XI

574 98 7
                                    

Kami pun pergi ke ruangan yang menjadi pusat bangunan. Ri bersiap membuka alat-alat di tangannya, tentu saja sebelum profesor itu datang.

  “Kau akan masuk ke kapsul setelah aku menguji alat baru untukmu, Ri. Alat ini akan memberikan listrik yang jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Tentu saja setelah ini kau tak akan mudah tumbang” katanya sambil membawa 2 buah alat baru. Bentuknya seperti petir seukuran pergelangan tangan orang dewasa yang terbuat dari kaca hitam. Sebenarnya aku pun tak yakin apakah itu kaca atau logam. Yang pasti, warnanya hitam legam.

Profesor Regis memberikan alat itu pada Ri. Untuk beberapa saat, aku yakin bahwa aku melihat kilatan listrik di sekeliling alat itu setelah Ri memegangnya.

  “Seperti yang aku katakan, alat itu memberikanmu listrik yang lebih besar dan lebih kuat sehingga kau tak akan mudah tumbang dan kemungkinan kau berada di medan zombie bisa lebih lama. Tetapi saat ada keuntungan, pasti ada resiko. Alat itu jauh lebih berbahaya dari yang kau bayangkan. Tantanganmu sekarang adalah kau harus bisa mengendalikannya, atau kau yang akan tersetrum sampai menjadi gosong” ucap professor Regis panjang lebar.

Aku sendiri cukup terkejut dengan penjelasannya. Hidup memang sebuah pilihan. Tapi apakah kau akan mengorbankan nyawamu demi bertambahnya kekuatan?

Well, kembali lagi pada awal, untuk kini, ia tetap menjadi bahan eksperimen profesor Regis, bukan?

  “Bagaimana dengan senjataku?” kata David memelas.

  “Ah iya, sebentar. Kau dan El bisa ikut aku ke ruangan sana” ajaknya sambil melangkah pergi diikuti oleh aku dan David di belakangnya.

Kami sampai di ruangan itu. Luas tapi tak seluas ruangan pusat bangunan. Ruangan ini berisi meja berbentuk persegi panjang yang lebar dan terbuat dari kaca, beberapa alat yang tak kumengerti fungsinya apa, sebuah kursi panjang dengan sebuah bantal di atasnya, dan beberapa tumpuk kertas dengan tulisan tangan yang sepertinya aku sendiri tak bisa membacanya.

Profesor Regis berjalan menuju salah satu alat yang terlihat memiliki banyak kabel. Ia mengambil sesuatu di atas alat itu. Sebuah tongkat baseball berukuran besar yang terbuat dari logam, dan sebuah gergaji mesin yang ukurannya lebih besar dari gergaji mesinku.

  “Oh ayolah! Kau tak serius bukan? Kemarin senjataku adalah pedang dan kali ini kau memberikanku tongkat baseball?” keluh David yang sepertinya kecewa.

  “Pegang ini” Regis memberikan tongkat baseball itu pada David yang sedang cemberut.

  “Sekarang tekan tombol kecil dibawah tongkatnya” kata Regis memberi intruksi pada David.

1 detik, 2 detik masih belum terjadi apa-apa. Tapi kurasa saat detik ke 5, tongkat baseball yang dipegang David berubah warna. Mungkin jingga kemarahan, entahlah, tapi aku yakin sekali bahwa itu sangat panas.

  “Ini panas?” tanya David pada Regis.

  “Coba saja kau tempelkan tongkatmu itu dengan botol plastik di meja sana” jawabnya.

David bergerak mengikuti arahan Regis. Ia menempelkan tongkat itu pada botol plastiknya dan… meleleh.

Botol plastik itu benar-benar meleleh!

Bahkan aku yakin itu belum lebih dari 5 detik sejak David menempelkan tongkat itu pada botolnya. Aku tak tahu teknologi apa yang digunakan oleh professor Regis untuk membuatnya, tapi kurasa ini benar-benar mengagumkan. David juga tampak puas. Senyum lebar terpapar jelas dari ekspresi wajahnya.

  “Sekarang coba kau tekan lagi tombolnya” kata Regis pada David.

Seperti sebelumnya, dalam waktu kurang lebih 5 detik, tongkat itu mulai berubah. Beberapa duri mulai timbul menutupi tongkat baseball itu. Kurasa duri-duri itu akan lebih memudahkan David untuk membunuh zombie-zombie itu.

Life in Death 2 : IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang