Jantung itu berpacu begitu cepat menyatakan bagwa si empunya tubuh tengah gugup luar biasa. Namun wajah datar itu selalu sukses menyembunyikan segalanya. Namjoon terlihat ragu melangkahi batas pintu untuk memasuki rumah sederhana keluarga Jeon.Jungkook melepas sepasang sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu dengan rapi, "Eomma?! Aku pulang...!" Dia berteriak sembari masuk ke dalam rumah.
Namjoon bingung, Jungkook meninggalkannya.
Tak selang berapa lama Jungkook menongol, "Joon, masuk!" Dan dia kembali masuk ke dalam.
Namjoon masih ragu, tapi dia akhirnya masuk ke dalam rumah itu. Melepas sepasang sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu dengan pelan sekali seolah akan ada bahaya jika dia menimbulkan bunyi barang sedikit. Hal pertama yang Namjoon lihat adalah ruang keluarga, dapur mereka tanpa sekat tembok ada di bagian lain ruangan itu bersama meja makan yang tak jauh dari sana dibatasi pantry sederhana.
Dan Jungkook terlihat tengah berpelukan dengan seorang wanita paruh baya, Namjoon dapat menduga wanita itu adalah Nyonya Jeon.
Hatinya menghangat sekaligus iri.
"Eomma memasak apa untuk makan malam hari ini?" Jungkook melepas pelukannya dengan sang ibu, dia bertanya antusias sembari menghampiri meja makan.
"Kau mau apa? Eomma akan masakkan untukmu," Nyonya Jeon tersenyum, begitu cantik.
Hahh Namjoon jadi rindu sang ibunda.
Dia baru ingat kalau dirinya masih terdiam seribu bahasa sedari tadi, "S-Selamat sore Nyonya Jeon, saya-," Ucapnya untuk menunjukkan keberadaan dirinya di sana.
Nyonya Jeon sedikit terkejut mendapati kehadiran orang asing di rumahnya dan Jungkook akhirnya menyadari kalau dia tidak pulang seorang diri tadi.
"Oh iya, Eomma-," Jungkook menghampiri Namjoon dan merangkul teman yang sedikit lebih tinggi darinya itu, "Ini temanku, Kim Namjoon Namanya,"
"Anyeonghaseyo, maaf mengejutkan anda Nyonya,"
Nyonya Jeon mengerjakan matanya, menghampiri mereka berdua dan-
Pletakk!
Nyonya Jeon menjitak kening sang anak dan akibatnya Jungkook mengadu sakit. Namjoon dibuat bingung harus apa tapi tentunya ekspresi itu tak pernah nampak.
Jungkook menggandeng lengan Namjoon, menuju kamarnya, "Eomma tolong siapkan camilan ya! Aku akan belajar bersama Namjoon di kamar," Dia berteriak.
"Ne...!" Nyonya Jeon balas berteriak.
•••
Nyonya Jeon tersenyum manis ke arah Namjoon, "Kookie, Joonie, ayo makan malam dulu," Teriak Nyonya Jeon dari arah dapur.
"Joon-ie-," Batin Namjoon mengulang nama itu.
"-Nama kecilku,"
"Appa belum pulang Eomma?"
Nyonya Jeon melirik jam dinding, "Appa bilang akan pulang pukul 8 malam, berarti 10 menit lagi Kookie," Nyonya Jeon memberikan mangkuk nasi masing-masing anak itu dan mengisi miliknya.
"Kamsahabnida," Ucap Namjoon kaku.
"Selamat makan...!" Jungkook mulai melahap makanannya.
Namjoon masih belum mengambil satu lauk pun untuk ia makan.
Nyonya Jeon bingung, "A-Apa kau tak suka makanannya sayang?"
"Sayang," Hati Namjoon menghangat, lagi.
"Kau mau makan apa? Biar Eomma bikinkan,"
Namjoon tersadar dari lamunannya dan segera menggeleng ketika mendapati gelagat Nyonya Jeon yang akan bangkit dari kursi makannya.
"Tidak usah repot Nyonya," Namjoon memakan nasi dalam mangkuknya.
Nyonya Jeon tersenyum, dia meletakkan tumis kangkung di sendok Namjoon yang sudah terisi nasi suapan keduanya.
Namjoon memasukkan suapan keduanya itu ke dalam mulutnya, mengunyahnya pelan, air mata menetes tanpa dia kehendaki dan tanpa dia sadari.
Jungkook menahan tawanya, "Mungkin masakkan Eomma terlalu asin,"
Nyonya Jeon memelototi anaknya itu.
"A-Ani... Masakan Nyonya Jeon sedap sekali. Aku hanya- em- t-teringat Eomma,"
Jungkook tertawa, "Kau benar-benar manja! Masa baru pisah beberapa jam karena berkunjung ke rumahku, kau sudah rindu Eomma mu?"
"Kau bisa menemuinya setiap hari!" Sambungnya lagi, Jungkook masih melanjutkan tawanya.
Padahal hati Namjoon begitu sakit mengetahui kenyataan bahwa dirinya tak bisa bertemu dengan sang ibunda lagi di dunia ini.
Namjoon tersenyum pada Jungkook, menunduk dengan kekehan kecil yang lolos dari belah bibirnya, "Aku tak lagi bisa menemuinya," Namjoon menatap mangkuk nasinya.
Jungkook menghentikan tawanya, segera mendapat glare mengerikan sang ibu yang duduk di kursi seberangnya, di pinggir Namjoon.
"Maaf Joon,"
Namjoon dapat merasakan usapan lembut di rambutnya, dia tersadar seketika, dia kehilangan kontrolnya. Namjoon langsung mengusap jejak air matanya, wajahnya kembali datar, dengan tenang mengambil lauk, memakannya, tak lupa mengunyah nasinya pula.
Nyonya Jeon merasakan keanehan sikap itu, menatap penuh tanya pada sang anak yang hanya mengangkat bahu kemudian.
Jungkook memulai bincangnya bersama sang ibu untuk mengalihkan topik dan mencairkan suasana mereka, Namjoon hanya diam mendengarkan seperti biasanya, seperti pesan yang sang ayah terapkan padanya, "Kau cukup diam mendengarkan!"
Terdengar sedikit keributan di pintu masuk, seseorang masuk ke dalam rumah itu, "Appa pulang...!" Tuan Jeon rupanya.
Nyonya Jeon menghampiri sang suami, membantu pria paruh baya itu dengan jas kerja dan tas kerjanya, Tuan Jeon segera ke meja makan, mencium kening Jungkook yang tersenyum girang menerimanya dan duduk di samping sang anak. Kini meja makan itu hanya menyisakan satu kursi kosong.
Tuan Jeon duduk di kursinya dan Namjoon malah bangkit dari kursinya, "S-Selamat malam Tuan Jeon, saya Kim Namjoon,"
"Temanku," Sambung Jungkook.
Nyonya Kim kembali bergabung dengan mereka dan Keluarga Jeon asik dengan momen mereka sementara Namjoon kembali ke dalam diamnya dengan kehangatan dan iri yang bercampur dalam hatinya.
•••
"Saya pamit dulu," Namjoon sedikit mengganggu interaksi keluarga kecil itu di ruang keluarga mereka.
"Eiyy menginap lah Joon," Jungkook memohon dengan melasnya.
Namjoon menggeleng, "Maaf, aku tak bisa,"
"Appa antar ya?" Tuan Jeon bangkit dan mengambil kunci mobilnya.
Namjoon menggeleng ribut, "Tidak usah repot Tuan,"
Tuan Jeon menampilkan raut memaksanya, "Aku sudah berdiri, apa kau menyuruhku untuk duduk kembali? Itu lebih repot lagi! Sudahlah! Ayo!"
Dan Namjoon benar-benar tak bisa menolak karena orang tua itu bahkan sudah mendahuluinya berjalan ke arah pintu utama.
Namjoon berpamitan dengan sopan dan formal kepada Nyonya Jeon dan Jeon Jungkook sebelum menyusul Tuan Jeon yang ketika Namjoon baru saja menutup pintu rumah keluarga yang penuh kebahagiaan dan kehangatan tersebut, pria paruh baya itu telah siap di depan kemudinya.
•••
Namjoon menunduk hormat sepeninggal mobil Tuan Jeon, menatap kepergian mobil itu seolah sedikit rasa bahagia itu ikut meninggalkannya. Helaan napas napas begitu lirih lolos dari kedua belah bibirnya sebelum ia memasuki gerbang luar rumahnya.
"Kau terlalu tak pantas untuk mendapat keluarga semacam itu Namjoon-a."
•••
Bersambung?_?
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
La Sensibilità ✔
FanfictionAlexithymia, ketidakmampuan untuk mengenali dan menyampaikan emosi. Ada banyak faktor yang memungkinkannya, faktor keturunan, kecelakaan, atau bahkan trauma. ~~~~~~~ Rating: 16+ Genre : Fan Fiction, Drama, Bromance, Brothership Desclaimer: terdapat...