prolog

37.2K 2K 150
                                    

"Kau tak mau menikah?" tanya Lucas terkejut dengan mata membesar. "Selamanya?"

"Aku tak bilang selamanya. Tidak dalam waktu dekat atau sepuluh tahun lagi," jawabku tenang. "Kecuali jika aku mendadak hamil."

"Mendadak hamil matamu!" celetuk Harley malas. "Tidak akan ada laki-laki yang sudi menyentuhmu dengan gaya dan tingkahmu yang begini."

Aku mendengus. Harley selalu meledekku soal status romansa yang kumiliki. Single sejak aku dilahirkan. Beberapa pria sempat mengajakku berkencan untuk saling mengenal dan aku menyambut ajakan mereka. Mereka hanya ingin berkenalan lebih dekat. Dan karena tujuannya hanya berkenalan, tak ada satupun yang dari para lelaki itu yang berhasil melewati garis pertemanan. Mereka semua berakhir menjadi teman baikku yang selalu mengajakku berkumpul dan bicara soal apapun. Tentunya permasalahan pria, karena bagi mereka aku adalah satu dari segelintir wanita yang menyenangkan untuk diajak bicara.

"Aku punya lebih banyak teman kencan dari pada dirimu," balasku santai sambil meneguk minuman vitamin C ku.

Kami semua adalah anak-anak dari Easton Universal University. Ini sudah menjelang tahun terakhir perkuliahan dan kami sama sekali tak peduli. Katakanlah, kami geng berandalan kampus, tapi kami tidak terlalu bodoh. Hanya terlalu tak peduli.

"Jangan menyombongkan teman kencanmu. Semuanya berakhir menjadi teman nongkrong kita!"  balas Harley sengit.

Aku mendengus, mengalihkan pandanganku asal dan bertemu pandang dengan seorang pria tampan yang duduk di ujung ruangan bar tempat kami biasa berkumpul. Pria itu mengenakan pakaian rapi dengan rambut dibelah samping yang rapi hampir mengelimis. Wajahnya nampak berkilau diterpa cahaya ruangan. Pria itu sungguhan tampan.

"Kau lihat apa?" tanya Lucas sambil berbalik menatap ke arah yang kulihat.

"Pria berkacamata itu," kataku datar.

"Kenapa? Dia culun?" tanya Lucas sambil beralih menatapku. "Aku tak percaya ada orang seperti itu di sini. Lihatlah bingkai kacamatanya!"

"Dia cukup tampan," kataku tak peduli, masih beradu pandang dengan pria rapi itu. "Kau hanya perlu menilik lebih dalam."

"Ia menatapmu," kata Harley.

Aku melempar seulas senyum tipis, nampak sopan dan ramah, juga manis. Iya, aku suka sekali mencitrakan diriku sebagai anak baik-baik yang nampak polos. Lagi pula, wajahku mendukung dan hampir semua orang berpikir jika aku adalah tipe wanita kalem dan polos.

"Ia tak akan berani kemari," kataku santai. "Kapan Jamie dan Jeno datang?"

"Entahlah," balas Lucas sambil beranjak bangkit. "Aku mau merokok."

"Aku juga!" Harley ikut berdiri.

Ruang merokok ada di lantai dua. Aku menatap mereka malas, menutup botol minuman vitamin C yang kuminum dan meraih ponselku. Si kembar bermulut manis itu kenapa masih belum datang juga? Brengsek.

Twenty one
SparklingDeer

Miu

Miu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twenty OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang