07 - An Illusion

161 67 11
                                    

SORENYA LAY memutuskan untuk mengunjungi desa Yangdong untuk suatu kepentingan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SORENYA LAY memutuskan untuk mengunjungi desa Yangdong untuk suatu kepentingan. Tidak ada rehat sejenak atau apa pun itu; Lay tidak bisa membiarkan waktunya berada di sini menjadi sia-sia. Berkata pada Suho bahwa dirinya hanya berjalan-jalan di sekitar apartemen adalah bohong. Ia sedikit merasa penat, rasanya masih ada sesuatu yang mengganjal di dada. Sehingga Lay pergi ke sana untuk memastikan dugaannya. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa ini memang salah.

Mengabaikan petuah manajernya, ia mengakui hal itu─yang merupakan kesalahan besar. Ini penyimpangan, penyimpangan. Seharusnya, pertemuan bersama para anggota EXO tidak pernah terjadi. Tidak pernah.

"Manusia memang tak pernah lepas dari yang namanya salah, 'kan?" tanyanya pada diri sendiri, lebih bermaksud untuk menenangkan.

Masih ada semburat oranye di ujung cakrawala; kendati seharusnya pencahayaannya masih cukup, Lay merasa suasananya cukup angker karena perpaduan senja buta dengan bayangan pohon-pohon raksasa berwarna hitam itu terlihat seperti film para penyihir. Di mana di jalanan sepi penyihir tersebut menculik seorang gadis agar perawannya tetap ada.

Duh, semesta sudah seperti ini ya? Sudah banyak berubah, semakin tua usia, lalu berimbuh disukai para manusia melebihi batas. Memang sih, terlalu banyak kesenangan yang menggiurkan di depan mata dan juga sebaliknya. Lewat jalanan yang dilaluinya, Lay merasa asing dengan lanskap yang disuguhkan; seakan ini bukan bumi yang orang-orang kenal.

Ya, ampun. Menakutkan juga.

Ia memperlambat laju mobilnya. Mengemudi selama satu jam lebih sedikit melelahkan, bisa dilihat daerah yang hendak dituju semakin dekat. Suasana khas pedesaan mulai menyapanya. Pohon-pohon di kanan-kiri, bukit tinggi yang ingin ditelusuri, bau tanah yang memikat, dan udara segarnya membuat Lay tak tahan. Huh, ini seperti pulang ke kampung halaman secara mendadak!

Tidak apa kan, datang tanpa diundang?

Ia masih bisa merasakan keasrian dari desa ini. Agak meragukan, sebenarnya. Barangkali tempat yang ditujunya sudah tidak bernyawa atau malah hilang ditelan bumi. Sebab sudah ... sedikit berbeda.

Usai mencari tempat parkir yang dirasa cocok, Lay harus berjalan kaki untuk menempuh perjalanan selanjutnya; tempat (atau mari kita sebut rumah) di satu sudut desa. Menyebalkan sih, karena seingat Lay jaraknya sangat jauh.

Desa ini tidak banyak berubah dari segi penampakan. Duh, sedikit rindu pada kenangan masa kecil. Saudara dari neneknya tinggal di sini sudah cukup lama. Sehingga acap kali liburan musim dingin dan panas datang, keluarga Lay memilih untuk menginap di desa untuk melepas penat kesibukan kota. Tak banyak sih, yang bisa Lay banggakan; karena mungkin hanya sebatas bermain ala anak-anak desa yang tradisional. Beranjak dewasa, sedikit buruk dan itu malapetaka.

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang