Prologue: Outside The Paradox Soul

744 129 26
                                    

HARI ITU adalah kesalahan terbesarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI ITU adalah kesalahan terbesarnya.

Jutaan perasaan yang kalbu; yang terpendam dari segala asa; definisi dari satu titik rasa bersalah itu datang dan menyatu bersama gradien terbesar di lubuk hati. Seandainya saja ia tidak gegabah dalam bertindak, apa situasi akan tetap sama?

Musim dingin yang buruk.

Terkadang manusia memang terlampau dungu pada hal-hal ringan yang tak terlintas secara naluri. Fragmen kehidupan terus berjalan dan tanpa manusia sadari, mereka telah merusak beragam fenomena yang tak pernah tersentuh. Dan tanpa manusia sadari, mereka hanya sedang berproses menghancurkan diri sendiri dan orang lain; menjadi butiran abu yang tak pernah utuh kembali.

Apa? Kenapa manusia terkurung di dunia keji ini? Apa yang manusia cari?

Bodoh.

Orang itu tertawa terbahak-bahak, meluapkan segala pedih di balik topeng keceriaan; menertawakan dirinya dan takdir yang payah; yang terjebak di dimensi keputusasaan jiwa. Bagaimana ia telah membiarkan seseorang terjebak di dalam jeritan, kehausan darah, akal termanipulasi, dan permainan pembunuhan tidak wajar. Semua itu seharusnya terjadi padanya, seorang diri tanpa orang lain perlu cicipi.

Namun untuk seorang pecundang, mereka akan berseru menyenangkan. Bayangkan, melakukan segala sesuatu yang bertolak belakang dengan hatimu, tetapi ragamu begitu menikmatinya. Seolah-olah sikap ini hanya tertuju pada satu: menuruti segala tempat persembunyiannya.

Bagaimana dengan belahan jiwa yang tidak tahu apa-apa? Di mata mereka, abnormal itu menakutkan; saraf otak berseru untuk selamatkan diri. Jelas, intruksinya berkata jika segenap jiwa mereka tidak bisa menerimanya.

Seharusnya ia tidak menyeret orang lain selain dirinya. Seharusnya ia tidak pernah terbuka kepada orang lain. Namun setiap kata "seharusnya" yang terlontar  hanya akan menjadi omong kosong belaka. Biarlah terpendam sendiri dan menjadi tak waras karenanya ketimbang teman-temannya terluka. Ah, bukan. Mungkin lebih tepatnya, ketakutan di dalam kegelapan; jurang kehancuran; kebahagiaan fana; dan terjebak di ruang waktu yang tak pernah kau sadari.

Tidak ada yang bisa kau keluhkan. Sebab dunia memang sekeji itu. Tak peduli siapa pun orangnya, selalu akan ada pihak yang terluka dan tertawa di atas kemenangan. Tak peduli bagaimana lingkar setan menjerat, manusia hanya bisa bertahan. Pertahankan segala hak-hak, ragamu, jiwamu, kehidupanmu, semua yang menjadi milikmu.

Semua orang lelah, semua orang telah sampai pada titik membingungkan. Jenuh. Tidak ada yang mengerti putaran takdir. Apa kau rela menyaksikan orang-orang di sekitarmu ambruk terkalahkan takdir tak berkeadilan? Mereka terluka; sebagian menjadi depresi; melompati takdir dengan menjemput maut lebih cepat; sebagian lagi memerlukan diagnosa kejiwaan. Lalu dengan entengnya, dia menyembunyikan semua itu.

Tidak ada yang waras pada titik normal sekalipun.

Maka setelah waktu bermain cukup lama sesuai ketetapan, meski bagian terburuknya sebentar lagi tiba dan terjebak di ruang sendu, mari selesaikan hari ini. []

DISCLAIMER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DISCLAIMER

This is a work of fan fiction and written only for fiction. Names, characters, places, conflicts, events, incidents, everything is purely for the sake of the story without meaning anything bad.

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang