Malam Bersejarah

78 40 7
                                    

"Karenamu sentuhan baru di hidupku muncul, entah aku senang atau malah harus membencinya"

_

Tidak terasa, Aku dan Dimas sudah hampir dekat Satu tahun. Dimalam itu tepat tiga hari sebelum ulang tahunku, keluargaku sudah mengenal Dimas dengan sangat baik.

Sehingga sudah biasa jika dia main dan berkunjung kerumah. Untuk sekedar bermain catur bersama bapak dan memberikan makanan kesukaanku dan ibu coto makasar . Aku tidak merasakan ada yang berbeda dengan Dimas dimalam itu, aku menyuguhkan teh hangat untuk Dimas dan secangkir kopi hangat untuk bapak.

Bapak: " Dimas... apa kabar nak?"

Dimas: " Alhamdulillah baik pak, bapak sendiri gimana kabarnya?"

Bapak: " Alhamdulillah ini seperti yang kamu lihat aja gimana kondisi bapak. Oh ya gimana sekolah sama kesibukan mu?"

Dimas: " Lancar pak semuanya usaha saya juga Alhamdulillah lancar."

Bapak: "Nah bagus. Bangga bapak sama kamu."

Bapak sering berkata, bahwa beliau sanggat bangga dengan Dimas, karena di usianya yang masih sangat belia. Dimas sudah banyak sekali memikirkan hidup untuk masa depan. Ya seperti kita tahu tentang sebuah pepatah.

"Beribadahlah kamu seakan kamu akan mati besok. Dan bekerjalah kamu seakan kamu terus hidup selama 1000 tahun."


Oleh sebab itu juga bapak sangat mempercayai Dimas bisa menjagaku. Dan bapak sudah banyak sekali melihat perubahan baik dariku selama aku dekat dengan Dimas.

Kami saling berbincang bersama, kemudian bapak pamit untuk tidur terlebih dahulu. Karena bapak saat itu juga sudah kelihatan sangat mengantuk

Aku dan Dimas kemudian mengobrol bersama saling tertawa dan berbagi kisah yang melelahkan di malam itu. Itu adalah sebuah cara yang paling indah dalam menghabiskan waktu untuk saling bercerita dengan orang yang kita sayang.

Aku: " Kok tumben kamu kesini kan waktu itu udah main?"

Dimas: " Orang aku mau ketemu bapak, ibu sama Jani. Bukan kamu wllee"

Aku: " Hmm wkwkwk "

Dimas: " Gimana tadi hari kamu ada yang bikin kesel gak?"

Aku: " Ada Dim Banyak"

Dimas: " Siapa aja?"

Aku: " kamu Dimas, salah satunya"

Dimas kemudian terdiam, lalu tersenyum dan menatapku.

Dimas: " Kok aku? Aku bikin salah apa?"

Aku: " Kamu salah karena gak jadiin aku alesan buat dateng kesini"

Dimas: " Kamu itu rumah buat pulang. Dan gak seharusnya dijadiin alesan buat datang. Emang kamu mau aku samain kayak rumah makan?"

Aku mengakui akan selalu kalah kalau berdebat dengan Dimas, karena pastinya dia akan selalu menyusupkan kata-kata manis di dalamnya.

Aku: " Ah iyaiya aku ngaku kalah wkwk"

Dimas: " Disini gak ada yang menang atau kalah kan gak lagi lomba"

Aku: " 😊😊😊😊. Udah makan belum? "

Dimas: " Udah kok tadi di rumah"

Aku: " Kalo belum tadinya mau aku masakin mie atau gak aku gorengin ayam. Aku masak ayam tadi"

Dimas: " Ibu apa kamu yang masak?"

Aku: " Aku Dimas...."

Dimas: " Kamu Arini, aku yang Dimas"

Aku: " Ah tau lah nyebelin "

Dimas: " Wkwkwk... jangan kesel terus itu pipinya makin ngembang, nanti juga makin merah warnanya."

Aku hanya diam dan tak membalas ucapan darinya menatap kedepan dan tak mengeluarkan sepatah katapun.
Lantas Dimas memanggilku

Dimas: " Arini..."

Aku: " Iyaa?"

Dimas hanya menatap mataku dengan dua buah bola matanya yang sipit, tatapan-nya yang begitu sayu membuatku kebingungan, kemudian sambil menutup kedua matanya wajahnya mendekat kearah wajahku.

Tanpa sadar aku pun juga menutup kedua mataku dan terjadilah hal yang tak pernah ku harapkan terjadi sebelumnya, ciuman pertama itu. Sangat membekas dalam ingatanku.

Dimas: " Mmmm... kenapa kamu cantik banget?"

Aku: " Dim... tolong Jaaang... "

Bibirnya yang lembut menjelajahi bibirku, aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa menghentikan nya walau sesaat. Dalam kondisi itu aku hanya ingin berteriak, namun memang sudah alamiah nya manusia.

Rangsangan Dimas telah membuat tubuhku lumpuh aku hanya bisa pasrah saat mendapatkan serangan paling nikmat itu.

Aku: " Mmm udah... plis aku mohon"

Sepuluh menit berlalu, aku hanya diam saat ciuman pertama itu akhirnya usai , sudahnya Dimas mengecup keningku, tanpa ada rasa bersalah dan berdosa sedikit pun. Tanpa sadar gumpalan bola bening jatuh dari dua buah mataku. Begitu deras dan sulit rasanya untuk kuhentikan. Tiba-tiba juga dadaku terasa di penuhi oleh asap yang membuatku merasa amat sesak.

Di hari itu juga seketika kepercayaanku kepada Dimas mulai memudar, aku kehilangan kepercayaan penuh atasnya. Kufikir dia itu laki-laki yang berbeda, nyatanya sama saja. Sama seperti yang sering orang katakan terhadap remaja tanggung seperti kami. Aku malah takut saat itu ketika Dimas selalu ingin  mengajak bertemu. Aku hanya takut ini akan menjadi sebuah trauma berkepanjangan.

***

Semenjak malam itu aku sudah mulai kehilangan senyumku terhadap kedua orang tuaku, aku malu. Aku merasa hina dihadapan mereka. Aku merasa bersalah karena kedua orang tuaku telah menaruh kepercayaan penuh atas Dimas. Namun apa nyatanya?

Ibu: " Arini mana Dimas kok gak kesini? Ibu masak banyak nih buat ulang tahun kamu"

Aku: " Dimas lagi sibuk buu"

Bapak: " Biasanya dia selalu menomor satukan kamu nak wkwkwk. Yasudah kan emang gak selamanya harus ada."

Dimas berjanji bahwa dia tidak akan meninggalkan ku. Karena bagaimana pun Dimas lah yang saat itu
benar-benar mencintaiku.

Dimas: " Rin maafin aku,aku mohon. Itu bener-bener tiba-tiba aja. Maaf aku gak bisa ngendaliin nafsu aku ke kamu. Kamu juga cantik banget Rin. Aku mohon maafin aku."

Saat aku menceritakan kisah ini. Suamiku hanya terdiam dan tak menanggapi sepatah kata pun yang sudah terlontar dari mulutku. Dan aku membiarkannya diam tak menanggapi.

Mungkin karena waktu itu aku berfikir bahwa Dimas lah yang harus bertanggung jawab atas semuanya. Akhirnya aku mau memberi kesempatan untuk kembali dan memulai hubungan kami dari awal.

Padahal dari situ, sebenarnya aku sedang menghancurkan kehidupanku sendiri. Namu aku sangat gagal dalam menyadarinya. Dan mungkin aku akan benar-benar tersadar di lain waktu.

Aku: " Iya Dimas, aku maafin kamu kok. Kita mulai dari awal ya? Tapi tolong janji jangan diulangin lagi:(("

Dimas: " Iya aku janji makasih banyak ya kamu udah mau kasih aku kesempatan buat benerin kesalahan aku."

Aku: " Iya Dimas sama-sama."

Mungkin bagi gadis lain ciuman pertama adalah hal paling indah yang bisa dia dapatkan dari kesasihnya. Namun itu bagi mereka yang memang  benar-benar menginginkannya. Tapi tidak untuk-ku, aku
benar-benar tidak menyukainya. Dan mungkin juga ada beberapa gadis di luar sana yang tak menyukainya sama sepertiku. Kuharap kamu paham itu Dim.

_

Jikalau boleh aku mengatakan nya langsung  kepadamu. Dimas aku benar-benar membencimu malam itu , kau adalah orang yang paling aku percaya setelah bapak untuk menjagaku. Tapi nyatanya apa Dimas? Kau bahkan tak berfikir dua kali sebelum melakukan itu terhadapku.

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang