XVI

502 87 3
                                    

Aku berlari menghampiri tempat mereka berasal. Aku tak bisa melihat mereka. Aku menoleh ke kanan dan kekiri, masih tak yakin dengan apa yang terjadi. Ex menyusulku, membantuku mencari mereka.

  "BA!" teriak Mark tiba-tiba muncul membuatku kaget. Sialan kau, Mark.

  "Mana adikku?" tanyaku sambil berkacak pinggang.

  "David! Keluarlah!" teriak Mark ke belakang, ke arah laut lepas yang seakan tiada berakhir.

  "David, c'mon, cukup sudah main-mainnya. Mereka benar-benar khawatir" kata Mark dengan nada membujuk. Namun tak ada jawaban.

  "David!" teriakku panik, benar-benar panik.

  "Ah tidak, tidak, jangan lagi"

  "Mark, apa maksudnya ini?!" teriakku pank ke arah Mark.

  "Kami berencana untuk mengagetkan kalian. Kami sudah menyusunnya dari awal" kata Mark bingung.

  "David!" teriakku sambil terus berusaha mencarinya.

  "Kumohon, kumohon, jangan lagi"

  "ITU DIA!" teriak Ex kencang. Ia menarik sebuah tubuh yang sepertinya mengambang. Tunggu, David? Ia tak mati, kan?

  "DAVID!" teriakku sambil membantu Ex menariknya ke pasir, keluar dari air. Ia terkulai tak bergerak. Aku dan Ex membaringkannya.

  "David bicara padaku!" kataku khawatir. Masih tak ada jawaban.

  "Kumohon, jangan lagi"

  "Oh, apa yang harus kita lakukan?" kataku bingung sambil memegangi tangan David. Uh, adik kecilku.

  "Mam, kurasa kita harus coba nafas buatan" usul Ex sambil menggaruk kepalanya yang kurasa tak gatal.

  "Huh? Siapa yang akan melakukannya?" tanyaku bingung.

  "Mam" jawab Ex singkat.

Eh? Kenapa aku?

  "Um, walaupun aku tak pernah sebelumnya, tapi akan kucoba" jawabku ragu. Walaupun ini akan terlihat aneh, setidaknya ia tak mati.

  "Biar aku saja" kata Mark tiba-tiba mengusulkan diri.

  "Eh, Mark? Kau yakin?" tanyaku bingung.

  "Yeah" katanya sambil mendekatkan wajahnya pada wajah David. Semakin dekat dan semakin dekat. Kurasa cukup dekat, mungkin jarak diantara wajah mereka kini hanya 5 cm.

  "SIALAN!" teriak David kencang sambil membenturkan kepalanya ke kepala Mark dan mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

Mark terdorong ke belakang sambil memegangi kepalanya yang aku yakin terasa sakit. David pun sama. Ia memegangi kepalanya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menutup mulutnya. Keadaan hening sebentar.

  "DAVID!" kataku senang sambil memeluknya. Ya Tuhan, dia masih hidup.

  "Aku hanya berencana mengerjai kalian dan bangun disaat yang tepat. Kau tahu, aku mulai panik saat kalian menyebutkan nafas buatan. Dasar orang-orang gila. Aku tak mau mengotori bibirku" katanya kesal, masih dalam pelukan.

Ex dan Mark mendekat. Mereka ikut berpelukan. Ri mendekat tapi ia hanya berdiri mematung disana. Tentu saja, ia tak bisa ikut berepelukan karena baju kami semua basah. Sebenarnya kami tak tahu dalam rangka apa kami berpelukan bersama-sama seperti ini, tapi tak apa. Mari kita berbagi baju basah untuk sejenak.

Kini langit sudah benar-benar berubah menjadi warna jingga. Bahkan kupikir, burung-burung camar di sekitar sini juga bertambah jumlahnya.

Aku duduk ke belakang dan berencana untuk membuat istana pasir. Ah tapi seperti yang kalian lihat, itu hanya rencana. Dengan pasir yang begitu banyak ini, aku bahkan tak mampu membuat istana itu. Ex menghampiriku sambil membawa sebuah ranting pohon yang sudah agak tua. Ia tersenyum senang dan mulai menggambar 2 buah stickman perempuan. Kau tahu gambaran sederhana anak TK? Seperti itulah kira-kira gambar yang dibuat Ex.

  "Ini aku" katanya sambil menunjuk gambaran perempuan dengan rantingnya. Perempuan itu tersenyum ceria dan memakai pita di rambutnya.

  "Ini Mam" katanya sambil menunjuk gambaran perempuan yang satunya. Perempuan itu memakai kacamata dan bunga di telinganya. Wajahnya tersenyum kecil.

  "Hey hey, aku tak digambar?" tanya Ri menghampiri kami. Ah, kurasa disini cukup aman untuknya. Lagipula, asal tak terkena air, bukan?

  "Ah sebentar, Ri" jawab Ex tergesa-gesa sambil buru-buru menggambar stickman yang lain.

  "Aku juga mau!" teriak David sambil berlari menghampiri kami disusul Mark di belakangnya. Kurasa pantai ini akan jadi kelas menggambar.

Ex membuat gambar stickman lainnya. Dari posturnya saja, aku sudah bisa menebak bila gambar yang berbadan besar itu adalah Mark dan satu yang lebih kecil adalah David. Semua gambar itu berpegangan tangan dan memiliki senyum di wajahnya. Kalau dilihat-lihat, gambarku terlihat jauh lebih jelas dan tebal daripada mereka. Aku mengambil ranting pohon yang berada tak jauh dariku.

  "LIFE IN DEATH, RE-50.Y"

Kira-kira kalimat itulah yang aku ukir di pasir. Life untuk hidup, death untuk mati. Kurasa kita sedang hidup dalam kematian. Dan kode di belakang; Re-50.y, kami hanya mengulang kejadian 50 tahun silam.

Aku diam tak bergeming untuk sejenak. Kapan kisah ini akan berakhir?

Life in Death 2 : IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang