34 - Fade Away

95 30 1
                                    

Desember 2018, kembali berjumpadengan musim dingin di Seoul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Desember 2018, kembali berjumpa
dengan musim dingin di Seoul.

SEBAGAI MAKHLUK yang ditakdirkan untuk berlabuh di dunia fana, suatu saat nanti sang kaki pasti menginjakkan diri di tanah abadi. Manusia kerap kali dihadang ujian; permasalahan hidup yang membuat ingin menyerah dan mati saja. Sejatinya kehidupan itu memang seperti roda, terkadang berada di atas dan juga di bawah. Titik balik kehidupan sesungguhnya ada pada saat-saat itu; merasakan kebahagiaan seringan kapas, meraih kesuksesan, lalu jatuh seolah seluruh dunia musuhmu, sengsara dan kehilangan arah, lantas belajar dari yang sudah-sudah untuk kemudian bangkit kembali atau masih tenggelam di lubang yang sama.

Jelas sekali bukan? Jika pada akhirnya segala kebahagiaan dan kesuksesan tak akan berarti di tanah abadi nanti, maka tak perlu kau genggam terlalu erat perkara dunia beserta isinya. Janganlah perfeksionis menghadapi lika-liku dunia untuk selalu mendapat hasil yang terbaik. Janganlah menyerah tatkala musibah menimpa atau diberi ujian berat. Percayalah, titik balik kehidupan itu selalu ada. Beragam kejutan selalu menanti di masa depan. Untuk meraih kebahagiaan sejati, bukankah wajar jika dirundung kesedihan mendalam terlebih dahulu?

Manusia juga diberi kesempatan untuk memilih jalan hidupnya, meski hal tersebut dikembalikan lagi pada kuasa Tuhan. Setidaknya di sekeliling mereka selalu dipenuhi pilihan-pilihan yang mempengaruhi masa depan. Hidup tidak semonoton itu kok, tidak selamanya selalu berkehendak atas garis takdir sedari lahir.

Dalam momen kehidupan yang berjalan kelewat cepat ini, setiap insan pasti memiliki kisah dan persoalannya tersendiri. Nantinya memberi pengalaman serta pelajaran, yang kemudian dikembalikan pada tiap-tiap insan bagaimana semua itu dapat diterima. Seberat apa pun hidup, jika kita bisa menerima garis takdir yang diberikan, itulah arti hidup yang sesungguhnya.

Namun tentu, makna tersebut tidak langsung tertanam di otak, melainkan untuk menyadarinya harus melewati lika-liku panjang. Sebuah pelajaran, lebih tepatnya.

Kai yakin nestapa hitam yang menggelayuti Suho merupakan salah satu dari sekian fase saja. Kalau ditanya mengapa ia berpikir demikian, mungkin saja─mungkin─garis takdir sang kakak memang ditetapkan untuk merana terlalu lama. Kai berkali-kali meyakinkan diri, bahwasanya suatu hari nanti, Suho bisa menerima dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu.

Segalanya pasti perlahan membaik. Pasti.

Dan berjumpa kembali dengan Suho yang ia kenal.

Jadi, selama beberapa bulan belakangan, Kai sibuk mengunjungi sang kakak untuk sekadar mengetahui perkembangannya. Sebab belum sepenuhnya stabil, Kai dilarang terlalu sering bertatap muka secara langsung. Kondisi pasien masih membutuhkan pengawasan ketat dan tak boleh sembarangan bertemu orang meski tergolong kerabat dekat─sebab siapa tahu dengan bertemu orang lain, kepala pasien dihantam kilas balik, serangan panik, atau apa pun yang menyebabkan kambuh.

Agak sedih sebetulnya, namun mau bagaimana lagi. Kai menyerahkan pengobatan Suho dengan sepenuh hati pada pihak rumah sakit jiwa. Lagi pula, ia sendiri tak bisa apa-apa. Terkadang berbagai pikiran buruk mengacau isi kepalanya yang sudah ia susun susah payah. Bagaimana jika memerlukan waktu lebih lama lagi? Atau, bagaimana jika ... Suho tak pernah membaik?

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang