27

304 43 20
                                    






























"Gimana kak?"

Kovalen mendengus, menyaksikan Tiara berinteraksi dengan Keanu diujung meja sana. Mata kecil cewek itu melebar, menguarkan pandangan penuh harap yang menggemaskan.

Cih, ngapain sok imut segala sih itu ular.

Inginnya Valen bilang begitu, tapi gengsi. Dia sudah terlanjur memainkan peran untuk tidak peduli. Sayang sekali kalau harus gagal cuma karena Tiara kembali menel. Lagipula disana ada Keanu, saingannya saat ini. Akan jatuh harga dirinya kalau terang-terangan panas didepan mereka berdua.

"Gak apa-apa Ra. Cuma kecapean, tekanan darahnya sedikit dibawah normal sih tapi sisanya baik-baik aja. Badannya juga agak hangat mungkin kurang istirahat aja. Suruh banyak minum vitamin sama atur pola makan sama tidur aja cukup."

Tiara mendengarkan dengan seksama, memperhatikan Keanu yang biasanya lebih banyak diam itu berbicara banyak. Padahal cowok itu bukan anak kedokteran, tapi dari cara bicaranya udah mirip kayak dokter-dokter kece di drama korea.

Tiara mupeng.

"Gue keluar dulu kayaknya tadi dipanggil Dio. Lo disini aja nanti kita balik berdua." Tanpa menunggu jawaban, Keanu begitu saja pergi.

Tiara diam, kemudian menghela nafas, menyadari ia baru saja melihat Keanu tanpa berkedip. Lagian cuma liat Keanu pake stetoskop doang kenapa dia jadi lumer sih? Gampangan banget matanya Tiara ini.

"Ekhem."

Tiara tersentak, lekas memalingkan muka menemukan Valen diatas ranjang menatapnya biasa.

Lah dia lupa kalau dia kesini buat nemenin mantan berobat.

Cewek itu jadi ikut berdehem, berusaha berakting biasa saja. "Kenapa kak Len bangun? Harusnya kan istirahat?" Tanya Tiara.

"Gue mau pulang." Kata Valen pendek.

Tiara menggigit bibirnya, merasa gak nyaman sama situasi canggung kayak gini. Mending berantem kayak dulu sebelum mereka pacaran dari pada diem-dieman begini. Tiara jadi mati kutu sendiri.

Merasa ada pergerakan lain Tiara lekas mengikuti. Begitu saja jadi mendekat kearah ranjang dimana Valen sudah berdiri dan memakai jaketnya.

"Ko pulang? Kalau gak ada yang mendesak Istirahat aja dulu. Ini juga masih jam berapa poliklinik juga masih lama tutupnya." Kata Tiara menyerocos.

Valen menghela nafas, menggerakan badannya jadi menghadap Tiara sepenuhnya. Tiara refleks mendongak dengan Valen yang tiba-tiba saja menunduk menatapnya lekat. Kalau gini keliatan banget perbedaan tinggi mereka.

Valen kemudian tersenyum tipis. "Khawatir yah?"

Tiara mengerjap cepat, begitu saja memalingkan wajah. Entah untuk alasan apa tiba-tiba saja merasa malu.

Yaelah, ngapain dia sok peduli sih? Liat kan Valennya jadi senyum sialan begitu.

"Eng-gak." Jawab Tiara cepat.

Valen tak bergeming, justru melangkah maju dengan muka tetap menunduk. Mata teduhnya memandangi Tiara yang mendadak malu-malu kucing begini. Ular kalau berubah jadi kucing ternyata memang lucu.

"Kenapa liat kesitu? Gue kan disini." Valen masih menggoda dengan Tiara yang kemudian jadi mendengus kesal.

"Kak Alen ketinggian. Leher gue pegel." Jawab cewek itu seceplosnya

"Yaudah nih gue nunduk nih." Valen semakin menunduk, Tiara jadi gelagapan dan melangkah mundur.

"Apasih. Mundur sana." Kata cewek itu mendorong dada Valen menjauh.

Drama ; Klimaks (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang