10 - The Next Target

146 56 6
                                    

Tangan-tangan kejahatanku muncul karena kebodohan kalian. Jiwa ini tak tahan melihat kalian menderita meski raga ini begitu menikmatinya.

MEMBUKA LUKA lama yang belum kering, Sehun tidak bisa membiarkan pria bernama Hojin itu masuk kembali ke lingkar kehidupannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEMBUKA LUKA lama yang belum kering, Sehun tidak bisa membiarkan pria bernama Hojin itu masuk kembali ke lingkar kehidupannya. Ia masih menempatkan bokongnya secara nyaman di tempat duduk koridor rumah sakit. Tetapi mungkin Sehun tidak punya cukup tenaga untuk sekadar merenggangkan otot.

Tidak ada ribut-ribut lagi. Hanya kesibukan para dokter, suster, dan orang-orang penting rumah sakit yang mengisi indera pendengarannya. Barangkali para wartawan masih berjejer berseru ingin masuk dari luar, tapi toh tidak terdengar sampai ke dalam. Ia seperti manusia yang menumpang tinggal di rumah sakit, meski hanya dengan duduk di sana.

Bertemu dengan Hojin sungguh sebuah kesialan.

Mereka saling mengenal sejak lama, namun Hojin tetaplah orang asing di hidupnya. Namanya sudah ia kubur cukup dalam supaya tidak pernah hadir mengganggu hidupnya. Terlebih, Sehun sekarang punya segalanya. Ia tampan, rendah hati, kaya, terkenal. Tidak usah tanya bagaimana keakrabannya dengan teman-temannya. Ia tidak butuh pria itu. Pria berengsek yang menghancurkan hidupnya sekali genggam. Kenapa orang itu datang lagi? Ah iya, sudah dimulai. Saking nyamannya dengan hidup, Sehun lupa jika ada kejutan spesial menanti. Padahal, masa lalu telah lama memperingati.

Tidakkah orang itu sadar apa yang telah dilakukannya pada Sehun dan teman-temannya? Sekadar mengingat sekilas saja, ia cukup muak.

"Kita mungkin berpisah. Tapi saat kau dewasa nanti, jangan harap kau bisa terbebas dariku."

Sudah cukup, hentikan sekarang juga! Ia ... tidak ingin panorama masa lalunya menghantui lagi. Bersamaan dengan air mata yang hampir tumpah, sebuah nada menenangkan muncul. "Sehun, ini aku. Kulihat kau tidak baik-baik saja."

"Suho H-hyung?" panggil Sehun parau, seperti merengek pada seorang ibu. "Kenapa ada di sini?"

"Tentu saja menengok keadaan Chanyeol ...."

"Tadi pagi Chanyeol Hyung masih bersamaku ... tapi lihat sekarang? Aku ... a-aku membiarkannya," isak Sehun. Pertahanannya runtuh. Ia tidak bisa membendungnya lagi. "Ini salahku. Aku tidak mencegahnya."

Tidak. Itu bukan salahmu.

Kendati tangisan Sehun terdengar memilukan, Suho tidak melakukan apa-apa untuk menenangkannya. Ia bergeming layaknya telur yang siap pecah kapan saja. Saat ini, kondisinya juga sama-sama buruk. Menguatkan diri sendiri saja tidak bisa, bagaimana untuk orang lain? Daripada menghancurkan diri sendiri, bukankah ditemani saja sudah cukup? Yang penting, Suho tidak meninggalkan Sehun sendirian.

Dalam kurun waktu sebulan lebih, saksikanlah bagaimana mayapada mampu menghancurkanmu. Semuanya sudah diselimuti kabut penyesalan, kebingungan akan tujuan hidup, dan amarah. Tak ada lagi ketenangan, pun bulir kebahagiaan yang selalu dinanti. Mungkin memang ada, tetapi harus melewati badai tersebut lebih dulu.

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang