Tanggung Jawab

82 44 12
                                    

"Banyak orang yang bilang, masa SMA itu adalah masa yang paling indah. Tapi apa nyatanya aku tidak merasakan itu"

_


Sampai saat ini aku masih belum menemukan banyak teman, hanya beberapa diantara mereka. Barenta, Sintia dan Dinda? Dia sudah pergi dari sekolahku waktu itu, lebih tepatnya Dinda mengundurkan diri dari sekolah.

Yang aku tau dia bilang kalau disini dia merasa tidak ada kawan dan dia merasa kesepian banyak teman-temannya yang ber -sekolah ditempat lain.

Harap dimaklumi  saja aku juga benar-benar kaget dengan keadaan sekolah umum. Yang saat ini sedang kujalani
Tiga tahun aku lalu, aku telah menghabiskan waktu dengan belajar ilmu agama, dan juga teman-teman yang selalu mendukung dalam ketaatan dan juga bisa dibilang mereka adalah sahabat yang sangat asik.

Aku benar-benar ingin menangis dan menyerah, aku rindu teman-teman lamaku. Aku tidak betah disini. Satu hal yang pasti dimasa masa pertengahan masuk SMA aku benar-benar merasa menjadi pecundang, yang tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa meratapi diri sendiri dan selalu ingin berharap bisa kembali kemasa lalu.


***


Disuatu ketika aku membuat kesalahan besar, yang membuat keadaanku makin memburuk. Disekolah baru ini
Tanpa sengaja aku menghilangkan buku novel milik temanku Fia.

Jujur aku benar-benar teledor aku bodoh. Fia menyangka novel nya telahku curi.

Fia: " Arini novel gua yang lu pinjem bisa lu balikin gak?"

Aku: " Fia hmm maaf ya novelnya ilang. Tapi gua janji kok gua bakal tanggung jawab kan itu ilangnya gara-gara gua nanti gua bakal gantiin sama novel yang baru."

Fia: " Ih gimana sih lu?! Teledor banget belum kenal lama aja lu udah gitu"

Aku: " YaAllah Fi, gua minta maaf. Gua ngaku gua salah gua juga bakal tanggung jawab kok Fi :("

Fia: " Ah terserahlah..."

Aku menangis dan menceritakan semuanya kepada Dimas. Dimas mencoba untuk menasihatiku, dia mengatakan bahwa aku tidak boleh kembali menyalahkan keadaan.

Bagaimana pun itu salahku, sempatku fikir Dimas malah ikut menuduhku.

Dimas: " Rin, Aku percaya sama kamu. Tapi kita gak bakal bisa ngendaliin pikiran orang lain tentang kita."

Aku: " Hmm kamu mah gitu sama aja kayak mereka."

Dimas: " Bukan gitu..."

Aku: " Hmmm"

Padahal masudnya cukup baik. Dia mengajarkan ku untuk bisa menjadi dewasa dan lebih bertanggung jawab atas masalah yang telah kuciptakan sendiri.

Lalu aku memutuskan untuk menabung dan mengganti novel milik Fia. Hampir satu minggu aku bisa mengumpulkan uang jajanku sendiri. Dengan susah payah juga aku mencari novel yang sama persis dengan novel Fia yang aku hilangkan

Aku membeli novel yang sama seperti milik Fia yang hilang.
Aku bungkus novel itu dengan rapih, menggunakan kertas kado berwarna biru dan di dalamnya aku selipkan secarik kertas berisi permintaan maaf.

Assalammualaikum.
Fia, maafin aku ya buat kesalahan yang udah aku bikin. Aku tau kamu mikir aku bohong. Tapi Fia aku udah gak tau lagi gimana caranya biar kamu percaya kalo yang aku ceritain itu yang sejujurnya.
Tolong ini diterima ya aku beli pake uang tabungan aku, trus aku cari novel yang sama persis kayak punya kamu.

Maafin kesalahanku ya. Aku harap kita tetep bisa jadi temen baik.

Arini Dewi Puspa.

Saat itu aku hanya berharap bahwa Fia bisa menerima permintaan maaf dariku
Dan memaafkan kesalahan bodoh yang telah ku buat. Dan ku putuskan untuk memberikan kepada Fia setelah pulang sekolah.

Aku: " Fia ini tolong diterima ya. Aku minta maaf"

Fia: " Eh Arini. Hmm jujur aku juga minta maaf ya waktu itu udah berlebihan ke kamu padahal kan kamu juga udah minta maaf. Ini aku terima ya. "

Aku: " Iya kok ngak papa, makasih ya"
Aku menjawab dengan mata yang sangat berkaca-kaca.

Fia: " Ih iyaa. Makasih juga "

Dimas. Terima kasih karena kamu,
Hari itu aku belajar caranya bertanggung jawab dan menghadapi masalahku sendiri.
Dan mungkin untuk kedepannya kau telah mengajarkan ku untuk bisa berdiri sendiri.

***

Malamnya ketika aku sedang asik mengirimkan pesan kepada Dimas salah satu pesan singkat masuk, pesan itu dari Fia. Dia mengucapkan terima kasih, dan dia memaafkan kesalahanku.

Ku pikir sejak hari itu, Fia akan menerima ku untuk menjadi kawannya.
Memang benar kami tidak lagi bersi tegang, tapi tetap saja saling dingin dan mendiamkan.
Aku rindu Rere. Aku rindu kawan lamaku.

Dimas: " Gimana udah kamu ganti?"

Aku: " Udah kok. Dimas makasih ya"

Dimas: " Lho makasih buat apa?"

Aku: " Makasih udah bantuin aku buat jadi orang yang lebih bertanggung jawab"

Dimas: " Yaampun kirain apa. Aku sendiri juga bukan orang yang bisa dibilang bertanggung jawab. Semua masukan sama nasihat yang kita terima dari orang lain itu, bisa masuk ke hati ya kalo hati dan pikiran kita sendiri yang mau nerima masukan itu atau gak."

Aku: " Iya dan aku nerima kok. Makasih banyak kamu udah ada."

Dimas: " Iya sama-sama. Kamu harus bisa berdiri sendiri. Kamu uda Sma. Aku harap suatu saat nanti kamu bisa pilih keputusan yang bener-bener bisa nyelametin kamu."

Aku: " Maksudnya"

Dimas: " Nanti kamu bakalan paham 😊❤⚘"

Aku: "❤❤❤❤. Sama-sama terus ya Dimas. Jangan lepasin aku kalo aku mau pergi"

Dimas: " Gak bakal. Karena aku juga udah gak mau nyari yang lain lagi"

Aku: " Aku rasa aku juga udah gak bakal nyari yang lain lagi"

Dimas: " Aku bakalan selalu berusaha buat pertahanin kamu. Kita jangan saling janji buat gak ninggalin, tapi kita harus saling janji buat mempertahankan ya"

Aku: " Iya🤗🌹❤"

Dimas: " Love you Rin❤"

Aku: " Too Dim..💕"

Dimas: " Udah makan belum? Kalo belum nanti aku kerumah deh bawa makanan kesukaan kamu sama Ibu kamu".

Aku: " Belum nih wkwkwk"

Dimas: " Mau aku bawain makanan?"

Aku: " Boleh kalo kamu gak repot"

Dimas: "Aku gak pernah ngerasa direpotin sama kamu. Malah aku seneng ngelakuinnya"

Aku: " Dimas makasih ya sekali lagi. Kamu udah selalu ada buat aku."

Dimas: " Sekali lagi bilang makasih, kamu bakal dapet piring wkwkwk"

Aku: " Makasih. Mana piringnya?"

Dimas: " Dasar wkwkwk. Aku siap-siap dulu, nanti kalo udah mau sampe rumah kamu. Aku bakal telfon kayak biasa."

Aku: " Oke"

Dimas: " Oke... see you"

Aku: " See you too❤"

Dimas: " 🤗❤🌹"


_




Andai dulu aku tak berkata bahwa aku sudah tak menginginkan yang lain lagi. Mungkin disaat-saat seperti ini aku sudah tak akan lagi merindukanmu . Dan ternyata kalimat itu bukan hanya berlaku untuk dulu saat aku mengucapkan nya. Tapi nyatanya. Berlaku hingga kini, saat aku menulis cerita ini.

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang