Pertama Kalinya

62 31 14
                                    

" Aku benar-benar senang saat itu. Karena Tuhan telah mengirimkan penganti yang lebih baik dan lebih kubutuhkan. Bukan hanya sekedar aku inginkan"


_

Sudah hampir 3 tahun aku berkuliah di Jakarta, banyak sekali yang aku pelajari di sini. Mulai dari orang-orang nya dan tata krama nya terhadap pendatang.
Rata-rata orang Jakarta itu ramah tetapi ada juga beberapa yang tidak

Kehidupanku kala itu sangat sulit, karena bapak kadang jarang bahkan tidak mengirim kan uang untuk ku.
Alhasil aku dan Zahra memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan
Mulai dari pelayan cafe, ghost writter, dan penjaga kasir. Aku tidak malu melakukan pekerjaan itu. Asal halal

Kehidupanku dan Zahra benar-benar teradu. Saat bapak tidak mengirim uang, Zahra lah yang membayar uang kos untuk bulan ini.
Dan jika nanti aku punya uang aku lah yang akan membayar untuk bulan berikutnya.

Aku menikmati proses ini, proses yang menjadikan aku lebih dewasa dan bertanggung jawab.
Selama disini aku juga banyak sekali menerima tawaran-tawaran yang menggoda namun kamu mungkin tahu apa itu.

Tidak bisa dipungkiri
Rata-rata anak kampus akan mendapatkan tawaran dari para pria mata keranjang untuk menemani nya walau hanya satu malam.
Tapi
Tidak semua seperti itu ya.
Jangan disama ratakan.
Aku hanya mau yang halal saja
Karena mungkin kamu tahu, bila kita berbuat kebaikan makan kebaikan itu akan kembali kepada kita. Bila kita berbuat buruk makan keburukan juga yang akan kita dapat.

Aku juga masih memikirkan Jani adik ku
Mau bagaimana pun aku tidak boleh melakukan itu.

Sebenarnya cerita ini akan ku bawa
Pada pertemuanku dengan Mahesa.
Dia temanku dikampus
Kalau kalian mau tahu
Dia adalah laki-laki yang sangat tampan berkaca mata dan juga sopan

Yang membuatku kagum darinya adalah pribadinya yang murah senyum:)
Dia juga orang yang jarang mengeluh
Mahesa juga pria yang sangat agamis
Dia sangat sayang pada ibu dan bapak nya juga adiknya

***

Saat masa pengenalan lingkungan kampus, kami para maba mengikuti pembinaan dan penyuluhan, untuk lebih mengenal bagaimana lingkungan kampus kami.
Cuaca nya sangat panas, keringat ku bercucuran hebat.
Saat itu aku dan Zahra terpisah.
Karena dia ada dikelompok kedokteran dan aku psikologi.

Dari tiap fakultas, masing-masing kelompok nya ada 6 dan 1 kelompok itu terdiri atas 10 orang

Kebetulan saat itu aku satu kelompok dengan Mahesa, jujur saja saat pertama kali melihat nya aku sudah menggagumi nya, indah dan tampan.
Tapi mau bagaimana pun saat itu aku mahasiswi baru, aku tidak banyak mengeluarkan sifat asliku. Karena aku belum mengetahui orang-orang disini.

Sepanjang perjalanan kami menyusuri kampus, aku merasa pusing dan ingin pingsan. Saat itu tiba-tiba Mahesa bertanya.

Mahesa: "Kamu ngak papa?" Tanya nya agak ragu

Aku: "Iya, ngak papa"

Mahesa: " Boleh tau nama mu siapa?"

Aku: "hmm, nama ku Arini Dewi Puspa. Panggil aja Arini"

Mahesa: " oke Arini, nama ku Mahesa Dwi Admaja. Panggil aku Mahesa" dia tersenyum saat menyebutkan namanya.

Senyum yang ringan, indah dan menyejukkan.

Mahesa: " Arini. Kalau kamu ngerasain pusing bilang ya. Nanti biar aku bilangin ke kakak nya. Muka mu udah pucet banget, maaf kalo kamu pikir aku ini cuma mau modusin kamu. Aku cuma mau menghargai perempuan dan sesama manusia aja"

Aku tidak tahu, dia ini benar-benar baik atau hanya sandiwara, untuk mencari muka di depanku atau tidak.
Tapi aku merasa ada yang berbeda.
Rasa aman. Wajar saja hatiku sudah kosong cukup lama setelah Dimas pergi.

Selama diperjalanan. Mahesa, mencoba melindungiku dengan baik.
Dia memayungiku dengan almet sma milik nya. Terkesan aneh dan mengada-ngada. Tapi itu nyata
Disepanjang jalan kami diperhatikan oleh masahiswa lain. Dan juga kakak pembimbing kami

" Heh kok ini malah payung-payungan?" Salah seorang kakak pembimbing kebingungan dan bertanya.

Mahesa: " Saya takut dia pingsan tiba-tiba karena kepanasan"

Kejadian itu tidak akan bisa ku lupa, lantas dia memanggil salah seorang kakak pembimbing. Dan memintanya  agar aku di bawa dan di istirahatkan saja.

Mahesa: " Kak permisi. Tolong kak kayak nya dia udah gak kuat, saya takut nanti pingsan dijalan"

Aku: " Eh aku masih kuat kok"

Mahesa: " Jangan pura-pura kuat oke"

Dia mengatakan nya seraya melemparkan senyuman. Padaku.

Aku hanya bisa diam, seakan-akan aku hanya ingin melihat apa saja yang Mahesa akan lakukan selanjutnya.

Mahesa:" Arini. Istirahat ya semoga kita ketemu lagi"

Aku: " hmm makasih Mahesa. Iya"

Tidak banyak kata yang aku ucapkan. Karena aku hanya bingung dan pusing, untuk mencerna pria macam apa dia itu. Aku tidak mau
Memiliki rasa jatuh cinta dengan Mahesa. Karena yang aku tahu nantinya aku pasti akan jatuh LAGI.

***

Pagi itu dihari Selasa aku masuk kampus dan mulai pelajaran, tanpa kusadari salah seorang pria duduk tiga bangku dibelakang ku, dan memperhatikan ku menulis. Mahesa
Kami ternyata satu kelas:)
Aku tidak menyangka kami akan satu fakultas.

Sejujurnya aku teramat senang bisa mengenal Mahesa. Tapi.
Tiba-tiba aku tersadar dengan kenangan ku dengan Dimas. Aku akui telah bisa merelakan nya. Namun untuk menghapus semua kenangan bersama Dimas itu tidak mungkin. Dimas, entah kenapa dihari itu aku merindukan mu kembali, aku hanya rindu kita bisa berbicara lagi. Walau kenyataan nya hanya sebagai teman, tak apa itu sudah lebih dari cukup
3 tahun bukan waktu yang terbilang panjang namun juga tidak singkat.

Aku hanya berharap kamu baik-baik saja disana. Dengan siapapun nanti nya.

Karena Dimas. Satu hal yang masih aku belum bisa lupa dan mungkin akan selalu banyak pertanyaan dikepala ku.
Kenapa kamu tidak memberiku kesempatan?

Kenapa kamu tidak memberiku kesempatan?

Kenapa kamu tidak memberiku kesempatan?

Padahal setiap kali kamu melakukan kesalahan, aku selalu bersedia memberimu kesempatan untuk memulai awal yang baru
Tapi kamu sendiri juga kadang yang mematahkan kesempatan yang aku berikan

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang