Cerita ini mengandung unsur-unsur kekerasan namun tidak bermaksud untuk memprovokasi. Pembaca diharapkan bijak dalam membaca. Jangan pernah meniru ataupun mencoba menerapkan kejadian-kejadian dan hal-hal buruk dalam cerita ini.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Namjoon terbangun di sebuah kotak yang pas untuk dirinya meringkuk, entah sejak kapan ia berada di sana. Perlahan air masuk melalui celah-celah dasar kotak itu.Di tengah kebingungan mencari jalan keluar, ia mendengar ketukan di kotak kaca tempatnya berada itu. Tuan Han berseringai dengan moncong pistol yang mengarah pada orang tersayangnya, orang tuanya satu satunya, Tuan Kim.
Namjoon memukul-mukul sisi kotak itu, namun air semakin cepat memenuhinya.
Pelatuk itu ditarik, tubuh Tuan Kim tergeletak. Namjoon semakin marah! Ia terus memukul-mukul tempat yang sama, ia panik, ia marah, ayahnya, ayahnya tak boleh mati begitu saja! Ia menginginkan ayahnya!!
Sayangnya Namjoon tak menyadari, kotak itu telah terisi penuh. Dan sudah terlambat untuk mengambil napas dalam-dalam. Bahkan napas terakhirnya hampir habis.
Namjoon tak peduli, dia masih melihat ayahnya, masih memukul-mukul sisi kotak itu dengan amarahnya. Hingga pandangannya pun mengabur ia tak sadarkan diri.
__________________________________
"Ssssstt tenanglah, tenang, kau sudah baik-baik saja,"
Namjoon mengerjap, napas dan detak jantungnya begitu tak terkendali. Butuh beberapa saat untuknya menyadari jika apa yang terjadi padanya hanyalah bunga tidur. Dan ketika itu pula ia menyadari bahwa, dia ada di dekapan Tuan Kim, ayahnya.
Ia tersentak, melepas dekapan Tuan Kim dan menjauh, memepetkan dirinya hingga ke ujung lain tempat duduk penumpang itu.
"Bagaimana- bisa-?,"
Tuan Kim tersenyum, "Aku memilihmu,"
"K-Kenapa?"
Tuan Kim menghela napas.
"K-Kenapa?! Setelah bertahun-tahun- kenapa Abeoji-,"
"Aku perlu mengatakan ini dulu," Tuan Han menatapnya dengan serius, "Kebenarannya adalah, dia memanglah ayah biologismu,"
Namjoon menatap tak mengerti.
"Dan ia orang suruhanku,"
"A-Apa maksudmu?"
"Katanya dia menyadari, di surat warisan itu, terdapat keterangan, jika kau belum menginjak usia yang telah ditentukan namun sayangnya kau telah tewas, harta tersebut jatuh ke tangan si penanggungjawab, aku,"
Tuan Kim tersenyum penuh kemenangan. Lalu perlahan senyuman itu luntur karena melihat perubahan ekspresi Namjoon. Namjoon yang tadinya terlihat heran dan ketakutan sekarang terkikik, tertawa begitu lepas.
"Bagaimana kalau ... si penanggung jawab yang tewas?"
Tuan Kim yang tadi melihat lurus ke depan karena ia memilih tak acuh pada Namjoon yang mendadak tertawa karena berpikir, "Dasar tak waras,", sontak kembali menengok ke arah Namjoon, namun yang ia lihat adalah moncong pistol, tepat di depan matanya.
Namjoon menghela napas, "Siapa yang mengajarkanmu untuk selengah ini Abeoji?" Namjoon merujuk pada kecerobohan Tuan Kim yang mengajaknya berbicara hanya berdua di dalam mobil, di jalanan yang sepi.
Seringai tercetak di wajahnya, ia terkekeh begitu puas lalu menghela napasnya, "Hahh... Kenapa kedua ayahku sama-sama bodoh?"
___________Flashback____________
![](https://img.wattpad.com/cover/204015531-288-k793609.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
La Sensibilità ✔
FanfictionAlexithymia, ketidakmampuan untuk mengenali dan menyampaikan emosi. Ada banyak faktor yang memungkinkannya, faktor keturunan, kecelakaan, atau bahkan trauma. ~~~~~~~ Rating: 16+ Genre : Fan Fiction, Drama, Bromance, Brothership Desclaimer: terdapat...