dua puluh enam

10K 1.5K 105
                                    

Seperti yang kujanjikan, aku memberikan semua uang yang Edward berikan padaku untuk Callia. Ia kemudian pergi dari kontrakan dan berangkat ke luar negeri dengan uang yang ia miliki. Aku cukup lega mengetahui jika Callia sebenarnya tak sejahat itu. Ia hanya jahat karena keadaan dan aku akan memaafkannya. Bukan karena aku baik, tapi karena aku menganggap kami impas.

Dan soal Edward, pria itu benar-benar menghubungiku seharian penuh sejak kemarin. Berusaha menemukanku yang pada akhirnya percuma. Aku mematikan ponselku, mengganti nomor ponselku lagi dan kali ini benar-benar tak berniat kembali. Pria itu sempat datang ke bank tadi pagi sebelum Callia datang, yang kuabaikan sampai ia hampir mengamuk dan menarikku keluar dari konter teller. Untungnya Jeffrey mencegahnya dan satpam yang bertugas segera menggiringnya keluar.

Aku akan memaafkan jika ia menipuku saat masih berstatus menikah dan memaksaku berhubungan seks, tetapi ia membiarkan dirinya disentuh jalang lain. Sementara aku saja akan langsung ia habisi begitu melihatku mengenakan pakaian yang sedikit seksi. Aku sudah bilang jika dunia harus adil.

"Kau akan terperangkap dalam masalah jika bertingkah begini," ujar Mark membuatku menatapnya. "Edward Drew tak akan pernah melepaskanmu."

"Aku tak berniat kembali padanya kalau kau mau tahu," kataku datar. "Ia hanya bersikap seperti keinginannya saja. Membuatku muak. Aku akan mengembalikan mobilnya. Uangnya sudah kuberikan pada mantan istrinya, jadi Edward tak perlu khawatir jika aku menggunakan uangnya untuk pria lain."

"Edward akan mengamuk jika kau terus begini. Mengalah saja untuk kali ini. Aku khawatir ia akan menculikmu. Tadi saja ia sangat siap menyeretmu ikut dengannya."

Aku tak menjawab. Aku tak mau mengalah atau kembali padanya. Aku mengabaikan ucapan Mark, bekerja seperti biasanya. Aku menyempatkan diri untuk mengantarkan mobil mercedes yang Edward berikan pada Loey supaya ia yang mengembalikannya saat pulang kerja. Yang jelas membuat Loey langsung panik, seperti Jeffrey.

"Jangan lakukan ini, Miu," katanya mencegahku. "Kau tak akan mau melihat Edward lepas kendali sepenuhnya."

"Aku sudah pernah lihat-"

"Tidak. Ia masih menahan dirinya selama ini, tapi kali ini kau mungkin akan terkurung bersamanya hingga berbulan-bulan. Percayalah, aku mengenalnya lebih baik dari siapapun." Loey memperingatkanku.

"Aku juga bisa lepas kendali. Bukan hanya dia," balasku geram. Kenapa mereka semua begitu takut jika pria itu kehilangan kesabarannya? Mereka tak takut jika aku juga kehilangan kesabaranku? Aku terhitung sudah sangat baik dengan masih menerimanya walau ia menipuku dan sekarang mereka mengharapkan aku menerimanya kembali setelah ia mencium seorang jalang? Aku saja bahkan tak membiarkan diriku disentuh orang lain karena aku sangat loyal padanya. "Kembalikan saja mobil sialan ini atau kubakar sekalian."

Aku meninggalkan Loey, melanjutkan aktivitasku seperti biasanya. Karena Callia sudah pergi bersama dengan Kakaknya, tak ada lagi penguntit yang mengintaiku. Aku sepenuhnya kembali ke kehidupanku yang damai walau membosankan. Jujur, aku rindu kedamaian ini walau kadang aku juga bosan setengah mati. Jeno dan Lucas muncul di kelas malam hanya untuk menanyakan apa yang sudah terjadi saat aku meninggalkan Edward. Mereka benar-benar menyelundup ke kelas malam supaya bisa bicara denganku.

"Apa kau yakin akan baik-baik saja?" tanya Lucas dengan wajah khawatir. "Kau tahu, pria itu sangat berang sewaktu mencarimu di hotel."

"Ia hampir menculik Miu saat jam kerja," sambar Mark berbisik supaya suaranya tak terdengar oleh dosen. "Aku saja hampir kencing di celana melihatnya."

Aku menghela napas pelan. Kami tak akan ketahuan karena duduk di posisi paling belakang dan dosen tak akan bisa menangkap kami sedang bicara jika kami berbisik seperti ini. "Ia kan bisa mendapatkan wanita lain. Atau bawa saja jalang yang ia cium kemarin sekalian."

"Kau pernah dengan istilah head over heels? Seperti itulah Edward Drew padamu. Ia bisa membawa banyak wanita dan ia hanya menginginkanmu," kata Jeno menyahut. Aku mendengus. Head over heels, tahi kucing!

"Dari pada head over heels, terobsesi lebih tepat. Sejak awal ia menginginkan Miu menjadi sugar babynya sampai ia menjemput paksa Miu di bar waktu itu, kau yakin itu bukan terobsesi? Selain itu, ia juga posesif setengah mati padamu." Lucas memasang wajah serius.

"Jeffrey menyuruhku membujukmu. Aku tak tahu kenapa, tapi mungkin Edward akan memaksa menikahimu atau menghamilimu sekalian jika kau masih keras kepala," kata Mark memberitahuku. "Aku tahu harga dirimu terluka melihatnya berciuman dengan jalang itu, tapi kau kan harus pikirkan keselamatanmu. Siapa yang tahu ia akan menculikmu dan mengurungmu selamanya?"

"Berhentilah menonton film," desisku pada Mark. "Aku sudah katakan padanya, aku akan membunuhnya jika ia menggangguku."

"Seolah kau tega membunuhnya?" sinis Jeno kesal.

Aku menarik napas panjang. Aku mungkin tega membunuhnya, tapi aku tahu aku tak akan bisa. Secara fisik, aku selalu kalah darinya. Aku mengusap wajahku kesal, mengabaikan ucapan Lucas, Mark dan Jeno. Kelas usai dan kami segera pulang. Namun, aku kembali melihat Jeffrey dan Loey di halaman kampus. Mau tak mau, aku terpaksa bicara dengan mereka dan meminta Jeno menungguku karena aku akan pulang bersamanya.

"Apa lagi?" tanyaku malas.

"Sekali ini saja, dengarkanlah kata-kata kami!" Jeffrey menatapku kesal. "Aku hanya berusaha memberimu nasehat supaya kau bisa berkeliaran bebas. Kau tahu sendiri pria itu berani menidurimu di kamar mandi umum dan benar-benar mengejarmu sampai kemari waktu itu. Apa kau masih tak jera juga?"

"Ia tak akan menemukanku-"

"Ia bahkan punya nomor telepon barumu, alamat kontrakanmu yang baru dan ia sangat murka begitu aku mengembalikan kunci mobilmu," sambar Loey. "Ia hampir menghancurkan seisi kantornya. Karena itu, Miu! Lakukan ini untuk dirimu sendiri! Kami lakukan ini supaya terhindar dari amukannya dan kau juga harus melakukannya."

Dan benar saja yang dikatakan Loey. Edward sudah menghubungi nomor baruku dan aku menarik napas panjang. Sial. Aku lupa jika yang kuhadapi adalah seorang pria tajir melintir yang akan memanfaatkan uangnya untuk sekedar menemukan nomor ponselku. Aku menghela napas kesal, menatap Jeffrey dan Loey yang menatapku dengan tampang yang seolah berkata sudah kubilangkan begitu ponselku berdering.

"Kalau begitu, abaikan saja aku. Pokoknya, aku tak mau diganggu," kataku keras kepala membuat Jeffrey menggeram kesal.

"Lakukan sesukamu! Edward Drew jelas-jelas akan mengurungmu bersamanya sampai kau berhenti bersikap begini dan tak ada siapapun yang akan menolongmu!"

Aku berdecih, beranjak pergi dan mengabaikan ucapan Jeffrey. Seolah ia menolongku saja saat Edward Drew meniduriku di toilet umum dulu. Padahal kan, dia yang mengunci pintu! Benar-benar pria tidak sadar diri! Pikirnya dia menolongku selama ini? Akulah yang menolong diriku sendiri dan mengendalikan Edward dengan otak cerdasku.

Laki-laki memang semuanya menyebalkan!











Note:

Pemberitahuan aja, siapa tau di Ma Chérie nggak muncul notif.

Ma Chérie dipinang penerbit semi-mayor, mungkin bisa masuk gramedia tergantung banyak nggaknya pemesanan kalian. Gue bakal rombak cerita dikit-dikit biar nggak mengganggu alur.

Dan siapa tahu kalian juga banyakan gabut daripada produktif, boleh baca cerita baru gue, Don't Look.

Kemudian, terimakasih untuk teman-teman yang sangat setia menunggu cerita ini. Tenang aja dikit lagi juga tamat kok. Sehabis ini, gue bakal balik lagi dengan cerita baru selain Don't Look. Tetap kalem karena ide gue banyak, males aja yang gede.

Udah segitu aja notenya.

Twenty OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang