Cerita ini mengandung unsur-unsur kekerasan namun tidak bermaksud untuk memprovokasi. Pembaca diharapkan bijak dalam membaca. Jangan pernah meniru ataupun mencoba menerapkan kejadian-kejadian dan hal-hal buruk dalam cerita ini.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Namjoon memasuki ruangan kerja sang ayah, masih dengan wajah datarnya meski rasa takut masih terbesit dalam hati kecilnya.
Sang ayah bangkit dari kursi kebesarannya, membuat tubuh Namjoon sedikit tersentak.
Kayu rotan dimainkan pria paruh baya itu, "Pukul 9 malam, bagaimana belajarmu Joonie?" Usapan lembut mendarat di pucuk kepala Namjoon, dan si empunya merutuki tubuhnya yang masih saja meremang padahal sudah ia persiapkan untuk tak gentar sedikitpun.
Bats!
Bunyi rotan yang di pecutkan ke udara, kali ini tak terlalu mengagetkan tubuh Namjoon.
Bats!
Kali ini betis Namjoon menjadi sasaran, untungnya Namjoon mengenakan celana panjang, setidaknya tidak akan sesakit ketika yang berkenaan dengan rotan itu adalah kulitmu sendiri.
Bats!
Lagi, kali ini mengenai lengan Namjoon.
"Aku kecewa padamu,"
Bats!
"M-Maaf,"
"Sial! Apa gunanya meminta maaf, bodoh!" Namjoon merutuki tubuhnya yang bertingkah tak sesuai perintahnya.
"Diamlah! Dan semuanya akan berakhir saat kau tak menyadarinya," Dia terus merapalkan kalimat itu dalam hatinya ketika mulutnya lagi-lagi terbuka, baik akan mengucapkan sesuatu ataupun sekedar meringis sakit.
Bats!
Kibasan rotan yang ke sekian, "Masuk ke dalam kamarmu dan langsung tidur!"
Namjoon membalikkan tubuhnya, melaksanakan perintah sang ayah.
Ya, memang dia butuh istirahat.
Namjoon memilih membersihkan kembali tubuhnya, dia dapat merasakan darah yang mengalir dari luka di punggung maupun kaki juga lengannya.
Lagi, Namjoon memilih air dingin, berharap suhu dingin itu juga akan mendinginkan kepala dan hatinya.
"Kenapa? Bahkan Abeoji tak menanyakan alasanku?"
"Kenapa aku tak dibiarkan menjelaskan?"
Namjoon membenturkan kepalanya sendiri ke dinding toilet, shower masih mengucur di atas kepalanya, menyamarkan butiran asin yang mungkin keluar dari matanya, "Bodoh! Namjoon bodoh! Dia kecewa! Kau mengecewakannya lagi! Tak becus! Mati saja sana!"
Namjoon menghela napas, "Dia kecewa, masih kau tanya kenapa dia tak menanyakan argumenmu? Memangnya Abeoji pernah menanyakan argumenmu?! Tak pernah! Bodoh! Namjoon bodoh!"
•••
"Woy! Tangkep!"
Bugh!
Namjoon menatap nyalang pada orang yang ia tahu sengaja melemparkan bola basket itu ke kepalanya, Kim Taehyung.
Ini memang jam olahraga, tapi gurunya bilang hari ini pembelajaran dibebaskan, jadi Namjoon memilih membaca buku novel di pinggir lapang dengan seragam biasanya dari pada bergabung berkeringat di tengah lapangan.
Namjoon menendang bola basket itu untuk mengembalikannya ke tengah permainan.
Menghasilkan decak kagum dari para gadis sekelasnya yang sebagian besar memang sedari tadi lebih memilih memperhatikan dirinya dari pada permainan basket di lapangan.
Tiba-tiba seorang siswa duduk di sebelahnya, Namjoon dapat merasakan orang itu tengah berusaha mengetahui apa yang Namjoon baca.
"Auhh! Buku bacaanmu berat sekali," Ucap siswa itu sembari memijat pelipisnya.
"Aku Jeon Jungkook, kita belum berkenalan secara resmi 'kan?" Siswa yang ternyata bernama Jeon Jungkook itu mengulurkan jabatan tangan yang menghalangi Namjoon untuk terus membaca bukunya.
Namjoon menatap nyalang pada Si Jeon, membuat tangan yang sudah terulur kembali ditarik si empunya dan beralih ke tengkuknya dengan kekehan yang sedikit canggung.
"Aku duduk di bangku sebelah kirimu by the way," Jungkook masih menatap antusias pada Namjoon yang lebih memilih menatap deretan huruf di buku bacaannya.
"Apa maumu Jeon?" Ucap Namjoon tanpa mengalihkan pandangannya dari bacaannya.
"Aku? Tentu saja jalinan pertemanan, pertemanan yang istimewa,"
Sorot mata Namjoon berhenti di kata 'teman' paragraf ketiga halaman bacaannya.
Dia sudah lama tak mendengar kata itu, 'Teman'.
Namjoon mendelik pada Si Jeon yang menatapnya penuh harap dengan kedua bola mata yang membulat.
Namjoon mengulurkan tangannya, "Teman,"
Jungkook terlihat girang, dia menyambut tangan Namjoon, "Teman! Yeay!!!" Kedua lengannya terangkat ke atas dengan energi penuh seolah ia mendapat ranking pertama di kelas.
Namjoon mendapat seseorang yang mungkin akan menjadi 'teman' nya yang sesungguhnya setelah kurang lebih sebulan berkecimpung di sekolah seorang diri.
Dan dia harap mereka akan menjadi 'teman' dengan ikatan kuat.
•••
Bersambung?_?
•••
![](https://img.wattpad.com/cover/204015531-288-k793609.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
La Sensibilità ✔
FanfictionAlexithymia, ketidakmampuan untuk mengenali dan menyampaikan emosi. Ada banyak faktor yang memungkinkannya, faktor keturunan, kecelakaan, atau bahkan trauma. ~~~~~~~ Rating: 16+ Genre : Fan Fiction, Drama, Bromance, Brothership Desclaimer: terdapat...