki lo udah baikkan?” tanyanya lagi.

“Udah.”

Mama dan Papa hanya memperhatikan kami berdua mungkin juga sedikit bingung melihat tingkah Shasa yang begitu irit bicara apalagi lawan bicaranya Iqbaal.
“Kamu bawa apa Baay?” tanya Mama Ida memcahkan keheningan.

“Oh iya, hampir aja lupa. Ini bubur ayam buat Shasa.”

“Yaapun repot-repot segala. Yauda Sha kamu makan bubur aja ya.” Mama meyerahkan bubur ayam yang Iqbaal bawa kepadaku. Aku mengambilnya dan tersenyum kecil ke arah Iqbaal.

Monarch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang