Day - 15

2.8K 459 268
                                    

Menurut kalian gimana?

Ini manis²nya momen mereka disela momen pait haha.

Selamat menikmati.

220 vote dan 100 komen

Aqu abis buka puasa sama ayangbep 😚Monmaap buat yg jomblo ya 🌚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aqu abis buka puasa sama ayangbep 😚
Monmaap buat yg jomblo ya 🌚

WITH BAE

Ia duduk disofa seorang diri, menatap pilu kedua insan itu saling berpelukan. Mirisnya, ia yang seharusnya disana—menenangkan sang istri sembari memeluk juga menepuk punggungnya. Bukan malah menjadi alasan ketakutan wanita itu. Menjadi alasan mengapa ia menjerit dan terus - menerus memanggil ibunya seolah ia melihat monster yang sangat mengerikan. Taehyung pikir semuanya akan berakhir bahagia seperti apa yang ia bayangkan selama ini. Irene yang akan menerimanya dengan tangan terbuka, lalu mereka berbicara empat mata dari hati ke hati dan menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi.

Nyatanya, semuanya tak sampai disitu saja. Tuhan masih mengujinya, sejauh mana lagi ia mampu bertahan dan berjuang.

Ruangan itu diisi oleh isak tangis pilu wanitanya beserta suara wanita paruh baya yang berusaha menenangkan putrinya. Nyonya Bae cukup terkejut mendengar anak gadisnya menjerit memanggilnya. Dirinya yang menunggu didepan ruangan—niatnya memberikan privasi untuk anak dan menantunya— segera berlari ketika Irene berteriak memanggil namanya seraya memberontak dalam dekapan menantunya. Nyonya Bae menyadari dari situasi itu bahwa Irene masih menolak kehadiran Taehyung.

"Ibu—," bisiknya lirik. Matanya membengkak akibat menangis, wajahnya memerah dan penampilannya jauh dari kata baik. Ia mendongak, menatap sang ibu yang telaten mengusap punggungnya, menyalurkan rasa tenang. Memorinya kembali berputar pada kejadian masa kelamnya. Hatinya sesak, seperti ada sesuatu yang berusaha meremasnya, "Ibu ... Ibu..."

"Iya, sayang. Ibu disini." dimatanya, putri semata wayangnya itu masih layaknya anak kecil yang butuh banyak perhatian dan pengertian. Bagaimana ketika ia memanggilnya, Irene-nya bukanlah ibu dengan dua orang anak, melainkan seorang anak gadis bak seumur cucunya, Chaerin—seorang anak yang butuh sosok ibunya dikala ia tersesat karena buta arah. Kendati demikian, Irene cukup tangguh untuk melawan dan menyimpan rasa sakitnya. Itu yang ia lihat selama ini, "Kenapa? Tidak apa - apa. Ibu disini bersamamu."

"Putriku," bisiknya.

Gerakan mengusap punggung itu sontak berhenti. Mata lelahnya membola, bibirnya keluh untuk sekedar berkomentar. Bisa jadi pendengarannya sedang bermasalah sekarang. Terlalu banyak masalah, ia mulai berhalusinasi akan harapan - harapannya selama ini. Tetapi tidak. Tidak setelah Irene kembali mengulang kata yang sama. Pertanda nyata bahwa ia tak sedang berhalusinasi. Ia tak salah mendengar.

WITH BAE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang