Part 26: Love or Hate?

278 28 0
                                    

Waktu 7 bulan yang indah, Nabyeol terlihat sangat bahagia bersamaku. Aku mencintainya, dan dia mencintaiku. Aku sangat bahagia akan kenyataan itu.

Tapi yang aku tak suka darinya selama 7 bulan ini adalah bayi yang kini berada di gendongan Nabyeol, bayi menjijikan milik si keparat Han Sungkyeong.

Aku ingin sekali menghabisinya, sungguh! Tapi, wajah Nabyeol yang berseri dan bercahaya ketika melihatnya menghentikanku. Setidaknya Nabyeol bahagia.

Hari berganti bulan lalu berganti tahun, aku benar-benar dibuat kesal dengan banyaknya perhatian yang diberikan Nabyeol pada anak si keparat Han Sungkyeong yang dengan seenak jidat memakai marga Kim ku.

"Namjoon-a! Jangan berlari terlalu kencang nanti kau bisa jatuh,"

Sekejap kemudian anak bodoh itu benar benar jatuh, menangis menjerit-jerit begitu kencang. Aargh! Aku ingin membekap mulut yang cerewet dan cengeng itu sungguh! Kalau bisa sih aku ingin membekapnya sampai dia kaku tak bergerak. Tapi kalau dia kuperlakukan seperti itu, Nabyeol pasti akan membenciku, dan dia tak akan mau jadi milikku selamanya. Tidak boleh! Nabyeol hanya milikku!

Ah! aku juga ingat waktu itu!

"Jika anak ini dalam bahaya atau bahkan kau melakukan upaya pembunuhan terhadapnya, maka seluruh harta warisan yang kau punya akan hangus seketika," Nyonya Go mengancamku malam itu tanpa sepengetahuan Nabyeol.

Tidak boleh! Jika aku tak punya harta maka Nabyeol pasti meninggalkanku juga! Nabyeol adalah milikku selamanya!

***

"Abeoji! Ayo lihat sini! Di sini ada kepiting! Eomma juga! Ayo cepat sini!"

Arrgh! Sial! Kenapa anak itu selalu mengganggu momen ku dengan Nabyeol sih?!

Mata jernih ceria itu bertemu dengan tatapanku.

"Abeoji kenapa? Apa Abeoji sakit?"

Iya! Aku sakit harus melihatmu setiap hari!

"Yeobo? Kau sakit?"

Aku menggeleng sambil tersenyum pada Nabyeol yang segera dibalas balik olehnya.

Setidaknya cukup banyak momenku dan dia pada hari ini, di pantai ini. Yang pastinya akan lebih banyak kalau tak ada anak sialan ini.

***

Nabyeol dipanggil ke rumah besarnya, Nyonya Go yang sudah lelah menjalani hidup merasa kalau napas terakhirnya akan terhembus tak lama lagi.

"Namjoon ingin ikut!!! Namjoon ingin menjaga Eomma!"

Hahh anak umur 8 tahun sepertimu tahu apa soal menjaga Nabyeol? Hanya aku yang bisa mengerti dirinya, tak ada seorang pun yang mengerti dirinya melebihi diriku.

"Jangan, Namjoon baru aja sembuh kan, Namjoon-ie di rumah saja ya...,"

"Joon-ie sudah sembuh dari kemarin Eomma~!" Namjoon merengek, cih! dasar anak menyebalkan.

Nabyeol mengusak surai hitam anak yang segera cemberut karena kesal itu sembari terkekeh gemas. Nabyeol lalu menegakkan tubuhnya dan menghadap pada ku, "Tolong jaga Namjoon sebentar ya," Katanya.

Aku mengangguk sekali, formalitas di hadapannya meski aku sungguh muak dan tak suka anak bernama Namjoon itu.

"Kalau begitu aku minta tolong satu hal lainnya," Nabyeol bertanya dengan ekspresinya, aku menyentuh lembut perut nya yang membesar, "Tolong jaga anak kita Minki,"

Nabyeol mengangguk dengan senyuman manis di wajah cantiknya, aku mengecup keningnya. Kecupan terakhir sebelum dia mengecup Namjoon dan melangkah menuju mobil yang sudah siap tancap gas.

***

"Kim Namjoon," Aku memanggil anak itu tepat sebelum dia ditelan pintu kamarnya.

"Ne Abeoji? Ada yang bisa aku bantu?" Namjoon menghampiriku dengan wajah polosnya, bertanya dengan nada sedikit girang karena jarang sekali aku memanggilnya seperti ini.

Aku menunduk untuk mendapati mata nya yang masih berbinar senang, "Mau kutunjukan tempat tersembunyi di rumah ini?" Aku menyentuh pucuk kepalanya.

"Tempat rahasia?" Tanya nya begitu semangat.

Aku mengangguk dengan senyum tipis, sesekali mengusak surainya sembari menunggu bocah itu menjawab ajakan luar biasa ku.

"Oke deh!,"

"Tapi ada syaratnya,"

"Syaratnya apa Abeoji?"

Aku membungkuk untuk membisikkan sesuatu padanya.

"Namjoon-ie tidak boleh bersuara? Sedikit pun?"

Aku kembali menegakkan tubuhku, mengangguk sebagai jawabanku untuk pertanyaannya.

"Ok! Namjoon juga janji gak akan kasih tau ke siapa pun!"

Aku terkekeh, "Good boy," Aku mengusak surainya, dia tampak senang karena dipuji olehku.

"Ayo, pegang tanganku," Aku mengulurkan tanganku, segera digenggam erat olehnya.

***


"Abeoji, kenapa di sini semakin gelap?" Bisa kurasakan tangannya yang mulai berkeringat dingin.

Aku tak menggubrisnya, masih menggandengnya erat menuju ruangan itu.

"Kita mau ke mana sebenarnya, Abeoji?" Dia mulai bergetar ketakutan.

"Percayalah, ini akan menyenangkan,"

Ya, sangat menyenangkan,

Bagiku.

Bersambung...

"Gimana tidur kalian semalam?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana tidur kalian semalam?"

La Sensibilità ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang