15 - Trust You, Should I?

107 41 3
                                    

Ada satu hari di mana aku menyesali sesuatu, dan kuharap aku dapat memperbaikinya. Memang tak ada kata terlambat, namun pantaskah aku?

RANCANGAN SEDERHANA di dalam otaknya seharusnya tak serumit ini jika Sehun tak datang mengulurkan tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RANCANGAN SEDERHANA di dalam otaknya seharusnya tak serumit ini jika Sehun tak datang mengulurkan tangan. Xiumin berniat tak melawan kendati lelah diperlakukan layaknya manekin tak berjiwa. Menjadi musuh sejuta umat? Tak masalah. Toh setelah permainannya selesai, ia akan menjumpai neraka setelahnya. Berhadapan dengan Sehun, sempat terlintas jika sang adik adalah harapan terakhirnya. Tapi semua itu pupus tatkala Sehun rela menjual jiwanya demi Xiumin.

Ini tak masuk akal. Jelas tak masuk akal. Apa ia tak belajar dari masa lalu?

Tapi hei, bukankah yang terjadi belakangan pun memang sudah mencapai batas yang tak dapat dipahami nalar?

Xiumin tidak percaya jika sekian pekan tak berjumpa, Sehun mendadak berubah dan menjadi superhero pribadinya. Banyak hal yang telah terjadi tentunya selama ia mengacau. Sehun menjadi sedikit lebih ... dewasa? Terlebih sekarang ia terus memaksa Xiumin agar datang menemui teman-temannya yang lain. Selagi kewarasannya masih hinggap selama satu minggu, Xiumin tidak akan menyakiti mereka, begitu katanya.

Namun tetap saja, setelah tanpa malu menghilang dan melukai mereka ... kemudian datang kembali ... ah, jelas. Sangat buruk sampai-sampai Xiumin enggan menemui mereka sekalipun ingin. Setidaknya sebelum semuanya selesai, ia harus menjaga jarak. Sebentar lagi, mereka akan menjadi musuh. Xiumin tidak ingin menyakiti mereka. Lagi

"Jangan konyol, Sehun! Aku dulu pernah mengancam Suho. Jika aku ke sana, ancamanku tidak akan ada apa-apanya. Dia bisa bertindak ceroboh untuk terus mendekatiku," tolak Xiumin tegas.

"Maka dari itu kita harus menjelaskan semuanya."

"Dan rencana penyerahan jiwamu itu?" balas Xiumin tajam. Sukses membuat lawan bicaranya mengatupkan rahang. "Jika mereka tahu, mereka akan sama sepertiku untuk menolak. Kita sama-sama tidak ingin kehilangan satu sama lain." Ia merasa jiwa frustrasinya kembali merasuki. Di lain sisi Xiumin tidak ingin terus mengomelinya sebab Sehun sudah cukup dewasa bahkan untuk mengurus dirinya sendiri dan bertanggungjawab atas pilihannya. Namun, anak itu membuatnya tidak tenang.

"Maaf Sehun ... aku tidak bisa," tutur Xiumin serak. "Terima kasih, aku pergi sekarang."

Buru-buru Sehun menghalangi dan mencengkeram pergelangan tangan Xiumin. "Tidak─maksudku, maaf. Jangan pergi, kumohon." Ada harapan putus asa dari nadanya.

"Apa kau trauma? Takut?" Xiumin bertanya lembut.

Ah. Sehun merasa lega. Setidaknya, ia masih bisa merasakan kehangatan seorang Xiumin. Jangan ambil orang ini, dia terlalu baik untuk menjadi jahat. Sehun semakin ingin melindunginya ... kakaknya yang sangat ia sayangi. Setetes air mata sukses berlinang membasahi pipinya, dan terus mengalir lebih deras sampai-sampai Sehun tidak dapat menahannya.

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang