Part 16

257 46 2
                                    

Cerita ini mengandung unsur-unsur kekerasan namun tidak bermaksud untuk memprovokasi. Pembaca diharapkan bijak dalam membaca. Jangan pernah meniru ataupun mencoba menerapkan kejadian-kejadian dan hal-hal buruk dalam cerita ini.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Jimin memencet tombol itu sehingga sebuah mata pisau keluar dari tempat persembunyiannya, "Aku masih percaya bahwa tak ada yang dapat mengalahkan kecepatan pisau Namjoon-a, bagaimana denganmu?" Jimin melangkah angkuh mendekat ke hadapan Namjoon.

"Poin kita masih 5:5 'kan? Aku gak mau hasil seri, jadi, ayo kita selesaikan sekarang, kalau kau menang, kau boleh bawa temanmu yang sok jagoan itu dan-,"

"Skor kita seri," Jimin meregangkan tubuhnya, sebagai pemanasan sebelum berkelahi dengan musuh terbesarnya mungkin?

"Kalau aku menang, ayo kita tambah malam si sok jagoan itu di rumah sakit," Tatapan itu benar-benar penuh ambisi, apa sebegitu susahnya mengalahkan Namjoon si kutu buku?

Sedangkan Namjoon masih bergelut dengan pikirannya, apa dia benar-benar harus melakukan ini?

Perkelahian ini bagai pintu masuknya untuk kembali ke masa lalunya, apa Namjoon benar-benar siap atas segala konsekuensinya?

Apa dia akan memperlihatkan kemampuannya setelah susah payah menimbunnya dan rela terus-terusan dijadikan samsak?

"U-hhuk uhhukk! A-Arrghh,"

Suara Jungkook yang kesakitan membuat Namjoon sempat kehilangan fokus, dan Jimin memanfaatkan hal itu.

Sreet! Sreet!

Darah mulai merembes berlomba-lomba mengalir keluar dari luka baru di lengan kiri bagian atas dan paha kanan Namjoon. Luka gores yang Jimin torehkan cukup dalam.

"Fokuslah pada lawanmu Namjoon-a," Jimin terlihat begitu bangga melihat darah Namjoon yang mulai mengucur.

Jimin kembali menyerang, mengarahkan mata tajam pisau lipatnya pada abdomen kiri Namjoon. Untungnya Namjoon dengan cepat menangkapnya meski telapak tangan kanannya harus terluka juga, lagi pula dia tak perduli, Namjoon tak merasa kalau itu sakit, pikirannya terlalu berbelit untuk dapat berpikir kalau itu seharusnya dia merasakan sakit.

Namjoon memelintir pergelangan tangan Jimin dan dia berhasil menjatuhkan pisau lipat itu dari genggaman Jimin, lalu menendang benda itu menjauh.

"Cih!" Jimin tentu tidak terima, bagaimana bisa belati itu lepas dari genggamannya karena si kutu buku yang berpakaian formal itu?!

Jimin kembali dengan kepalan tangannya. (Dengan jarinya yang imut-imuutt ituuu waaa! Oke, fokus! Fokus...! Back to the story)

Swuush!

Namjoon berhasil mengelak, dia balas melayangkan tinjunya.

Bugh! Bugh! Bugh! Bakk!

Namjoon meninju kedua sisi pipi Jimin, lalu dagunya, lalu dia mendorong tubuh itu hingga mendarat di tumpukkan sampah kering dan kayu-kayu bekas.

"Cuih!" Jimin bangkit, kembali berhadapan dengan Namjoon dengan sebalok kayu di tangannya.

Wuush!

Balok kayu itu melayang mengarah pada Namjoon. Di cepat-cepat memasang tangan kanannya sebagai tameng dadakan.

Brakk!

Dan tameng dadakan Namjoon nyatanya lebih kuat dari balok kayu itu.

Jimin meninjukan kepalan tangannya beberapa kali dan Namjoon juga selalu berhasil menangkis dan mengelak, orang biasa mungkin akan pusing dan sibuk menghitung berapa tangan yang dimiliki mereka berdua. (I hope you know what i mean)

La Sensibilità ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang