Tiara berjalan menuju sekret, agak terburu-buru seperti biasa. Hari ini cewek itu cukup tenang, berusaha gak menarik perhatian siapapun.
Pokoknya jangan sampai ketemu lagi.
Begitu mantra yang dia ucapkan dalam hati, meski nyatanya mustahil karena dia dan Valen sudah ditakdirkan memilih UKM yang sama.
Semenjak minggu lalu cewek itu memang sering uring-uringan. Bahkan semalam, sebelum dia datang ke kampus buat latihan demo UKM dia jadi tak tidur nyenyak dan mendadak insomnia. Padahal dia kemari untuk UKMnya. Tapi memang dasarnya makhluk gamon, disentuh sendikit langsung ambyar.
Tapi yang kemarin itu bukan sekedar sentuh doang yah. Itu namanya nyosor. Ya gimana Tiara gak kembali goyah kalau cowok tiang itu mainnya sosor-sosoran. Apalagi nyosornya dipoliklinik gitu kan makin deg-degan.
Tiara membuka sepatu, menaruh di rak samping sekret kemudian masuk. Ini masih jam tujuh, wajar kalau yang lain belum datang, apalagi ini masih jadwal libur kuliah membuat semakin mustahil ada yang mau datang pagi-pagi.
Cewek itu jadi menghela nafas, mengambil posisi menyender pada jendela, menampilkan beberapa anak mapala lagi latihan simulasi pemakaian alat-alat climbing. Sayangnya ini sekret seni, anak seni gak ada yang serajin itu buat datang pagi dan latihan, bahkan Tiara yakin anak-anak masih banyak yang baru bangun tidur dan belum mandi. Hhhh Tiara kudu sabar.
"Liatin apa?"
Tiara menoleh, langsung melotot dengan refleks mundur hampir menabrak lemari. Dia meneguk ludahnya, terkejut melihat Valen tiba-tiba saja berdiri disampingnya, bertanya dengan nada berbisik seperti tadi.
Merinding.
Valen mengangkat alis, memperhatikan bagaimana cewek itu memasang sikap defensif padanya. Dia jadi berdiri tegak, melipat tangan berusaha tenang.
"Kenapa lo? Gitu amat sama gue?" Tanyanya terdengar biasa saja.
Namun kemudian tangan Tiara terangkat, menjulurkan telunjuk pada Valen membuatnya jadi waspada.
"Lo! Lo ngapain tiba-tiba disitu hah? Lo bukan setan yah gak usah tiba-tiba muncul." Tiara setengah teriak, tanpa ragu menunjuk-nunjuk Valen didepannya.
"Dih. Lo kalau grogi biasa aja dong gak usah ngegas gitu."
"SIAPA YANG GROGI SETAN??!!" Kali ini Tiara benar-benar teriak membuat Valen didepannya refleks menjingkat kaget.
"Kata lo gue bukan setan ko sekarang dikatain setan?"
"Cih."
Tiara mendecih keras, memalingkan wajahnya memasang ekspresi kesal yang kentara. Dia menarik nafas, berusaha menenangkan diri dari letupan adrenalinnya tadi.
Kenapa momennya selalu begini? Selalu aja dia datang disaat Tiara sudah merasa tenang. Padahal tadi dia udah lumayan lupa, mengira cowok in bakal datang berbarengan dengan anak-anak yang lain jadi Tiara tidak perlu mencemaskan. Tapi sekarang cowok malah didepannya, didalam sekret berdua saja dengannya.
Kan jadi merinding lagi.
"Gue kira lo bakal hubungin gue."
Tiara yang kini berdiri kaku menyender lemari tertarik, mengangkat kepalanya memandang Valen dengan dua tangan didalam celana itu berbicara.
"Yang kemarin itu di poliklinik. Gue kira lo bakal marah. Hubungin gue atau chat gue maki-maki gue atau yang lainnya yah lo tau lah maksud gue." Valen memegang belakang lehernya, menarik garis bibirnya merapat.
Dia canggung.
Tiara terpaku. Kini malah terpesona sendiri dengan kelakuan Valen yang malu-malu itu. Cewek itu bahkan tak berkedip saat Valen membasahi bibirnya, sedikit menggerakan kepala dengan kedua alis hampir menyatu sambil berfikir keras.
"Gue kan udah cium lo."
JDUARRR
Tiara gagal terpesona. Sebagai gantinya mata cewek itu justru melebar dengan mulut sedikit terbuka. Dia kaget.
"Kalau gak lemparin rumah gue pake batu yah minimal maki-maki gue ditelepon." Valen kini menggerakan tangan, menggaruk ujung alisnya yang tak gatal. "Tapi liat lo yang diam aja kayak gini bikin gue narik kesimpulan sendiri."
Ada jeda sejenak. Valen sengaja berhenti dengan Tiara yang dengan bodohnya masih diam menunggu.
"Lo suka yah gue ci..."
Mulut Valen dibekap. Tiara tanpa malu menerjang cowok itu, menutup mulut cowok itu mencegahnya berbicara lanjut.
Oke Valen memang setan
Bagaimana bisa dia membicarakan hal sepribadi itu secara gamblang begini? Disekret? Bagaimana kalau ada yang tiba-tiba masuk lalu mendengar mereka? Beneran cari mati.
Kini keduanya terlihat lebih mirip sedang bergulat, dengan Valen yang sibuk berusaha melepaskan diri dan Tiara semakin menguatkan posisi. Merasa tak ada cara lain tangan Valen bergerak, menarik rambut panjang Tiara yang hari ini sedang dikuncir satu itu.
Tiara mangaduh, refleks melepaskan bekapan kemudian menjauhkan diri dari tangan Valen yang memegangi rambutnya kuat. Cewek itu mengumpat tanpa suara menatap Valen tajam.
"Gak usah kesempatan megang-megang mulut gue. Sini kalau mau dici..." Mulut Valen dibekap lagi.
"Lo tuh yah. Bisa gak sih jangan ngomongin itu mulu." Tiara mengomel, terdengar jelas ada tanda kesal dalam setiap katanya.
Valen mengangguk saja pura-pura patuh membuat Tiara mau tak mau melepaskan bekapannya lagi.
"Cium."
Tiara melotot lagi dengan Valen kini menyeringai jahil. Cowok itu merasa puas begitu saja melihat Tiara sudah siap-siap meraung
"Kak Alen!"
"Apasih? Ngapain masih malu gitu lagian kita gak cuma sekali pernah ciu..." Valen merapatkan bibir kemudian berdehem. "Kita lakuin itu gak cuma sekali. Respon lo kayak gue ngapa-ngapain lo gitu."
Tiara menarik nafas frustasi. Dia menyerah, bagaimana caranya menghadapi spesies ini Tiara udah nyerah. Lagipula otak mereka memang sudah berbeda sejak awal. Otak kotor cowok itu tidak bisa dikontrol lagi dan Tiara tak sanggup.
"Jangan pernah lakuin itu sama orang lain." Valen tiba-tiba saja mengubah nada bicaranya, agak memelan dengan aksen tambahan yang terdengar serius membuat Tiara kembali siaga.
Gak jangan sampai tertipu, jangan sampai zonk lagi.
"Hmm?" Tiara hanya menggumam. Pura-pura tak tertarik.
"Selain gue." Cowok itu menatap Tiara tepat, " Jangan lakuin itu selain sama gue."
Ternyata gagal. Tiara malah membisu, kehabisan kata begitu saja. Tubuhnya seakan difreeze begitu Valen kembali lagi menyihirnya.
"Gue pengen jadi satu-satunya."
Janga tanya mereka ngapain aja dipoliklinik kemarin kalian belum cukup umur^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama ; Klimaks (TAMAT)
FanfictionPada alur drama, klimaks adalah titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi.