"Pernah kefikiran jadiin Tiara pacar gak?"
"Gue sama Tiara? Mana mungkin."
Yang Tiara tahu, dia dan Jebi sudah bersahabat dari kecil, dari sebelum dia lahir mungkin. Seakan telah diatur dia yang dari dulu selalu berdua dengan Jebi, TK yang sama SD, SMP sampai SMA, barulah setalah itu jalan mereka berpisah.
Jebi dan gengnya di Cakrawala sementara dia dan Bambam harus terdampar di Rajawali. Tapi meski begitu mereka tetap sama-sama.
Hanya itu, dia gak pernah kefikiran hal lain. Mungkin, sekali dua kali dia pernah gak nyaman saat Jebi punya pacar. Tapi tetap saja, sesibuk apapun cowok itu tetap saja ada untuknya.
Mereka gak cuma sahabat, lebih kayak saudara. Jebi lebih mirip kakaknya dibanding Suho, cowok itu yang selalu jadi tempatnya cerita pertama kali. Masa iya ada kata baper diantara mereka berdua?
Siapa sih yang mulai jodoh-jodohin dia sama Jebi dulu?
Kenapa semua orang mikir dia dan Jebi ada apa-apa?
Pintu kaca itu terbuka, Arin masuk sambil membawa beberapa sekarung kecil pupuk dari gudang. Cewek itu biasa-biasa saja, cenderung gak merasa keberatan dengan bobot benda yang dia peluk itu.
Realisasi dari cewek berpenampakan lemah tapi bertenaga babon.
Setelah berhasil memasukan karung-karung itu kedalam lemari dia kembali kemeja kasir. Duduk disana sambil menunggu pembeli yang akan datang. Dia gak berbuat banyak hanya duduk diam dan menunggu, tapi akhirnya bosan sendiri karena keadaan toko yang sepi, ditambah melihat Tiara yang dari awal melamun, bahkan diam saja saat dia kesusahan mengangkut banyaknya barang tadi membuatnya jadi penasaran.
"Lo kenapa Ra?"
Cewek berambut panjang itu bertanya meski kemudian harus menghela nafas lelah karena Tiaranya gak kunjung menjawab.
"Ra? Woy!"
"AAAAAAAA GUE PUSING!!!!!!!"
Arin berjengit, menatap takut-takut dari mejanya khawatir cewek yang baru saja berteriak itu kerasukan.
"Ra." Panggilnya masih dari mejanya gak berani mendekat. "Kenapa?"
Yang ditanya masih gak menjawab. Kini malah memeluk lutut menjatuhkan kepalanya disana. Pundung.
"Kenapa sih anjir?"
Rekor
Bahkan untuk orang seperti Arin saja Tiara berhasil bikin ngumpat.
"Gue bingung." Cewek itu mencicit.
Arin menghela nafas entah sudah berapa kali. Dia merapatkan bibir, bangun dan mendekat pada Tiara.
"Kenapa sih?"
Tiara mengangkat kepala, memanyunkan bibir dengan kedua mata berkaca-kaca. Lebay, tapi orang sedih mana sadar kalau lagi lebay.
"Rin, lo udah punya pacar?"
Arin mengangkat alis. Kok gak nyambung? Perasaan Arin nanya apa Tiara Jawab apa. Hadeuh. "Gue lagi gak sama siapa-siapa." Dan bodohnya masih saja Arin jawab.
Tiara terdiam, mukanya tetap memelas meski perubahan matanya jadi serius.
"Lo pernah jatuh cinta gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama ; Klimaks (TAMAT)
FanficPada alur drama, klimaks adalah titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi.