Part 31: Tanda Tangan yang Berharga

229 33 1
                                    

Cerita ini mengandung unsur-unsur kekerasan namun tidak bermaksud untuk memprovokasi. Pembaca diharapkan bijak dalam membaca. Jangan pernah meniru ataupun mencoba menerapkan kejadian-kejadian dan hal-hal buruk dalam cerita ini.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


"Mau bertemu ibumu Namjoon?"

Langkah Namjoon berhenti seketika.

"Ayo kita berkunjung ke tempat peristirahatan ibumu,"

Sedetik Namjoon ragu, namun patuhnya pada sang ayah menang telak, "Aku tak akan pergi tanpa izin-,"

"Si Kim Brengsek itu tak akan mengizinkanmu bahkan jika itu adalah keinginan terakhirmu,"

Namjoon berbalik, "Terima kasih atas jamuannya Tuan Han," Lalu  membungkuk sembilan puluh derajat.

Namjoon melanjutkan langkahnya, membuka pintu besar itu lalu berjalan terus sampai ke ujung teras. Baru saja akan melangkah menuruni tangga, tengkuknya dihantam kuat. Tubuh nya jatuh mengenai jalanan aspal yang kasar.

***

Tubuh Namjoon diguyur air, dia langsung sadar dari pingsannya, segera menyadarkan dirinya. Dia melihat ke sekelilingnya, semuanya gelap, tak ada sedikitpun cahaya di sini.

Merasa aneh dengan jari-jarinya yang bertekstur beda, Namjoon melihat lebih dekat telapak tangannya. Dari jari-jari dan telapak tangannya yang terlihat pucat dan mengalami proses pendinginan, Namjoon tahu what's going on here, it because the temperature.

Menyadari tadi tubuhnya disiram air, satu hal yang dapat Namjoon prediksi dari pikiran orang yang mengaku sebagai ayah kandungnya itu.

"Ayo kita buat dia kedinginan!"

Namjoon menghela napas, melihat telapak tangannya yang bergetar kedinginan dengan malas, "Oh ayolaahhh, apasih yang diinginkan pak tua ini?"

"Tadi mengaku sebagai ayah kandungku,"

"Lalu salah satu anak buahnya memukul tengkuk ku,"

"Sekarang aku diikat di ruangan gelap. Dan jangan lupa proses pembekuan ini!"

"Orang ini gila!"

Terdengar langkah kaki mendekat, satu per satu lampu menyala. Kini dapat Namjoon ketahui bahwa keseluruhan ruangan itu berwarna putih sama seperti warna tali tambang yang melilit dan menggantung tubuhnya.

Melihat bahwa orang yang datang adalah Tuan Han, Namjoon menyeringai, "Kau maniak putih sepertinya,"

Tuan Han tertawa, "I like your jokes Boy,"

"So? Why i am here?"

Bukannya menjawab, Tuan Han malah menghampiri kotak kecil di atas nakas di samping kanannya, membuka kotak itu dan terlihat menimang-nimang dalam memilih sesuatu.

"Kau suka pisau kecil atau yang besar sekalian Joon?"

Namjoon memutar bola matanya, "Karena aku tak tahu alasanmu melakukan ini padaku, yang kecil saja,"

Tuan Han mengangguk-ngangguk, "Ok!"

Tuan Han menghampiri Namjoon, menjentikkan jarinya, membuat seseorang yang sudah stand by di depan kamera memencet tombol untuk memulai merekam.

Tuan Han merobek bagian kanan lengan atas seragam Namjoon, hendak memulai titik awalnya namun dikejutkan dengan banyaknya bekas luka yang dilihatnya, "Sial. Siapa pun! Cepat lepaskan ikatan dia!"

La Sensibilità ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang