"Dalam surat itu kau akan memilikinya saat berumur 21 tahun nanti. Atau dapat menandatangani surat itu saat ini juga namun hartanya akan dipegang oleh seseorang yang kau percaya terlebih dahulu,"
Namjoon mengangguk mengerti, "Kau ingin harta itu?"
Tuan Han menggedikkan bahu, "Orang bodoh mana yang menyianyiakannya?"
"Akulah orang bodoh itu, mana sini suratnya,"
"What?!"
"Aku tinggal menandatanganinya 'kan?" Namjoon tahu pasti Si Tua Han ini sudah mengganti nama ayahnya menjadi namanya.
"What the fuc-?! Wait!" Tuan Han terlihat kesal sekali, sungguh.
Namjoon menatap heran pada Tuan Han. Pikirnya, "Orang ini maunya apa sih sebenarnya?"
"S-Semudah itu?!" Matanya melotot memerah.
Sementara Namjoon masih meladeninya dengan biasa saja. "Kau ingin aku sulitkan?"
Tuan Han bungkam, memijat pelipisnya memikirkan hal apa yang harus ia lakukan dalam situasi tidak terduga ini.
"Ck!" Tuan Han spontan mengambil satu pisau ukuran sedang, menancapkannya ke perut Namjoon, mencabutnya kembali, lalu membersihkan pisau itu.
Tuan Han menaruh pisau itu dengan apik lalu pergi dari san dengan langkah lebarnya.
Darah mulai mengucur ke luar, Namjoon dapat melihatnya, dia juga dapat merasakannya.
Namun anehnya dia malah tersenyum, "Luar biasa!"
"Berapa lama obat ini bekerja?"
Tiga orang pria masuk, dilihat dari penampilan dangerak-geriknya, dapat Namjoon ketahui salah satu dari mereka adalah seorang perawat.
"Aku harap tak sesingkat dugaanku, rasa ini, luar biasa!" Namjoon sangat excited, rasanya menyenangkan mengetahui ia bisa merasakan hal-hal yang lama menghilang di hidupnya. Si rasa sakit yang sudah benar-benar hampir terhapus dari ingatannya.
***
Tuan Kim menggebrak meja kerjanya, "Han sialan, berani-beraninya kau berurusan denganku!"
Tuan Kim marah besar. Miliknya dilukai, Tuan Kim tak tahu apakah itu karena Namjoon adalah anak sah nya yang sedari kecil ia lihat pertumbuhannya, atau hanya karena ia kehilangan 'mainan' nya.
Dia tak bisa berpikir jernih.
Tuan Kim memijat pelipisnya, memikirkan tindakan yang harus dia lakukan.
"Harta keluarga Go," Tuan Kim memilih fokus pada hal itu.
Demi wanitanya, dia harus mendapatkan hak wanitanya!
Tuan Kim tersentak, mengingat nama seseorang yang mungkin bisa berguna untuknya dalam kondisi ini. Saat terburu-buru pergi sembari mengambil mantelnya, Tuan Kim menyenggol sebuah figura foto di atas mejanya.
Figura tak berkaca karena sudah pernah jatuh dan kacanya pecah sebelumnya itu ia ambil. Tuan Kim duduk di kursi di depan meja kerja kantornya itu. Membongkar Figura itu dan mengambil lembaran foto di sana.
Dalam foto yang terlipat itu terdapat potret dirinya dan sang istri tercinta. Tuan Kim mengusap wajah sang istri, ia tersenyum.
Lalu dia membuka lipatan foto itu, ada Namjoon kecil yang tampak berpose berhore ria dengan tangan kanannya dan tangan kiri yang saling berpegangan tangan istrinya. Air mata menetes tanpa Tuan Kim sadari.
Anak kecil itu--
Padahal selama ini Tuan Kim tahu betul, mau seberapa banyak sanggahannya, tak akan menghapus fakta bahwa Namjoon adalah anaknya, setidaknya secara hukum. Tapi hati kecilnya tetap tak terima akan fakta itu.
Jika dipikirkan olehnya lagi, Namjoon salah apa? Bayi yang lahir ke dunia itu salah apa? Apa seharusnya ia marah pada Nabyeol? Bukankah seharusnya seperti itu?
"Oi! Sepertinya anak ini menurut sekali padamu ya? Apa yang kau perbuat pada anakku?"
Tapi perkataan Han Sungkyeong di video tadi kembali terdengar olehnya.
Tuan Kim pergi dengan prinsipnya yang masih ambigu, ia memilih untuk memikirkan keputusan akhirnya sembari waktu berjalan saja. Sekarang ia harus menemui orang itu.
Bersambung....
Menurut kalian apa yang akan dipilih Tuan Kim? Keegoisannya? Atau hati nuraninya?
KAMU SEDANG MEMBACA
La Sensibilità ✔
FanfictionAlexithymia, ketidakmampuan untuk mengenali dan menyampaikan emosi. Ada banyak faktor yang memungkinkannya, faktor keturunan, kecelakaan, atau bahkan trauma. ~~~~~~~ Rating: 16+ Genre : Fan Fiction, Drama, Bromance, Brothership Desclaimer: terdapat...