Part 29: Penguntit

230 30 3
                                    

Aku sedang mencatat di kelas seperti biasa ketika Jungkook dengan senyum merekahnya menghampiriku.

"Namjoon-a," Dia menyapaku lalu duduk di sampingku.

Oh iya, Hoseok, Seokjin, Jimin, bahkan Yoongi dan Taehyung, mereka menghilang. Entah itu karena mereka telah melepas beban mereka, atau takut semua yang mereka punya dilepas paksa oleh ayahku dengan "caranya".

"Em---- Joon,"

"Hmm," Sautku tanpa mengalihkan perhatian dari rutinitasku.

"Apa kau mengenali pria itu?"

"Siapa?"

"Itu, pria itu, apa kau tak sadar kalau sedari tadi ada yang memerhatikanmu?"

"Oh dia,"

Jungkook tampaknya heran. Tanggapannya tak salah. Dan aku juga tak salah dengan memilih tak peduli pada pria itu, mengetahui fakta bahwa pria itu sudah cukup lama mengikuti aku yang destinasi nya ini hanya sepintas rumah-sekolah, dan ke tempat les juga toko buku sesekali.

"Kau kenal dia?"

"Tidak," Jawabku cepat.

"Terus kenapa tak kau tanya keperluannya padamu?"

"Kelihatannya dia yang perlu melakukan itu padaku,"

"Emm---- kau betul si-iih, tapi- ah ya sudahlah! Mencari kesalahan padamu itu sama susahnya dengan mengerjakan soal-soal HOTS,"

Kau hanya tak menemukan celah untuk melihat kesalahan dan keburukan dalam diriku Jeon.

***

Saat aku ke parkiran untuk menuju mobil jemputan ku, dapat kulihat mobil pria itu, dengan beberapa orang security miliknya yang berpakaian jas hitam rapi berdiri gagah dapat kulihat ancang-ancang mereka saat aku hampir mendekati mobil mereka.

Mereka menghampiriku, mengelilingiku dengan wajah datar-tegas mereka. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Aku tepis dan hindari tangan mereka yang akan menyentuhku. Tak segan meninju bahkan menendang mereka sampai ketiga security itu kelelahan dan kesal karena kalah dari anak SMA sepertiku.

Pria itu menghampiri kami, tatapan tajamnya menusukku. Aku benar-benar ingin tahu tujuannya menguntitku selama ini. Apa pria ini hanya sekedar tak punya kerjaan atau kerjaannya memang seperti itu.

Aku menghela napas ringan, menatap matanya sama tajam nan lurus.

"Kita harus bicara Kim," Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, foto ibuku, dan mungkin dirinya? Dalam foto itu sepertinya ibu masih usia 17 tahun-an.

Para security itu baru saja akan menyentuhku lagi namun-

"Berhenti mencari keributan dasar bedebah bodoh tak berguna!"

"Lagi pula sudah jelas anakku ini terlalu hebat dibanding kalian."


Bersambung...

La Sensibilità ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang