Chapter 03 - Tentang Minho

13.2K 1.8K 129
                                    

Minho jalan santai di lorong perusahaan menuju ke ruangannya. Hari ini Minho udah harus kembali ke rutinitasnya sebagai CEO dari perusahaan besar di kota ini. Sebenernya bosen sih ngejalanin hari hari monoton kayak gini, tapi kembali lagi, inilah pekerjaan Minho dan mau gak mau Minho harus tetap menjalaninya.

Gak jarang Minho dapet sapaan dari beberapa pegawai yang gak sengaja papasan sama dirinya dan seperti biasa Minho bakal ngejawab seadanya. Ingat, Minho itu bukannya angkuh atau sombong, dia cuman terlalu kaku aja.

Dari kecil Minho emang udah berada di lingkup keluarga kaya, perusahaan ini pun merupakan warisan dari ayahnya, Minho jadi jarang bergaul dan kebanyakan ngehabisin waktu dengan mempelajari data perusahaan atau cuman sekedar ngebaca baca buku yang ada di perpustakaan di rumahnya. Gak heran kalau Minho tumbuh jadi CEO yang pinter, bahkan Minho udah ngembangin perusahaan ini dengan baik.

Karena otak dan parasnya itu, Minho jadi digilai banyak pegawai baik perempuan maupun laki laki di perusahaannya, namun sayang, Minho gak pernah mulus dalam masalah percintaan, miris banget sih Ho.

Karena hal itu pula nyebabin Minho masih melajang meski umurnya sekarang udah nginjek 25 tahun.

Namun Minho gak mau ambil pusing, justru sekarang Minho malah berpikir jika menjalin hubungan itu akan menjadi merepotkan dan berujung sakit hati. Paling bakal diselingkuhin lagi.

Cklekk...

Minho ngebuka pintu dengan tulisan CEO di atasnya, langsung jalan dan duduk di kursi kebanggannya guna menyelesaikan beberapa pekerjaan.

Baru beberapa menit Minho berkutat dengan laptop dan juga kertas di hadapannya, Minho mendadak ngelempar semua kertas yang dia pegang ke atas meja kemudian mulai mijit pelipisnya sendiri.

"Astaga sangat melelahkan."

Bukan, bukan pekerjaan yang Minho maksud, dia udah terbiasa berkutat dengan tugas ini selama bertahun tahun, lagipula Minho baru aja dateng masak dia udah capek kerja. Usut punya usut, Minho ternyata barusan ngeluh tentang kelakuan Jisung yang mampu ngebuat dia ngelus dada mulu.

Tadi pagi sebelum berangkat ke perusahaan, Minho ngedapetin apartementnya kotor lagi dengan banyak bekas jejak sepatu, kerjaan siapa lagi kalau bukan Jisung?

Mana kemarin Minho udah bolak balik masuk kamar mandi lagi dan tadi pagi dia harus beberes dulu sebelum pergi kerja, Minho tuh capek guys, capek.

"Sepertinya pekerjaan hari ini tidak terlalu banyak." gumam Minho pelan sembari ngeliat jam tangannya, jadwal Minho hari ini cukup kosong, dia cuman perlu nemuin klient jam satu siang nanti dan sekarang masih pukul sembilan. Masih ada waktu hanya sekedar untuk mengistirahatkan diri.

Minho lalu milih ngatur laptopnya dalam mode sleep sebelum akhirnya Minho jalan ke luar dari ruangannya. Sarapan di kantin gak kedengeran buruk, lagipula Minho belum sarapan tadi pagi.

"Eh?" Hyunjin kaget waktu ngedapetin Minho duduk di sampingnya, gak biasanya sahabatnya itu sarapan di kantin, kan biasanya Minho bakal sarapan di apartementnya.

"Kenapa rau wajahmu terlihat sepeti itu?" tanya Minho heran.

Hyunjin masih setia natep Minho kaget. "Kenapa lo di sini Ho? Gak lagi nyasar kan?"

Hyunjin doang emang yang manggil atasannya makek gue-lo. Tapi santai aja, Hyunjin udah kenal sama Minho dari lama, Hyunjin bahkan sekarang udah jadi sekretarisnya Minho dan banyak ngebantu bantu Minho dalam menjalankan perusahaannya.

Jangan mikir macem macem dulu, alasan Minho gak milih sekretaris cewek dan malah mempekerjakan Hyunjin adalah selain kemampuan Hyunjin yang emang bagus, Minho itu males banget kalau sekretarisnya bakal selalu gagal fokus pas disampingnya.

Kan Minho bosen harus ngejelasin ulang hal yang sama. Maklum lah Ho, emang siapa sih yang gak galfok kalau di deket lo, ya gak?

"Tidak." jawab Minho pelan kemudian mulai ngebuka bungkus roti isi yang tadi dia beli.

"Mau?" tanya Minho pas ngerasa kalau Hyunjin masih ngeliatin dia dari tadi. Hyunjin seketika tersadar dan ngegelengin kepalanya.

"Gak makasi, nasi goreng ini lebih enak." Hyunjin kemudian mulai ngemasukin nasi gorengnya ke dalam mulut lagi. Minho sih ngedikin bahunya aja, Hyunjin ini emang addict banget sama makanan yang namanya nasi goreng, tiga kali makan sehari, bisa bisa menu Hyunjin nasi goreng doang.

"Cobalah memakan makanan ringan saat sarapan, kasihan pencernaanmu." ucap Minho yang mulai sesi ceramahnya, meski dirinya kaku tapi bukan berarti Minho itu cuek, kadang kala Hyunjin ngerasa kalau Minho ini bunda keduanya.

"Blablabla...anggap aja gue gak denger oke."

Minho berdecih kemudian muter bola matanya males dan milih untuk lanjut memakan sarapannya.

Minho jalan lesu kemudian ngemasukin pin sandi pintu apartemetnya. Ternyata pertemuannya tadi sama klient cukup melelahkan, klientnya itu terlalu banyak tanya yang berujung dengan Minho yang harus menjelaskan ulangh. Tapi beruntung semuanya terbayar karena sang klientnya pada akhirnya menjalin kerja sama dengan Minho.

Kalau aja tadi batal, bisa aja Minho kelepasan nonjok wajah klientnya, udah nyita banyak waktu banget anjir.

Dan seperti biasa, bukannya ketenangan yang Minho dapet, hal pertama yang Minho lakukan setelah ngebuka pintu apartement adalah ngehela nafas lelah. Kali ini emang sih apartement Minho gak berantakan, cuman kok aromanya agak aneh ya.

Mencoba mempertajam indra penciumannya, Minho kemudian ngebawa kakinya buat ngelangkah menuju ke dapur, sumber bau aneh ini berada.

Dan sumpah demi apapun, detik ini juga Minho pengen menggal kepala Jisung, tuh anak malah naruh buah durian di atas meja makan. Minho kan gak suka bau durian, oleh sebab itu Minho langsung nutup mulutnya dan lari ke arah toilet, mencoba mengabaikan Jisung yang keluar dari kamar sambil ketawa ngakak.

Sial, liat aja, abis ini Minho pasti bakal balas dendam.

Sial, liat aja, abis ini Minho pasti bakal balas dendam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Tertanda, 27/03/2020

Bee, tugas tugas kampret

Mogu Mogu [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang