Kelas Dua

70 39 15
                                    

"Ada yang mengatakan, saat kita berfoto bersama teman atau siapa pun itu. Orang di dalam foto itu bisa berubah, tapi tidak untuk kenangan nya."

_

Hari demi hari sudah berlalu dan tanpa aku sadari aku sudah duduk di kelas dua SMA. Aneh memang tidak ada sedikit pun rasa kehidupan yang aku terima selama aku menjajal bangku sma.

Mungkin kalian akan mengatakan ucapanku ini omong kosong atau bahkan akan beranggapan bahwa aku nya saja yang memang tidak mau bergaul atau membaur dengan yang lain, tapi seandainya kalian lah yang berada di posisiku. Ucapan kalian lah yang nanti nya ku anggap omong kosong. Impas bukan? :)

Semua cara sudah ku coba agar aku dapat diterima dilingkungan baruku. Sedih memang, aku hanya menginginkan teman yang banyak. Namun dari sinilah aku nanti akan sadar seberapa banyak teman yang kita miliki pada akhirnya hanya beberapa saja yang akan tetap menetap. Lalu sisanya?. Entah mereka sedang mencari jadi dirinya sendiri.

Di kelasku ini dominan nya anak-anak yang berkelompok. Dan mereka bisa dikatergorika anak-anak orang
kaya. Semua barang-barang ternama pun bisa mereka beli.

Aku akui saat bapak berjaya dulu, apapun yang kuminta akan ku dapat tapi tidak untuk sekarang.

Tiba-tiba saja warung makan bapak rasaku hanya berjalan ditempat sama seperti waktu smp dulu yang membedakan ini tak separah dulu, tapi tetap saja kami mengandalkan sumber utama dari warung itu.

Saat ini bapak sudah bekerja menjadi tenaga pengajar di sekolah Jani adikku. Dan masalah warung sepenuhnya sudah diserahkan kepada ibu. Walau pun gaji nya bapak tak seberapa.

Kata bapak yang penting ilmu bapak ini bisa menjadi manfaat untuk orang lain. Serta bisa menjadi amal jariyah untuk bekal bapak nanti. Ucapan bapak sangat membuatku teriris.

Saat kelas dua, aku merasa banyak yang berbeda terutama sikap kawanku Renta, dia sudah bukan Renta yang aku kenal dulu. Setelah ayahnya naik jabatan dan Renta membeli rumah baru, sikapnya berubah 180°.

Dia sebenarnya sama sepertiku memang pada dasar nya dia anak orang kaya yang tiba-tiba jatuh miskin. Tapi karena roda kehidupan ini berputar akhirnya dia dan keluarga nya bisa pulih seperti sedia kala.

Aku ikut senang, tapi yang aku benci adalah sifatnya. Renta jadi suka membicarakan kejelekan orang lain dibelakang termaksud kejelekanku. Padahal itu bukanlah sifatnya yang selama ini kukenal. Mungkin memang benar, dengan berjalan nya waktulah kita dapat melihat jati diri orang lain. Atau dengan kata lain. Sebenarnya dia tidak berubah, dia hanya sedang menunjukkan wajah aslinya yang selama ini tertutupi.

Tapi aku tak mau berburuk sangka terlalu jauh, aku yakin ada alasan mengapa Renta seperti itu dan aku tidak akan bisa mengetahuinya.
Aku menyangkan sikapnya. Aku tidak membencinnya. Karena nantinya pun mungkin aku akan melakukan itu.

***

17 Agustus 2011 . Di sekolahku sekarang sedang mengadakan lomba, lombanya cukup banyak dan meriah. Diantara lomba itu ada: lomba makan kerupuk, paku botol, panjat pinang dan masih banyak yang lain nya.

Banyak anak yang berteriak saling menyemangati teman-teman mereka yang maju sebagai perwakilan kelas. Termaksud kelasku, ada Ahmad, Niel, Ghifar dan yang lain mereka ikut lomba futsal. Teman kelasku banyak yang meyemangati mereka, tapi tidak denganku. Aku malah memilih untuk duduk di kelas dan menyendiri.

Kesendirian dan tanpa teman ini telah membuatku terbiasa, aku telah menjadikan kesunyian sebagai kawanku saat ini, tapi aku juga tetap bergaul dengan yang lain namun untuk akhir-akhir ini aku lebih senang menghabiskan waktu sendiri.

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang