dua puluh tujuh

8.4K 1.5K 84
                                    

Edward muncul di depan kontrakanku, tepat ketika aku sedang cuti di hari Jumat. Seperti yang Jeffrey dan Loey katakan, ia tahu nomor ponsel baruku, alamatku dan aku yakin ia juga pasti tahu aku akan cuti hari ini dari Mark. Aku juga sangat yakin jika ia mengancam Mark, karena anak itu takut padanya. Ia masih tak menyerah sejak kukembalikan mobilnya. Benar, sudah hampir berhari-hari ia menggangguku tidak hanya di bank tapi juga di kampus. Ia terus berusaha membawaku kembali ke rumahnya. Ia sangat keras kepala, padahal aku sudah menolaknya.

"Bisakah kau berhenti menggangguku?" desisku geram begitu melihat wajahnya.

"Tidak," jawabnya singkat sambil menatapku lekat.

Aku menghela napas, menatap sekitar kontrakan baruku yang sepi. Niatku adalah berteriak jika kontrakanku digedor oleh pencuri, tetapi sayangnya semua tetanggaku sedang bekerja. Callia juga sudah pindah, jadi tak ada yang bisa kuharapkan.

"Aku sudah kembalikan mobilmu, uangmu juga sudah kuberikan pada Callia supaya ia bisa pergi dan hidup dengan tenang bersama dengan Orion dan Kakaknya." Aku melipat tangan di dada. "Jadi aku tak bisa kembalikan uang yang kau berikan. Lagi pula, kukembalikan juga tak akan berguna buatmu."

"Apa aku peduli soal uang dan Callia?" balasnya membuatku mendesah berat.

"Kau sangat egois. Itu jadi alasan tambahan buatku-"

"Jika melindungimu adalah egois-" potong Edward yang langsung membuatku marah.

"Melindungiku? Lebih seperti kau mencoba memerangkapku seumur hidup bersamamu! Kau pikir apa aku ini? Mainan? Boneka barbie? Pikirkan baik-baik!" sentakku dengan nada meninggi. "Apa pergi berlibur tanpa izinmu adalah kesalahan fatal? Aku tak akan bilang aku tak bersalah, tapi kau bertingkah seolah aku pergi liburan untuk berhubungan badan dengan setiap pria yang kutemui!"

"Kau tahu terlalu berbahaya buatmu pergi sendirian dan aku tak suka kau bersama dengan teman-temanmu!" balas Edward berusaha keras tidak membentakku, tetapi aku marah.

"Apa yang berbahaya? Teman-temanku? Kau takut aku tidur dengan mereka? Kau pikir aku akan melakukannya? Aku bahkan menahan diriku untuk tidak mengenakan bikini, tetapi kau datang dan memancingku! Kau bahkan berciuman dengan jalang yang entah berasal dari mana! Bagaimana kalau aku yang melakukannya?"

"Jika kau berani melakukannya, percayalah aku akan membuatmu terkapar di ranjangku," balasnya dengan mata berkilat. Aku menarik napas panjang, menahan diri untuk tidak berteriak.

"Makanya, kubilang kau egois," ujarku lelah. "Kau bahkan sama sekali tak peduli pada mantan istri dan juga anakmu. Terlepas dari kesalahan ibunya, apa Orion bahkan bersalah? Apa ia bahkan minta dilahirkan dalam situasi begini? Kau langsung membuang mereka, hanya memberi uang tanpa sedikitpun memperhatikan kenyamanan mereka."

Wajah Edward mengeras, ia menatapku tajam. Aku tak peduli dan kembali melanjutkan, "bahkan denganku, kau bertingkah seolah aku binatang peliharaanmu. Kau kira karena kubiarkan kau berhubungan badan denganku, berarti kau bisa mengekang seluruh kehidupanku?"

Edward tak akan mengerti meski kujelaskan sanpai mulutku pindah ke belakang kepala sekali pun. Aku menyudahi ucapanku dan kembali menghela napas panjang. "Pulanglah, kuanggap kita berakhir."

"Kau pikir aku akan menyetujuinya?" Edward menggeram, mendorongku masuk ke kontrakanku dan menutup pintu dengan menendangnya.

Twenty OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang