33

329 39 7
                                    




































Masa orientasi dimulai lagi, generasi baru muncul lagi. Waktu terasa berlalu begitu saja bagi Tiara. Dulu dia yang ada disana, berdiri dilapangan utama dengan 12 kunciran berhias pita warna merah.

Tiara terkekeh sendiri, kembali mengingat setidak patuh apa dia dulu waktu PPLK.

Ujian modal asal-asalan tapi lulus.

Nyasar di hari pemberkasan

Lalu ketemu Kovalen untuk pertama kali.

Ah Kovalen, Tiara jadi ingat lagi. Mereka sering berdebat dulu lalu berakhir dengan Valen yang menghukumnya untuk kesalahan-kesalahan sepele. Lalu panggilan Desember, skandal, sampai insiden setelah drama.

Rasanya seperti baru kemarin kenangan itu terjadi.

"Ra, ayo turun kebawah. Ke lapangan."

"Demonya kan masih lama."

Tiara masih bertahan ditempat, membuat Rossi harus ekstra kuat menariknya.

"Turun anjir, ntar lo nyesel."

Tiara mau gak mau menurut, lagi malas debat, lagi malas juga keluarin tenaga buat nahan tarikannya Rossi. Tuh cewek badannya ramping tapi tenaganya gede.

Akhirnya mereka berdua turun dari lantai empat lewat lift biar gak cape kalau pake tangga. Tiara juga pasrah-pasrah saja saat ditarik Rossi, berlarian dari gedung bahasa kelapangan utama.

"Lo harus denger kak Valen ngomong apa."

Hah? Apa?

Mereka berhenti, lumayan dekat dengan barisan para maba yang kali ini sedang khusu mendengarkan Valen berbicara diatas podium panitia.

"...Faham kan? Gue tekanin lagi. Selama PPLK fokus sama tugas kalian, sama agenda kalian, jangan sibuk pacaran atau pedekate. Apalagi kalau ada cewek yang namanya Tiara yang modusin kalian jangan ditanggepin. Gue bakal turun tangan kalau kalian berani nanggepin dia."



WAH

Tiara melongo, mulutnya terbuka sempurna merasa shock. Ini Valen mau bales dendam atau gimana? Mau malu-maluin dia? Wah? Ngajak tawuran.

Tiara masih diam ditempat, matanya mengerjap saat Valen menoleh kearahnya. Memberikan senyum miring sialan khasnya seperti biasa. Gak cuma senyumnya aja yang sialan, orangnya juga.

"Cukup sekian dari saya, terima kasih."

Cowok itu turun, kembali kearah panitia dengan biasa, tak sadar baru saja memancing api perang. Bahkan saat cowok itu berhasil kembali ketempatnya, ia masih sempat menatap Tiara dengan seringai menyebalkan membuat cewek pucat itu semakin naik pitam.

Oke, Balas dendam itu manis. Apalagi kalau balas dendam sama orang sejenis Kovalen pasti akan jadi lebih manis.



















































Tiara menggerutu, sepanjang jalan menuju sekret seni terus saja mendung. Mengingat ulah Kovalen saat ini. Sial, hari ini banyak yang natap dia aneh, banyak yang isengin banyak juga yang terang-terangan hindarin. Kovalen dan mulut sialannya memang harus diberi pelajaran.

Cewek itu mendesah lagi, mau jalan kearah sekret mengambil tasnya yang memang sengaja ditinggal disana. Dia berbelok langsung mengerem saat melihat Valen didepannya. Panik, berusaha mencari jalan memutar tapi keburu dilihat Valen.

Drama ; Klimaks (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang