Bulan Terburuk Di Tahun Itu

57 36 7
                                    

"Aku bersyukur kala itu mata hati dan pikiranku terbuka lebar. Bahwa kekayaan bukan tolak ukur kebahagian untuk segalanya"


_

Enam bulan sudah di tahun 2012 ini kulewati, aku masih sama Dan tidak ada yang berubah banyak. Kecuali kekesalanku kepada bapak dan ibu di tahun itu. Aku sangat benci pada mereka saat itu.

Malam itu, ibu marah padaku karena menurut ibu aku lebih sering menghabiskan waktuku untuk bermain hanphone dan melupakan semua kewajibanku sebagai seorang pelajar dan seorang anak.

Ibu: " Arini... kamu kenapa belum tidur? Udah jam berapa ini? Seharian kamu main hp gak bantu ibu, gak belajar, makan tidur. Mau jadi apa kamu?. Kamu itu anak perempuan. Suatu saat kamu punya anak. Kamu mau anak kamu begitu sama kamu?"

Aku: " Apasih buu... Arini cape bu..."

Ibu: " Keterlaluan kamu"

Aku: " TERSERAH..."

Tahun itu aku sedang mempersiapkan banyak hal untuk naik ke kelas 12. Sejujur nya ini bukan bagian favoritku dari cerita ini. Tapi aku hanya ingin kalian membaca dan mengambil sisi manfaatnya atau pelajaran yang bisa kalian ambil saja, bahwa tidak seharunya kita marah pada keadaan dan kondisi orang tua kita.

Aku: " Cape banget. Bentar lagi mau kuliah. Kondisi orang tua gini-gini aja. Miskin terus cape banget. Kenapa sih yaAllah aku harus ada dikeluarga kayak gini. Kenapa bapak gak berusaha buat nyari kerjaan yang lebih baik???!! Hmmm. Ditambah lagi aku ngerasa banget dibeda-bedain disini. Ibu sama bapak lebih sayang sama Jani dibanding aku. Aku benci mereka."

Bapak saat itu masih berjuang dengan sangat keras mencari uang tambahan, aku masih ingat karena sebuah pertengkaran kecil aku menyakiti hati orang tuaku. Iya pertengkaran itu disebabkan sebuah handphone. Aku marah pada ibu karena handphone milik ku disita ibu dan diberikan kepada Jani adikku, aku benci mereka. Aku mengatakan hal-hal yang seharus nya tidak aku katakan kepada ke dua orang tua ku.
Aku benci diriku pada hari itu.

Ibu: " Mulai sekarang hp ibu ambil untuk sementara. Terserah kamu mau gimana. Kamu sendiri gak mau mikirin masa depan kamu, biar aja Dimas tetep kesini. Ibu gak larang. Tapi buat main hp maaf sekarang gak bisa. Ini hukuman buat kamu."

Aku: " IBU INI APA-APAAN?! AKU INI UDAH BUKAN ANAK KECIL LAGI BU!! IBU GAK BISA SEENAK NYA GINI SAMA AKU!!"

Ibu: " Kalo kamu ngerasa udah bukan anak kecil lagi. Mana sikap dewasamu? Mana?? Kamu harusnya udah bisa bagi waktu kamu. Anatara kehidupan kamu, kewajiban kamu, kesenangan kamu dan lainnya."

Aku: " IBU ITU EMANG GAK AKAN PERNAH NGERTIIN PERASAAN ARINI!!! ARINI BENCI IBU SAMA BAPAK. ARINI BENCI KELUARGA INI ARINI BENCI JANI. ARINI BENCI SEMUA. NYA."

Aku sadar saat itu bapak hanya melihatku dari kejauhan dapur, bapak hanya terdiam dan sepertinya sedih. Aku sangat menyesal karena sudah membiarkan setan menguasai diriku dan membuatku kehilangan kontrol penuh atas ini.

PLAKK...
Tamparan yang ibu hadiahkan padaku.
Seperti ada umpatan yang ibu berusaha tahan untuk keluar dari mulunya. Takut nantinya ibu yang malah menyesal.

Bapak: " IBUKKK!!! BERHENTI"

Aku hanya bisa menatap ibu sambil memegang pipiku yang memerah seraya menahan tangisku, ada bekas telapak tangan ibu di pipiku. Ibu lantas menatap telapak tangan nya sendiri. Dan berusaha menyadari perbuatan apa yang baru saja dilakukan.

Ibu: "Arini ... ibu ibu minta maaf... nak"

Aku: " Aku benci kalian."

BRAKKK...
Pintu kamar yang ku banting keras-keras.

Aku hanya menangis, aku beranggapan bahwa bapak dan ibu hanya menyayangi Jani. Dan tidak denganku. Aku menangis dikamar dan berusaha menenagkan diriku sendiri. Sampai pada akhirnya aku mendengar suara itu.

Bapak: " Nak... Arini makan yuk, ibu minta maaf nak. Maafkan ibu yak, bukan maksud ibu seperti itu sama Arini. Arini juga harus paham ya nak. Harus mengerti."

Aku: " NGERTIIN APA LAGI PAK? ARINI CAPE HARUS HIDUP GINI-GINI AJA. GAK ADA PERUBAHAN NYA SAMA SEKALI. ARINI CAPEK HIDUP MISKIN, ARINI JUGA MAU KEHIDUPAN KITA KAYAK DULU PAK. BAPAK NGERTIIN PERASAAN ARINI GAK SIH?!"

Bapak: " Nak. Maafkan bapak ya, jujur aja bapak juga sudah berusaha biar kita semua gak susah kayak sekarang nak. Tapi nak bapak janji. Bakalan bahagiain Arini terus. Arini sabar ya nak"

Jujur saja, aku sebenarnya menyesal sudah mengatakan hal-hal yang menyakitkan kepada orang tuaku. Dan penyesalan itu sangat terasa sampai saat ini. Aku sangat menyesal dan benar-benar menyesal.

Aku bingung karena aku tak bisa menghubungi Dimas untuk menceritakan semuanya, karena hp ku ada bersama Jani.

Tapi Jani dengan diam-diam dia meminjam kan handphone ku. Untuk ku gunakan, aku memberi kabar kepada Dimas bahwa keadaan dirumah ku sedang tidak baik.

Jani: " Kakak... Ini Jani...."

Aku: " Ngapain ?"

Jani: " Kakak ini hp nya ambil aja..."

Aku: " Ngapain kamu kasih kakak, kamu seneng kan sekarang?"

Jani: " Kok kakak gitu sih sama Jani:(. Kan niat Jani baik kak. Ini hp nya kakak kabarin kak Dimas"

Aku memberi kabar kepada Dimas, Dimas memaklumi itu tapi dia tidak memaklumi dengan apa yang sudahku katakan kepada kedua orang tuaku.

Aku: " Dim, aku berantem sama bapak ibu"
Aku menceritakan semua. Dari awal sampai akhir

Aku: " Dan sekarang Jani malah kasih Hp ku lagi"

Dimas: " Arini kamu gak boleh ngomong gitu ya apalagi sama orang tua kita sendiri, mau bagaimana pun mereka udah berusaha susah payah buat ngebesarin kamu. Aku tahu kamu kecewa sama kondisi kamu saat ini. Tapi apa kamu pernah kepikiran. Gimana perasaan ibu sama bapak sehabis kamu ngomong kayak gitu? Hancur Rin"

Aku sadar aku salah
Dan benar-benar salah

Disaat seperti itu Dimas benar-benar sabar dalam menghadapi sikapku. Yang tiba-tiba berubah menjadi tempramental, dia sabar menemaniku dan tak henti-hentinya memberiku nasihat.

Dimas: " Suatu saat kamu bakal jadi seorang ibu, sebelum kamu dihormati anakmu. Aku harap kamu bisa menghormati ibu dan bapakmu dulu ya. Yang kuat sayang, aku ada disini"

Dimas terima kasih.




_

Seberapa berarti sesuatu yang kita punya?

Sangat berarti rasanya, bila kita sudah kehilangan sesuatu itu dari genggaman kita

PINDAH  [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang