Sarapan Pagi

218 84 14
                                    

"Melangkah untuk menjadi lebih baik itu baik. Dari pada kita diam dan beranggapan kita sudah baik"

-

Tahun ini sudah memasuki tahun 2007, ini adalah tahun bersejarah bagiku. Karena tahun ini aku akan masuk sekolah menengah pertama (SMP), aku bingung karena aku sendiri belum terlalu memperdulikan akan masa depanku yang ku tahu bapak dan ibu masih ada aku masih akan selalu dibawah lindungan dan naungan kedua orang tua ku, pagi belum terlalu pagi tapi siang belum

juga nampak matahari. Ibu sudah sigap menyiapkan sarapan untuk ku, bapak, Jani adik ku. Oh iya aku lupa mengatakan aku didaftarkan bapak ke sekolah madrasah. Jujur aku awal nya kaget dan menolak karena aku sendiri tidak tau dunia madrasah itu seperti apa dan bagaimana aku akan menjalaninya.

Tapi melihat begitu besar nya harapan bapak kepada ku tentang bagaimana sikap seorang kakak bisa menjadi contoh terbaik untuk adik nya kelak, alhasil aku menerima nya. Aku menerima dengan harapan aku bisa membuat bapak bangga pada ku karena aku sayang bapak.

Tapi sama seperti anak pada umunyanaku masih suka membatah omongan bapak. Jangan ditiru ya maklumi saja aku ini remaja yang kadang pemikiran dan perasaan ku tak bisa dimengerti oleh orang se-usia bapak dan ibu. Oleh sebab itu kadang anak-anak lebih nyaman menceritakan kisah nya kepada kawan-kawan nya ketimbang orang tua nya.

Bapak: " Ini lauk nya dimakan nak. Kamu butuh banyak tenaga dibandingkan bapak. "

Jani: " Lho kok gitu sih pak? Kan bapak juga pasti mau. Kok kasih ke Jani sama kak Arini, bapak makan apa? "

Bapak: " Bapak bisa makan telur dadar buatan ibumu itu rasanya lebih enak ketimbang ayam bapak juga bosen banget makan ayam terus ini udah-udah ayo dimakan nanti bapak antar kalian kesekolah ya"

Bapak memang selalu seperti itu, dia memberikan apa yang sebenarnya dia mau untuk kami.
Bapak selalu beralasan buatan atau hal-hal dari ibu itu lebih baik.

Aku tak paham akan semua ayah. Yang rela mengorbankan apapun yang dia punya agar puteri kecilnya bisa bahagia.

Termaksud bapakku
Dialah cinta yang sesungguhnya

Bapak: " Arini nanti sekolah yang bener ya. Bapak mau kamu bisa jadi orang yang berhasil, bapak mau liat kamu bahagia nak. "

Aku: " Pasti dong pak. Arini bakal buat bapak dan ibu selalu bahagia. "

Jani: "Lho aku gak mau kakak bikin bahagia? "

Aku: " Kakak bakal berusaha buat bahagiain semua."

Bapak: " Nah gitu ya nak. Bangga bapak punya Arini dan Jani. "

Ibu: " Lho gimana, gak bangga sama ibu? Ini ibu udah masak buat kalian lho... "

Suara cemburu ibu karena selama kami berbincang tidak memasukan namanya kedalam obrolan kami.

Bapak: " Ya aku bangga lah bu. Punya istri secantik dan sesabar kamu. Kamu doang yang bisa nerima semua kurangku. Gak akan ada wanita kayak kamu bu. Karena Allah nyimtain ibu cuma untuk bapak"

Aku: " Ihh bapak... Ciee ciee. Bapak romantis juga ya wkwkwk"

Ibu: " Emang itu bapak mu... Dari awal kenal ya begitu ngomongnya. "

Kami semua tertawa dalam satu ruang makan yang sama, tawa yang begitu hangat tentang cinta, kasih, dan masa lalu.

Aku meledek bapak kala itu dan mengatakan bapak orang yang terlalu romantis, tapi bapak bilang.
"ibu memang orang yang patut untuk diperjuangkan"

Aku tak paham apa maksudnya karena yang aku tau ibu dan bapak orang tuaku dan aku sangat sayang mereka.

Bapak juga berkata, untuk saat ini aku harus fokus kepada apa yang ingin aku cita-cita kan.
Dan tiba-tiba.

Bapak: " Anak-anak gadis yang bapak sayang. Inget pesan bapak ya, seandainya nanti kalian sudah punya pacar. Tolong pacaranya jangan kelewat batas ya nak. Sayangi bapakmu ini. Mudahkan hisab bapak nanti ya, semua yang ingin kalian rasakan itu nantinya juga akan kalian alami setelah menikah. Sama seperti bapan dan ibu sekarang. Nanti kalian juga akan paham kenapa seorang laki-laki itu memperjuangkan kalian"

Aku dan Jani hanya saling menatap dan tak menganggap serius apa yang telah bapak nasihatkan kepada kami.
Karena memang agak lucu saja.

Aku: " Bapak, apa gak terlalu jauh ngomongin nya? Arini belum mau kenal cowo juga pak. Arini gak mau nikah dulu masih mau sama bapak"

Bapak: " Arini... Suatu saat nanti juga akan ada pria yang bisa bikin kamu percaya kalau ketulusan cinta itu ada. Dan nantinya kamu bisa untuk pergi melangkah ke kehidupan kalian yang baru. Makanya sekarang kamu harus belajar yang bener ya. Karena nanti kamu akan jadi sekolah pertama buat anak kamu. "

-

Nantinya kamu akan paham kenapa dia memperjuangkan mu
Dan kamu pun nanti akan tahu kalau ketulusan cinta itu memang benar adanya.

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang