Sejatinya kita semua adalah pembohong. Tidak ada yang mau menunjukkan wajah asli masing-masing, bukan? Sekalipun kau punya orang yang dipercaya, kau selalu punya rahasia yang tak pernah dilontarkan.
SERANGKAIAN PERISTIWA yang terjadi belakangan terus menumpuk dan menciptakan suatu benang merah tak terduga. Bermula dari hiatusnya Xiumin, seolah dari sana sumber masalah bermunculan. Seolah, Xiumin adalah papan start-nya. Siapa yang bakal menyangka kegilaan ini terjadi?
Akal sehat biasa saja tak ingin mempercayai aktualitas tersebut. Semuanya sudah tertulis manis dalam benang merah, menunggu gilirannya tiba dan mulai bermain. Skakmat. Tidak ada yang ingin mencampurinya selagi rasa cinta pada nyawa masih ada. Tidak ada yang ingin masa bersantainya diambil. Tidak ada yang ingin minuman jahenya sudah tak lagi hangat untuk ditegak.
Sekalipun menutup telinga dari kebisingan dunia, bukankah sudah kodratnya sebagai manusia untuk melewati segala ujian hidup?
Ah, tidak. Ini bahkan lebih buruk dari sekadar ujian.
Sebagai salah satu eksponen yang mempermainkan hidup seseorang, Xiumin akui ulahnya memang kejam. Tak berperasaan. Sinting. Namun percayalah, di balik hatinya, ia mengiris penyesalan yang amat pedih. Terdapat dua perasaan yang bertolak belakang dalam dirinya saat ini. Tetapi, jiwa putihnya memudar dan tidak bisa memberontak. Hei, memangnya siapa aku? Xiumin tidak mengenal dirinya sendiri.
"Hyung...," tutur lelaki di hadapannya dengan lemah, hampir terjatuh. Seluruh tubuhnya bersimbah darah dan sudah terlalu mengenaskan. Pasti kau kesakitan sekali, ya?
Tatkala iris mata mereka bertemu, Xiumin merasakan napasnya menderu dan sel-sel ototnya lepas. Sungguh, ia tak tega. Sorot mata Lay menyiratkan sesuatu, seperti: "Aku pasti membantumu." Setidaknya, Xiumin mengartikannya demikian.
Tetapi, apa yang bisa dibantu dari kondisinya saat ini? Sama sekali tidak terelakan.
"Lay-ah ...," panggilnya. "Apa kau masih ingin bersenang-senang?" Nah, ayolah. Bahkan gairahnya bangkit lagi. Ia tidak bisa melepaskan teman-teman walaupun sangat ingin. Apa pun yang dilakukannya saat ini sama sekali bukan dirinya.
"Boleh," jawab Lay tanpa ragu. "Asal k-kau membe... baskan Chen, biarkan aku saja yang─"
Belum habis semua perkataan sosok malang tersebut, Xiumin sudah melucuti luka baru pada tubuh Lay. Ia menarik kerah bajunya, mendekatkan wajahnya sehingga Xiumin bisa dengan jelas melihat bagaimana sosok bernama Lay bereaksi. Membebaskan Chen? Ha! Yang benar saja? Dia ingin menjadi pahlawan yang memilih menolong orang lain kendati kondisinya lebih buruk?
Memuakkan.
"Kira-kira permainan apa lagi yang cocok untukmu?" desisnya.
Lay memekik tatkala Xiumin yang tak berperasaan menendang perutnya, menjambak rambutnya, dan memukul kepalanya. Tanpa ampun, Lay tidak bisa mengelak. Xiumin sudah seperti binantang buas yang sedang menghabisi mangsanya, tidak akan membiarkannya lepas. Tersirat dalam sang wajah jika Xiumin menikmati semua ini. Ia kehilangan kendali, sudah sinting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resolve the Day
Fanfiction『 C O M P L E T E D 』 [ EXO DARK FANFICTION ] Memasuki tahun keenam sebagai idola, aransemen prinsip bermusik nyata mereka telah lenyap. Xiumin ditarik kembali pada eksaltasi yang lebih pekat dari kegelapan; potensial otak Suho berlebihan; keresaha...