Part 17

275 41 2
                                    

Cerita ini mengandung unsur-unsur kekerasan namun tidak bermaksud untuk memprovokasi. Pembaca diharapkan bijak dalam membaca. Jangan pernah meniru ataupun mencoba menerapkan kejadian-kejadian dan hal-hal buruk dalam cerita ini.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

"Aish! Kau! Brengsek!" Dia meninju wajahnya.

Namun orang itu masih terlihat sendu, tak ada semangat hidup, tak ada semangat untuk bertarung untuk saat ini.

"Sudahlah...,"

"Hahh... Joonie gak seru...!" Adu nya sembari mendorong tubuh sang teman baik.

"Ya* masih belum terlambat untuk berbalik,"
*Hey

"Hah?"

"Aku ini terlalu buruk, aku terlalu brengsek, aku tak pantas berteman denganmu,"

"Aish! Apa yang kau bicarakan?! Auh!! Jjajeungna* jinjja! Auhh!"
*menyebalkan

Dia melihat dengan lekat wajah sang teman baik yang tampak begitu serius dan penuh beban.

"Aku tak akan berbalik, aku tak kan meninggalkanmu, tak akan pernah!" Ujarnya sembari merangkul sang teman baik.

"Tapi aku ini terlalu bodoh  brengsek...! Ayo kita akhiri di sini saja, pertemanan ini,"

"Sstt!"

Bukannya Namjoon tak pernah mengacau, tapi saat itu adalah langkah terbesarnya. Dia bergabung dengan kelompok berandalan dan teman baiknya tanpa pikir panjang juga bergabung.

Namjoon menyesalinya, seharusnya saat itu dia tak berteman dengan siapa pun. Karena setelahnya kejadian itu terjadi. Impian orang lain hancur karenanya, impian sang teman terbaik hancur karenanya. Namjoon telah menghancurkan kehidupan seseorang.

Namjoon berlari, pergi sejauh mungkin karena itulah yang diperintahkan sang teman baik. Sejauh mungkin.

Namun pada akhirnya upayanya hanya sia-sia saja.

Karena, tanpa sepengetahuannya-

"Namjoon,"

Namjoon mengerjap, menoleh pada siswa perempuan yang tiba-tiba ada di hadapannya.

"Bisa aku menanyakan cara mengerjakan soal ini?" Gadis itu menyodorkan latihan soal matematika yang ditugaskan hari ini karena sang guru tak hadir.

"Oh? Ini-,"

•••

Namjoon merasakan tengkuknya di usap tangan seseorang, lama-lama tengkuknya ditekan semakin keras sampai-sampai Namjoon sempat berpikir orang itu akan mencekiknya sampai ia  kehilangan napas saat ini juga.

Tapi melihat mangsa mu mati begitu saja tidak lah menyenangkan, Namjoon tahu betul hal itu. Dan lagi, ini perpustakaan, apa kau ingin mendapat masalah?

La Sensibilità ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang