Mahesa; Kamu Bisa!

63 30 6
                                    

"Tangis itu tak berhenti pecah. Tangis penyesalan yang membuat ku ikut merasakan sakit dan penyesalan nya. Ikut pula dalam kesedihan yang dia ciptakan"


_


Aku memeluk erat Mahesa, dan mengataka semua akan baik-baik saja. Aku mencoba untuk menenangkan nya. Mahesa yang terlihat kuat pun bisa menangis? Hahaha lucu kalau diingat-ingat
Tapi memang semua orang itu berhak untuk menangis, berhak untuk memiliki penyesalan. Tinggal bagaimana orang tersebut melangkah saja dan menghadapi apa yang telah terjadi.
Penyesalan adalah buah dari sebuah tindakan yang biasa kita takukan tanpa pikir panjang. Untuk itu aku selalu mengingat kan kalian, agar berfikir sebelum berbicara dan berfikir dua kali sebelum bertindak.

Aku: " Mahesa, gimana udah tenang?"

Mahesa : " hmm iya aku cuma masih sedih aja kalau kepikiran soal itu, ngerasa hina banget aku sebagai cowok"

Aku: " kamu jangan ngomong gitu, intinya kamu mau berubah dan udah niat mau jadi lebih baik. Tuhan sudah akan bantu kamu, dari niat awal kamu mau berubah. Tetap semangat ya, aku ada dibelakang kamu!."

Kata-kata itu, yang digunakan teman-teman ku dulu. Ku ulangi lagi dan ku gunakan untuk menghibur Mahesa. Dulu, teman-temanku lah menghiburku dari kesedihan yang ada kala itu. Dan sekarang aku malah merindukan mereka. Sungguh hati ini sangat lucu dan aku sendiri benar-benar bingung dibuatnya.

Mahesa:" Makasih yah Arini, makasih karena sudah mau dengar cerita ku. Aku sekarang mau berjuang untuk kehidupan kedepan. Bantu aku ya:)"

Aku:" Iya, aku dibelakang kamu Mahesa:)"

Mahesa menatapku kali ini, tatapan yang hangat dan teduh. Aku nyaman melihat tatapan nya, kami sama-sama menebarkan senyuman.
Tak menyangka, malam telah menunjukan pukul 10 lantas aku mengajak Mahesa untuk pulang, Mahesa bilang dia akan mengantar ku.

Sebelumnya, Mahesa meletakkan telapak tangan nya diatas jidatku.
Dan mengatakan.

Mahesa: " Kamu demam ya? Nanti minum obat ya!"

Aku : " iyaaa"

Balasku yang singkat kepadanya, yang diakhir kalimat itu ku lemparkan senyumku pada Mahesa. Bagiku Mahesa sudah seperti kakak ku sendiri, dia sangat melindungi ku. Aku rindu bapak. Juga ibu

***

Mahesa: "Langsung tidur yah, jangan lupa titipan ku kasih ke Zahra, besok kalau belum bisa masuk. Kabarin aku yah!. Inget jangan nugas lagi!

Aku: " iya bawellll "

Mahesa, terima kasih untuk malam itu,aku sangat senang walau ada beberapa hal yang ku kenang ditempat itu. Aku senang karena kau telah hadir dan memberi nuansa baru dalam kehidupan ini.

***

Zahra: " Oy gimana jalan-jalan nya? Sukses?"

Aku: " Sukses apa? Lagi gak enak badan nih. Oh iya ini ada makanan dari Mahesa. Dimakan jangan diliatin doang!"

Zahra: " Ih tumben banget tuh anak wkwk. Iya bawelll"

Aku: " Hmm-_"

Zahra: " Tadi ngapain aja dipasar malam?

Tanya Zahra yang tiba-tiba memecah lamunan ku kala duduk dipinggir kasur. Dan dia sedang menikmati makanan nya yang dibelikan Mahesa, diatas meja kecil. Aku tak tahu harus menceritakan bagian apa. Tapi mungkin Zahra akan mengerti dan paham kenapa dan bagaimana nya.

Aku: " Ra, bingung aku. Hmm setiap orang yang kita temui itu memang benar-benar pemain panggung yang hebat ya?"

Zahra: " Haaa? Gimana-gimana? Kok aku gak ngerti ya? Kamu kenapa tadi sama Mahesa?"

Jawab Zahra yang terkesan bingung dengan pernyataan yang ku lontarkan. Dan membuatnya yang tadinya asik makan menjadi berhenti dan menunggu penjelasan ku.

Aku: " Aku gak tau nih harus cerita ke kamu dari mana. Ternyata banyak banget hal-hal yang aku belum tau dari Mahesa. Kalo menurut mu Mahesa itu orang nya gimana?"

Zahra: " Dia itu cowok yang baik, perhatian, ganteng wkwk, agamis, dan kayak nya dia tulus sama kamu."

Aku: " Bener ya, kita itu engak boleh terlalu cepet percaya sama penampilan orang hehe"

Zahra: " Lho kok gitu sih? Kenapa sih jadi bingung sumpah"

Aku: " Ra, aku harap kamu gak kaget denger cerita ku ini ya. Dan aku cuma mau tau sudut pandang mu aja."

Saat itu perasaan dihati ku sudah campur aduk, ada bagian-bagian yang ingin aku ceritakan kepada Zahra. Dan aku tahu siapa Zahra. Dia anak yang sangat baik untuk menjaga rahasia. Amanah. Itu sifat nya.
Malam itu aku menceritakan kembali kejadian yang Mahesa ceritakan pada ku, dengan penuh kebingungan, iba dan marah. Entah aku ikut merasakan posisi Malika dan juga aku merasakan posisi Mahesa saat ini.
Zahra hanya banyak terdiam. Makanan yang ada dihadapan nya pun hanya dia anggurkan, tatapan Zahra sangat fokus mendengar cerita ku. Seakan dia ikut tak mempercayai tentang apa yang aku katakan. Dibeberapa bagian Zahra menggelengkan kepala nya. Dan benar- benar merasa marah di beberapa bagian cerita. Dan kembali mereda dengan wajah datar di bagian akhir.

Aku: " Aku mohon, ini kamu aja yang tau ya. Aku cuma mau kamu tau, seandainya dia beneran tulus sama aku. Aku takut. Suatu saat bisa aja aku ada diposisi Malika kan?."

Zahra: " Arini, semua orang itu punya masa lalu terburuk dalam hidup nya. Kalau kamu ngerasa takut karena kamu mikir bisa aja suatu saat Mahesa gitu ke kamu. Lalu untuk cowok lain gimana?. Yang aku salut dari Mahesa. Dia mau memberbaiki kesalahan nya, dia berani terbuka sama kamu. Tandanya dia juga udah mempercayai kamu. Sama kayak sekarang kamu percaya sama aku dan cerita ini. Inget kita itu gak sempurna:) jangan kamu hakimi masalalu seseorang ya. Jangan. Karena buat beranjak dari masa lalu itu, orang juga butuh pengorbanan dan air mata."

Setelah mendengar penjelasan Zahra, aku hanya terdiam dan tersenyum. Aku percya pada Mahesa. Dia mampu dan bisa.

Aku : " Yaudah Ra, lanjutin makannya ya, aku mau cuci muka, ganti baju, minum obat trus tidur."

Zahra: " Okay, besok izin dulu aja"

Aku : " Iya"

_

"Kamu jangan sedih ya, ada aku dibelakang kamu"

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang