Cerita ini mengandung unsur-unsur kekerasan namun tidak bermaksud untuk memprovokasi. Pembaca diharapkan bijak dalam membaca. Jangan pernah meniru ataupun mencoba menerapkan kejadian-kejadian dan hal-hal buruk dalam cerita ini.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Namjoon melangkah pasti menuju kelas tempatnya akan belajar, tak ada suara lain selain langkah kakinya.
Aroma pagi yang masih bersih, ciap-ciap samar burung yang menelisik telinganya, suhu yang sejuk-sejuk-ASRI, dia sangat menyukai semua itu.
Sesaat setelah dia menaruh tasnya, dia mengeluarkan dua buku tebal, satu buku tebal dengan isi soal-soal latihan matematika dan yang lainnya tentu adalah buku tempat ia memecahkan masalah angka-angka itu.
Perlahan satu persatu siswa datang menduduki bangku yang tersedia di kelas itu.
Perlahan sebuah sunyi berangsur berjuta gelombang suara dengan segala keragaman frekuensinya.
Namjoon menyupal telinganya dengan earphone, menyalakan mode sunyi hingga dia kembali merasakan kesunyiannya bahkan tanpa mendengar suatu melody apa pun.
Kesunyian, Namjoon terlalu mencintainya.
Dan kebisingan, tentu Namjoon begitu membencinya.
•••
Seseorang menggebrak mejanya, meski sunyi masih ia buat mengelilinginya dia bisa merasakan gebrakan meja itu dari getaran yang merambat dengan perantara partikel padat meja yang ia gunakan untuk menulis sedari tadi, juga buku-bukunya yang sedikit bergeser dari tempatnya diletakkan.
Namjoon mendongak, mendapati seseorang yang mungkin lebih tua darinya mengoceh dari a sampai z, well, Namjoon tidak salah mengabaikannya dengan kembali menulis kalimat yang tadi sempat terpotong karena memang tak ada sepatah kata pun merambat pada indera pendengarannya.
Salah satu kabel earphonenya ditarik, Namjoon menatap tenang orang yang melakukan itu, orang yang lagi-lagi sepertinya lebih tua darinya.
"Kalo orang bicara didengar!"
Namjoon mengambil salah satu kepala earphonenya dan memasangnya kembali.
Buku-bukunya terdampar di lantai, Namjoon membebaskan telinganya dari kesunyian, kembali menatap tenang orang yang melakukan itu.
Tatapannya boleh saja seperti itu, padahal dalam dirinya ada amarah yang tersulut.
Namjoon tak mengatakan sepatah kata pun, dia hanya memungut dan membereskan buku-bukunya dengan segera sebelum kembali duduk dan menggurat kembali buku catatan itu dengan rangkaian huruf latin.
Well, sesaat setelah Namjoon kembali menyumpal telinganya, ketiga orang itu meninggalkan Namjoon dengan amarah terpendam.
Jangan kira mereka rela pergi tanpa hasil, mereka pergi, karena tadi yang termuda dari mereka mengusulkan suatu ide yang lebih baik.
•••
Namjoon sedang berjalan dengan santainya, pukul 15.10, waktunya pergi ke tempat les setelah ia menghabiskan waktu belajarnya di sekolah.
Sekolah sudah begitu sepi padahal baru 5 menit yang lalu bel pulang diperdengarkan.
Saat akan menuruni tangga untuk turun ke lantai dasar tiba-tiba Namjoon mendengar seseorang memanggilnya, dan dengan bodohnya dia berhenti mematung di sana untuk beberapa saat.
Bugh!
Tendangan itu tepat mengenai tubuh yang keseimbangannya tak terjaga dan berakhir tergeletak di lantai dengan pandangan si empunya yang mengabur.
Joon, baru seminggu kau sekolah astaga-
"Tidak! Jangan sekarang kumohon, abeoji bisa menghukumku jika-" Hal terakhir yang ia lihat adalah siluet tiga orang yang dia ketahui tadi mengganggu waktu belajarnya.
Sekarang benar-benar bukan waktunya untuk tak sadarkan diri Namjoon!
•••
Bersambung?_?
•••
![](https://img.wattpad.com/cover/204015531-288-k793609.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
La Sensibilità ✔
FanfictionAlexithymia, ketidakmampuan untuk mengenali dan menyampaikan emosi. Ada banyak faktor yang memungkinkannya, faktor keturunan, kecelakaan, atau bahkan trauma. ~~~~~~~ Rating: 16+ Genre : Fan Fiction, Drama, Bromance, Brothership Desclaimer: terdapat...