Namjoon duduk di hadapan Hoseok, 'teman lama' nya itu minta janji temu di kafe klasik pinggir jalan. Entah untuk membicarakan apa. Padahal kan Hoseok bisa memberitahu Namjoon dengan tinjunya seperti biasa, kenapa? Kenapa kini dia minta pertemuan santai seperti ini?
"Singkat saja, aku memang berteman denganmu atas perintah seseorang, latar belakang dan embel-embel impian serta cita-cita ku yang kau ketahui tak lain hanya kebohongan semata. Tapi sikap dan sifat ku, niat ingin berteman ku, dan pertemanan kita semuanya adalah fakta, aku bersungguh-sungguh dengan hubungan pertemanan kita-,"
"Kau memanggilku hanya untuk mengatakan itu?"
Hoseok mengetuk-ngetuk kan jemarinya pada meja di hadapannya.
"Aku sudah tahu hal itu-," Ucap Namjoon dengan suara kecilnya.
"Kau bilang apa tadi?!"
"Ck! Tentang kau! Aku sudah memikirkannya, jadi-,"
Hoseok terlihat terkejut sekaligus bangga, dia bertepuk tangan sekali, "Well done Kim Namjoon! Aku memberikan gambaran pada mu beberapa hari yang lalu dan kau menebak apa yang terjadi dengan tepat sasaran, well done!"
"Ck! Jangan memotong ucapanku! Aku sudah memikirkan apa yang kau ungkapkan dan apa yang ada di pikiranku, jadi tidak usah bahas tentang hal itu lagi! Sekarang, ada apa ku memanggilku?"
Hoseok menggeleng tak habis pikir dengan otak temannya itu, "Hahh kalau begitu, ayo!" Hoseok bangkit dari duduknya, hendak memacu langkahnya, namun Namjoon menghentikan nya, "Ke mana?"
Hoseok memasang kaca mata hitamnya sembari tebar pesona pada gadis-gadis yang sedari tadi memandangi mereka diam-diam dari pojok kafe, "Ayo kita temui salah satu informan yang akan membantumu memastikan pradugamu,"
•••
Di sinilah mereka berdua berada sekarang, di hadapan Tuan Jung di dalam ruangan kerja nya.
"Aku, Tuan Park, dan Tuan Kim berhutang banyak pada ayahmu Namjoon-a," Tuan Jung memulai pembocoran informasi nya setelah menyesap teh hijaunya.
"Banyak rahasia kotor yang kami lakukan dia ketahui dan saat itu dia hanya minta satu hal untuk membantunya tutup mulut-,"
"Seberapa banyak?"
"Cukup banyak untuk membuat kami dikendalikan olehnya,"
Hening sejenak.
"Tuan Kim, ayahmu, dia bilang dia hanya membenci satu orang di dunia ini dan dia ingin menghancurkan hidup orang itu,"
Sebelah alis Namjoon terangkat dengan ekspresi menduga-duga.
Tuan Jung mengangguk seolah mengerti apa yang dipikirkan Namjoon, "Cih, ayah macam apa yang ingin menghancurkan hidup anaknya,"
"Bagaimanapun, hanya itu yang aku ketahui, hidupmu selama ini dikendalikan Namjoon-a, bukan hanya Jung Hoseok, Park Jimin, dan Kim Seokjin, Ketua Baek juga ikut andil, aku tak tahu apa yang diberikan Tuan Kim padanya sampai manusia tak suka diperintah sepertinya melakukan yang dikatakan olehnya, tapi yang aku tahu dia terlibat,"
"Kenapa kalian memutuskan memberitahu ku sekarang?"
"Well, aku tak bisa menoleransi sikap bejat ayahmu lagi, lagi pula kasus penyelidikan terhadap perusahan ku, bar-bar dan tempat-tempat hiburan malam Tuan Park, dan Perusahaan asuransi Tuan Kim sudah ditutup karena krena berlakunya sistem pembekuan kasus,"
"Bagaimana bisa aku mempercayai kalian?"
Namjoon tahu selama ini sandiwara menghampiri nya, mengatur hidupnya, jadi dia benar-benar bingung sekarang. Hampir gila memikirkan semua praduga yang berusaha ia perhitungkan dengan sebaik-baiknya agar tepat sasaran. Dia hampir bertekad tak akan mempercayai siapa pun lagi.
"Kau hanya harus memilih, mau mempercayaiku atau tidak sama sekali."
Kalimat Tuan Jung menutup pembicaraan mereka, tatapan yakin penuh penekan yang Namjoon terima darinya menutup pembicaraan mereka. Dan Namjoon kembali goyah akan tekadnya.
Apakah mempercayainya adalah keputusan yang tepat? Apakah Namjoon harus mempercayainya?
•••
Namjoon menutup pintu kamarnya, menghela napas begitu berat sebelum melangkah ke meja belajarnya. Menarik kursi belajarnya dan duduk di sana dan membuka buku kebesarannya. Merancang apa yang ia pikirkan di sana dengan rapi, menyusun semua petunjuk yang ia dapatkan, menimang-nimang apakah semua petunjuk itu dapat dia percayai atau tidak.
Kembali menghela napas, Namjoon memutuskan bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi dalam kamarnya, dia butuh air hangat untuk rileks sejenak.
Ujian akhir semester pada tahun keduanya di SMA juga tak bisa dia hiraukan, masalah ini memang meminta dengan sangat-sangat untuk dia selidiki lebih lanjut, namun dia harus tetap menjalani hidupnya bukan? Maksudnya, hidupnya yang penuh sandiwara ini.
masuk ke dalam bilik dan menyalakan shower dengan pengaturan suhu yang bukan hangat kuku tapi juga bahkan tidak mencapai 50 °C.
"Eomma dan Minki harus pergi dahulu sebentar ya... Namjoon baik-baik sama Abeoji di sini, rawat Abeoji dengan baik, oke?"
Namjoon menunduk, berharap air nyaris panas itu mengalir sembari membawa pergi masalahnya untuk sejenak ini.
"Ada apa Namjoon-ie? Ne?! Iya.. Eomma akan pulang, Eomma sedang dalam perjalanan menuju rumah, tenanglah..,"
"Namjoon-a, kenapa kau menangis? Hmm? Jangan menangis, sebentar lagi Eomma akan sam- Namjoon-a?! Namjoon?!! Namjoon-a apa yang terjadi?!!!"
Jika waktu bisa ia putar balik, atau setidaknya dia bisa menjelajah waktu, dia ingin kembali ke masa itu, dia ingin memperingatkan anak kecil itu untuk tidak memanggil ibunya via telepon, dia ingin memberitahu anak kecil itu untuk tetap diam, diam lah dan semuanya akan baik-baik saja. Karena ayahnya tak akan membunuhnya, "Diamlah dan terima semuanya, karena itulah-"
"Itulah hal terbaik yang bisa kau lakukan, yang harus kau lakukan-"
"Meski harus hidup dalam luka, setidaknya kau tetap hidup, jadi, tetaplah diam,"
"Diam lah dan hal buruk lainnya tak akan terjadi kecuali luka yang akan membekas di tubuhmu-,"
"Kecuali bekas luka yang mungkin akan terus bertambah seiring waktu, tidak akan ada hal buruk lain yang terjadi,"
"Karena pada suatu hari kau tak akan merasakan lagi betapa sakitnya itu, kau tidak akan sadar meski kau disayat pisau, meski kau dipukul seberapa keras pun, bahkan meski kau berdarah atau kulitmu terlihat lebam membiru. Jadi, tenanglah dan terima semua itu. Yang dapat dan harus kau lakukan hanyalah diam."
"Dengan begitu tak akan ada yang terluka. Tak apa dirimu terluka, asal jangan orang lain, karena itu, diam lah,"
"Percayalah kalau ayahmu pasti akan mengobatimu, jika ada seseorang yang masuk ke kamarmu atau menghampirimu dan mengobatimu, mereka adalah suruhan ayahmu. Ayahmu menyayangimu, maka dari itu diamlah, dan semuanya akan baik-baik saja,"
Namjoon sangat-sangat ingin mengatakan semua itu pada anak kecil itu. Dengan begitu semua orang itu tak perlu repot-repot masuk ke dalam hidupnya. Dengan begitu pasti ibunya akan masih berada di sisinya saat ini. Dan Tuan Kim akan sedikit lebih senang karena Minki akan lahir ke dunia, anaknya, akan ada di sisinya.
•••
Bersambung...
•••Who is Minki?!
I wonder who he/she is tooWell, you can know the answer in the next part-
-maybe
I love you and i hope you love me too,
Bye bye and see you~♡
KAMU SEDANG MEMBACA
La Sensibilità ✔
FanficAlexithymia, ketidakmampuan untuk mengenali dan menyampaikan emosi. Ada banyak faktor yang memungkinkannya, faktor keturunan, kecelakaan, atau bahkan trauma. ~~~~~~~ Rating: 16+ Genre : Fan Fiction, Drama, Bromance, Brothership Desclaimer: terdapat...