24 - Fragmented Seemingly

95 33 0
                                    

MALAM MENYAMBUT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAM MENYAMBUT. Gelap gulita, sehingga sulit sekali bergerak tanpa penerangan. Lihat, mereka benar-benar nol persiapan.

Menyadari Suho tampak begitu parno dengan kegelapan dan tengah berada di desa pemujaan iblis (yang menurutnya mengancam nyawa), pilihan mereka satu-satunya ialah menumpang bermalam di rumah Serri─bukan pergi secepatnya. Bis tidak akan beroperasi malam-malam begini, dan toh letak rumahnya tidak jauh dari bukit. Seusai menaruh alat penggali tanah di gudang belakang, membasuh badan, mengganti pakaian dengan kimono pria yang dipinjamkan Serri, mereka pun makan malam bersama.

Sekilas dari luar tampak tak terlalu hidup dan membosankan. Namun begitu memasuki pintu masuk, kau akan disuguhkan aura Dinasti Jeon. Cukup tua, namun mampu menyihir mata. Lantaran terlalu sering bergaul dengan kehidupan modern yang canggih, keduanya sama-sama canggung terhadap kesan yang didapat dari memasuki hanok ini. Suho kira akan terdapat atmosfer menyeramkan dari lukisan, topeng, atau apalah. Nyatanya hanya rumah biasa, tak ada apa pun yang menjadikannya seolah pemujaan. Barangkali ada di ruang bawah tanah atau bagian belakang, letaknya disembunyikan. Namun memangnya, Serri mau repot-repot memperlihatkan? Jelas sekali tidak.

"Begitu ya, kalian tidak menemukan kotaknya," tutur Serri setelah mendengar cerita Sehun. "Ayo dimakan yang banyak, kalian pasti lelah sekali menggali seharian. Kalau saja aku tahu bakal begini, akan kusiapkan bekal terlebih dahulu. Bisa-bisanya kalian hanya bertekad mencari kotak tanpa memikirkan kondisi sekitar, dan berdampak pada kalian sendiri." Ia menggelengkan kepalanya. Sudah dewasa namun masih seperti anak kecil saja. Serri pun agak ragu, memangnya mereka bisa menghadapi ini? Mungkin, jika keajaiban sedang berbaik hati.

"Maaf telah merepotkan," lirih Sehun menundukkan kepalanya, merasa bersalah. Sebenarnya ia tak ingin Serri ikut serta mengkhawatirkan mereka. Sebagai orang tua yang telah kehilangan keluarganya, Serri seharusnya hidup dengan tenang mencari kebahagiaan. Ia tidak boleh mengurus perihal yang dapat membuatnya stres kembali.

Terlebih, kini anaknya berada dalam dead zone.

"Suho dari tadi diam saja." Pandangan Serri beralih pada Suho yang sibuk memakan nasi. "Apa kau takut berada di sini? Tenanglah, tak ada yang membahayakan. Kau aman."

Kendati ketenangan menyertai, Suho tidak merasa demikian. Bukan hanya ketakutan pada desa pemujaan iblis, tetapi perasaannya mulai kambuh dan ia takut mulai menggila ditelan keputusasaan. Mereka gagal menemukan kotak itu─yang dipercayakan Xiumin. Bagaimana ... bagaimana jika ia mengecewakannya? Bagaimana jika tak ada cara lain selain pada apa yang ada di dalam kotak?

"Iya, terima kasih. Sepertinya hanya terlalu kepikiran," sahut Suho cepat.

"Soal kotak itu?"

"Saya rasa. Belakangan ini saya mudah stres."

Serri memandang Suho iba.

"Tante tinggal sendirian di sini?" tanya Suho, tiba-tiba merasa perlu bertanya. "Saya pikir akan menemukan suami Tante atau anak Tante yang lain─barangkali."

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang