Gadis Kecil dan Ayahnya

8 3 2
                                    

"Pada satu titik kita harus berani menerima bahwa tidak setiap hal  bisa ada dalam kontrol kita . Kita harus berani menerima bahwa kita hanya manusia biasa"

_


Mahesa maafkan aku....
Aku tak mampu lagi membayangkan betapa sakitnya dirimu di malam itu.
Aku hanya menatap Khalis kecil yang saat ini ada dalam gendongan ku yang menghangatkannya.
Dan tak berani sedikit pun menoleh kebelakang, kearah motor Mahesa.

Aku: " Agak ngebut bisa gak?"

Dimas: " Gak"

Aku: " Saya gak mau pulang malem-malem"

Aku yang mulai agak kesal dengan sikap Dimas yang sedari tadi mengulur-ngulur waktu perjalanan.

Dimas: " Peganggan"

Dimas mengendarai motor seperti orang hilang akal. Beberapa kali dia mengerem secara mendadakan. Dan membuatku kaget.

Mahesa: " WOI!! LO GILA YA?! JANGAN NGEBUT!"

Aku: " Tolong jangan ribut dulu, ini dijalanan." Aku yang berkata dalam hati.

10 menit perjalanan. Akhirnya kami sampai di rumah Dimas, tak butuh waktu lama sebenarnya jika sedari tadi Dimas agak lebih cepat. Aku pun berusaha memaksa cepat Dimas karena aku tahu ini akan menjadi awal yang tidak meyenangkan.

Aku: " Dimas buruan... kasian Khalis kayaknya kepanasan."

Dimas: " Iya-iya sabar ya Rin. Eh lo, siapa nama lo? Lo tunggu sini aja!"

Mahesa: " Maksud lo apa?"

Aku: " Sebentar ya Mahesa"

Aku bergegas menuju kamar Dimas, menidurkan Khalis secara perlahan agar tak membuatnya kaget dan akhirnya nanti terbangun.

Aku: " Khalis... tidur yang nyeyak ya... besok kakak kesini lagi."

Dimas: " Dia siapa?"

Aku: " Bukan siapa-siapa, bukan urusanmu juga!"

Lantas aku segera pergi dari kamar Dimas dan segera menuju halaman tempat dimana Mahesa sudah menungguku.
Aku melihat raut wajah Mahesa dimalam itu. Wajah penuh bingung dan kecewa.

Aku: " Mahesa..."

Aku yang memanggilnya berusaha menyadarkannya dari lamunannya sesaat. Mahesa pun menoleh kearahku.
Dan saat itu. Dimas tiba-tiba datang dan memeluk tubuhku erat dari belakang.

Aku: " Lepasin aku Dim. Atau aku bakal berhenti buat ngasuh Khalis"

Dengan jelas aku melihat Mahesa yang mulai geram dengan sikap Dimas. Wajahnya berubah memerah. Tanda ketidaksukaan Mahesa dengan sebuah sikap yang Dimas tunjukkan tepat di hadapannya. Maseha lantas menghampiri.

Mahesa: " Rin ayo kita pulang. Dan buat lo, nama lo Dimas kan? Tolong jangan berharap banyak lagi. Gua gak mau ngotorin tangan gua, gua cuma mau ngasih tau. Arini ini calon isteri gua."

Aku tak mampu berkata, dengan pembelaan yang Mahesa lontarkan kepada Dimas. Dimas hanya menatapku untuk beberpa saat dan tak berkata-kata.
Dia seperti tak percaya dan tak menyangka
Untuk kalimat yang baru saya Mahesa lontarkan.

Aku: " Dimas, aku pulang dulu. Jaga Khalis baik-baik. Permisi"

Masih dalam diam. Ia berdiri mematung menatapku pergi tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

***

Hanya diam yang bisa kami lakukan saat ini. Dimotor Mahesa tak mengucapkan sepatah kata pun. Dan etah mengapa hal tersebut malah membuat perasaanku kacau. Aku pun tak berani memulai obrolan dengannya.

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang