Berhenti Untuk Saling Menyakiti

54 36 20
                                    

"Sifat itu memang sudah menjadi pembawaan dari lahir. Maaf jika sifatku ini kekanakan, aku memang begini adanya dan mungkin kamu sudah mengetahui itu sebelum nya. Lantas kenapa sekarang kamu memilih pergi?"


_


Entah kenapa aku menjadi seperti ini? Sikapku membuatku sangat marah dengan Dimas akhir-akhir ini.

Aku: " Dimas, aku kangen.... kamu sibuk banget?"

Dimas: " Iya buat sekarang aku emang sibuk"

Aku: " Hmmm...."

Dimas: " Sabar yaaa"

Aku: " Cape Dim aku nunggu kabar terus dari kamu. Aku minta udahan aja"

Dimas: " Kenapa sih kamu gampang banget ngomong udahan? Hubungan tuh gak gini"

Aku: " Aku harus gimana, kamu sendiri akhir-akhir ini gak paham aku."

Dimas: " Harusnya kita saling nguatin bukan saling ngehancurin kayak sekarang! Terserah kamu mau gimana. Kalo kamu mau udahan. Oke sekarang kita udahan"

Aku: " Aku cuma kangen kamu Dimas. Aku tau aku salah, makian ke aku itu bukan yang aku maksud"

Aku merasa sudah tidak diprioritaskan Dimas lagi. Banyak hal yang berubah
Dimas dengan kesibukan nya. Aku tahu aku memang sangat kekanak kanakan. Tapi aku sangat merindukan Dimas saat itu.

Dimas: " Kalo kamu mau cari cowo yang ada disamping kamu terus saat kamu butuh doang. Silahkan kamu cari! Toh aku juga udah tau sifat kamu. Aku juga tau selama ini aku gak bisa bikin kamu bahagia"

Aku: " Dimas, kok kamu ngomong gitu? Selama ini kamu bilang ke aku. Kalo ada apa-apa bilang aja ke kamu. Terus sekarang apa maksudnya? Aku cuma butuh kamu doang? Kamu selama ini beneran mau bantu aku atau cuma pura-pura?😅"

Sejujurnya aku sangat kecewa dengan ucapannya. Silahkan kamu cari laki-laki yang selalu ada saat kamu butuh. Semudah itu kah Dimas, kamu juga menyuruhku melupakanmu?

Aku kecewa, denganmu Dimas. Toh aku juga udah tau sifat kamu.

Bahkan aku sendiri tidak pandai menilai pribadiku, lantas kenapa kamu bilang begitu Dimas? Seakan-akan aku hanya memanfaatkan kebaikanmu. Lalu untuk apa kedekatan kita dua tahun ini?

Sangat perih sejujurnya menuliskan kisah yang seharusnya ku kubur saja dalam-dalam. Bodohnya aku malah ingin menulisnya dan membagikan nya pada kalian. Tak apalah, ini biar saja menjadi duka ku.

Sudah dua minggu aku tidak bertemu Dimas sudah dua minggu juga kami sulit berkomunikasi. Banyak hal-hal yang menjadi kesalah pahaman hingga hari itu terjadi.

Hari dimana Aku memaki Dimas, karena aku menganggap nya terlalu banyak alasan.
Di hari itu aku benar-benar diajarkan tentang bagaimana rasa kehilangan itu muncul dan mampu membuat semuanya menjadi berubah dan berbeda.

Aku: " Kamu itu bodoh atau gimana sih? Aku KANGEN KAMU. AKU BUTUH KAMU DISINI DIMAS, KENAPA KAMU GAK PAHAM SELAMA INI AKU KANGEN BANGET SAMA KAMU?!"

Aku tidak akan banyak menulis bagian perpisahaan ini.
Karena kalian pasti sudah akan menarik garis besarnya
Kenapa dan bagaimana itu tak perlu diceritakan, karena tidak baik mengungkit kisah yang telah usai apalagi kisah yang usai itu adalah kisah sedih. Tapi bodonya aku malah ingin menulisnya.

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang