III

798 96 0
                                    

Matahari mulai naik. Pagi berganti siang. Aku menghampiri Mark, Ex, Jesica, dan Fauzia yang sedang berada di ruang tamu.

  “Um… kurasa aku sudah sembuh total” kataku pada mereka.

  “Benarkah Mam?” tanya Ex sambil menghampiriku. Ia memandangiku dari kepala hingga ujung kaki.

  “Kau sungguh-sungguh kan?” tanya Mark sambil duduk.

  “Ya, kurasa begitu. Aku sudah lancar bergerak. Walau tak seperti dulu, setidaknya kondisiku jauh lebih baik” kataku pada mereka.

  “Apa kau tak butuh istirahat lebih, El?” tanya Jesica sambil menatapku. Ada apa dengan orang-orang.

  “Hm… kurasa aku tak butuh. Aku sudah istirahat terlalu lama. Kini aku sudah merasa lebih baik jadi kita bisa melanjutkan perjalanan” kataku pada mereka.

Mereka seketika terdiam. Apa ada yang salah dengan ucapanku?

  “Kita tak akan melanjutkan perjalanan, El” ucap Jesica dengan raut wajah yang sulit kumengerti.

  “Hah? Kenapa?” tanyaku agak kaget.

  “Kondisi sekarang tak memungkinkan untuk kita berangkat. Mungkin kita akan melanjutkan perjalanan beberapa hari ke depan” kata Mark. Entahlah, suaranya terasa asing bagiku.

  “Apa kalian yakin? Apa kalian tak berpikir bahwa kita diam terlalu lama?” tanyaku masih agak bingung.

  “Hm… entahlah, lagipula kita---“ belum selesai Fauzia berbicara, sudah ada yang memotongnya.

  “Hai kalian! Aku sudah menyiapkan alat untuk besok!” teriak Yuki sambil menghampiri kami. Ekspresi yang lainnya terlihat kaget.

  “Besok? Memangnya besok kalian mau apa?” tanyaku benar-benar bingung.

  “Um… besok… besok kita akan pergi berburu, haha” ucap Mark canggung. Aku tahu ada yang aneh sejak awal.

  “Iya iya, besok kami akan berburu” kata Jesica canggung.

  “Hei… apa yang kalian bicarakan? Bukannya besok kita akan pergi mencari professor itu?” tanya Yuki sambil terkekeh.

BINGO.

Sudah kuduga ada yang mereka sembunyikan dariku.

  “Apa maksudnya? Kalian akan pergi tanpa memberitahuku?!” teriakku kesal pada mereka, dibalas tatapan takut mereka.

  “I…itu bukan seperti yang kau pikirkan, El” kata Fauzia terbata-bata.

  “Ini semua hanya salah paham, iya ‘kan, Ex?” tanya Mark panik.

  “Ex?” aku menatap matanya kesal.

  “Huft… maaf. Aku tak mau ikut campur. Aku tak bisa membohongi Mamku” katanya sambil pergi meninggalkan ruang tamu.

Kini Jesica, Mark, dan Fauzia bertatap-tatap bingung. Aku tahu ada yang salah sejak awal. Tapi aku tak percaya mereka masih berusaha menyembunyikannya bahkan setelah aku mengetahui apa yang disembunyikan mereka.

  “Jadi… kenapa kalian menyembunyikannya dariku?” tanyaku pada mereka sambil berkacak pinggang.

  “Uhm… itu” Jesica bingung menjawab.

  “Akan lebih baik jika kalian pergi pagi-pagi sampai aku tak sempat melihat kalian pergi. Kalian bahkan membohongiku” kataku dengan nada sedih.

  “El…” kata Jesica pelan.

  “Kenapa?” tanyaku kesal.

  “Kenapa kalian seperti ini?! Apa aku membuat kesalahan hingga kalian harus menutupinya dariku?!” kataku mulai teriak.

Life in Death 2 : IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang