dua puluh tiga

8.4K 1.5K 116
                                    

Kami tiba di hotel pukul setengah delapan malam, menikmati makan malam karena kelaparan dan tertidur sampai keesokan harinya. Aku tidur sendirian sementara Mark dan Harley satu kamar, diikuti Jeno, Jamie dan Lucas di kamar yang lain. Kelima anak itu menggedor pintuku pagi-pagi sekali, membangunkanku dengan alasan ingin melihat matahari terbit yang langsung kutolak mentah-mentah.

Pantai ini tidak diberi nama Golden Sunset karena matahari terbitnya tapi karena matahari terbenamnya. Kelima pria ini jelas-jelas terlalu dungu untuk menyadari hal ini. Aku kembali tidur setelah menendang mereka semua kembali ke kamar masing-masing dan bangun hampir pukul sembilan. Aku sudah bersiap-siap dengan pakaian pantaiku, kaus longgar sepaha dengan bahan menerawang dan celana pendek bahan kain nyaman.

"Kenapa kau tidak pakai sesuatu yang mirip bikini? Paling tidak kau harus kelihatan keren saat bersama dengan kami!" keluh Jamie ketika aku muncul di restoran hotel untuk sarapan.

Aku memutar bola mataku malas, menahan diri untuk tidak menyiram serealku ke wajahnya. Masing-masing dari mereka juga cuma memakai kaus biasa dan celana renang. Cuma Harley yang mengenakan kemeja hijau muda bermotif nanas yang khas anak pantai sekali.

"Itu memang sudah menjadi gayanya," celetuk Jeno membelaku. "Lagi pula, ia akan membawa masalah jika sampai memakai bikini."

"Edward Drew akan langsung mengikatmu di ranjang dan mencambukmu keras-keras kalau sampai kau pakai bikini," ujar Mark membuatku meliriknya sinis.

Walau memang benar aku tidak mengenakan bikini yang sudah kusiapkan dalam koperku karena Edward. Bagaimanapun juga, aku berusaha supaya tidak membuatnya lebih kesal lagi karena aku masih sayang nyawa. Lagi pula, siapa yang tahu apa yang akan ia lakukan?

"Edward melakukan itu?" tanya Jamie terkejut pada Mark. "Seperti Christian Grey?"

"Tidak. Aku hanya asal bicara," kata Mark santai. "Tapi, siapa yang tahu dia akan melakukan itu kan?"

Aku mendengus menyuapkan serealku dan mulai melahap sarapanku. Namun, Jamie dan Harley sepertinya belum puas menggangguku dan masih menginginkan detail lebih rinci tentang hubunganku dan Edward.

"Apa ia menjanjikan rumah untukmu? Atau ia melamarmu?" tanya Jamie penasaran.

"Itu tidak mungkin. Miu tidak akan minat menikahinya," kata Harley. "Yang penting, bagaimana kau akan mengelola kehidupan seksmu mengingat kau kan sudah berhubungan intim dengannya. Apa kau gunakan pengaman?"

"Apa kalian harus bicarakan itu di sini?" ketus Jeno lagi.

"Kenapa? Kita kan sesama pria!" balas Jamie sambil melirikku yang sedang makan. "Maksudku, lima pria dan setengah pria."

"Aku sudah menahan diri tidak melemparkan mangkuk ini ke wajahmu," kataku datar sambil menatap Jamie langsung.

Anak itu langsung memasang cengiran lebar tanpa rasa bersalah. "Kalau kau tak mau jawab pertanyaanku, jawab saja pertanyaan Harley."

"Aku tidak akan menjawab pertanyaan siapapun," kataku malas. "Itu urusan pribadiku."

Harley dan Jamie berdecih, melanjutkan sarapan mereka sementara aku menyelesaikan sarapanku. Usai sarapan, kami semua memutuskan untuk bersantai di tepi pantai. Lucas, Mark dan Jamie memutuskan untuk bermain voli dengan pengunjung yang kebetulan berada di pantai. Sementara Aku, Harley dan Jeno memilih bersantai di hammock yang tergantung di bawah pohon kelapa.

"Mark bilang mantan istri Edward masih mengganggumu," kata Jeno yang sedang berbaring di hammocknya yang terletak di atasku.

"Ia sempat datang ke kantorku beberapa hari lalu, tapi wanita itu bukan masalah besar," balasku santai sambil memejamkan mata.

Twenty OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang