Day - 2

4.6K 522 127
                                    

WITH BAE

Semalam, gadis kecilnya sedikit berbagi cerita. Sebelum memutuskan untuk menjelajah dunia mimpi, Taehyung meminta putrinya untuk menceritakan kejadian - kejadian mengenai harinya di sekolah. Sedikit untuk menghilangkan rasa rindunya yang semakin hari semakin menggunung. Banyak yang ia harapkan dari sang putri. Seperti membawa keajaiban untuk memperbaiki kesalahannya dulu agar kembali seperti sediakala lagi. Tapi semua itu tak semudah membalik telapak tangan. Ia harus berjuang juga, bukan hanya mengandalkan putrinya yang tak tahu apa - apa selain kecelakaan itu dan mengakibatkan—jangan katakan karena Taehyung tak sanggup walau hanya dengan sekedar berucap.

Putrinya bercerita bahwa ia mendapat pelukan. Juga ciuman yang begitu manis dipipi. Taehyung tak dapat menahan debaran di dadanya. Membayangkan bagaimana putrinya yang merindukan sosok sang ibu, mendapatkan kedua hal tersebut, Taehyung ikut serta dalam letupan kebahagiaan yang dipancarkan putrinya dalam tiap kata yang bibirnya sampaikan.

Sampai akhirnya sebuah pertanyaan lain meluncur dari bibir mungil itu. Pertanyaan yang Taehyung tak tahu jawabannya. Pertanyaan sederhana dengan jawaban antara iya dan tidak akan. Agar tak menghilangkan senyum lebarnya semalam, Taehyung menjawab alakadarnya saja. Ia mengangguk dan beruntungnya putrinya tak bertanya lebih jauh lagi. Taehyung tak tahu harus menjawab dengan kebohongan apa lagi. Taehyung juga tidak sanggup bila harus meluncurkan dusta lainnya.

"Chaerin sudah selesai mandi 'kan, Tae?"

Lamunannya buyar ketika seruan sang ibu terdengar. Taehyung menatap ibunya yang terlihat segar. Wanita itu selalu mandi pagi buta dengan alasan membuatnya merasa lebih tenang dan segar.

"Sudah. Sekarang sedang menyiapkan kebutuhan sekolahnya. Ingin membantu, tapi menolak. Katanya ia sudah besar dan bisa menyiapkan semuanya tanpa bantuan orang dewasa. Ibu.. putriku ternyata sudah besar." ujar Taehyung dengan kekehan. Seharusnya kehadiran sang istri ada disini, menyaksikan bagaimana tumbuh kembang kedua buah hati mereka dari hari ke hari.

"Putrimu memang mewarisi sifat ibunya. Ibu yakin besarnya Chaerin akan menjadi anak yang membanggakan. Kesuksesan akan dengan mudah ia raih karena kegigihannya yang sangat bersungguh - sungguh. Ibu bahkan tak pernah menyangkah putri kecilmu begitu memperhatikan hal kecil sekalipun dengan sangat detail."

"Mommy-nya, bu. Seperti apa yang ibu katakan, putriku sangat mirip dengan ibunya. Ketika rasa rindu itu terasa, melihat putriku terlelap disampingku rasanya seperti tengah memperhatikan-nya. Sedikit terobati dengan hadirnya Chaerin."

"Dad! Chae sudah selesai. Chae diantar daddy 'kan?"

"Tentu saja, sayang."

Kali ini, gadis kecil periang itu memusatkan dirinya pada sang nenek yang duduk berhadapan dengan ayahnya. Melihat cucunya mengambil posisi duduk di sampingnya, nenek Kim segera menyiapkan sarapan cucunya yang hanya berupa roti dengan selai cokelat kesukaannya. Gadis kecil itu paling anti dengan makanan berat ketika pagi. Tak lupa dengan segelas cucu cokelat hangat yang senantiasa menemani paginya.

"Nek, apa bekal untuk Chae sudah siap?" tanyanya. Nenek Kim mengangguk dan melemparkan senyumnya, "Sudah. Nenek bahkan sudah menyiapkan sesuai dengan pesanan cucu cantik nenek."

"Makasih, nenek. Mommy pasti senang."

"Tentu saja. Cucu nenek adalah yang terbaik. Seandainya mommy tahu Chae tak lagi menolak membawa bekal ke sekolah, mommy juga pasti bangga punya putri cantik yang sangat penurut. Nanti ketika mommy tahu ini semua, ia pasti akan sama senangnya seperti nenek dan daddy."

WITH BAE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang