14 - Crazy Gay

121 44 11
                                    

SEUKIR KISAH lama yang telah memudar, bahkan sang pemilik kisah tak menginginkan hal tersebut merasuki setiap sumbu sel ingatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEUKIR KISAH lama yang telah memudar, bahkan sang pemilik kisah tak menginginkan hal tersebut merasuki setiap sumbu sel ingatannya. Ingin hilang ingatan, tapi itu artinya akan melupakan apa yang sudah ia miliki saat ini. Setiap malam, atau bisa jadi setiap detik, bayang-bayang itu terus menghantuinya. Memuakkan. Tentu meloncat dari gedung atau menenggelamkan diri ke dasar laut dan membiarkan raganya tersedak kubangan darah tampak lebih menarik.

Tetapi, tak bisa. Meski jelas-jelas ia menginginkan kebebasan, selalu ada yang menahannya. Namun hidup ini terlampau memuakkan dan tak memberinya jeda untuk bernapas. Tak ada bedanya apakah kini ia masih hidup atau tidak. Sama sekali tak merasa sedang menguasai raganya sendiri. Kalau begitu, matilah! Tidak, tidak semudah itu. Pengecut? Dia bukan pengecut. Lagi pula, mampu menghabisi temannya sendiri secara ganas apakah pantas disebut pengecut?

Demikian hidupnya yang memberikan kesialan. Saat sang raga seutuhnya berada di kendalinya, mengapa ia harus bertatap muka dengan seorang pria berengsek yang membuatnya tak waras? Kilatan matanya menyiratkan jika ia sunguh membencinya, namun di satu sisi ia sangat berterima kasih tanpa tahu harus membalas apa. Gila.

"Minseok, kau benar-benar bisa kuandalkan!" ucapnya bangga. "Kau mau apa? Katakan saja, my good boy."

Xiumin mengumpat dalam hati. Anjing sialan.

"Ah, kau ingin beristirahat ya? Silakan, aku beri waktu seminggu. Itu lebih dari cukup bukan untuk mengganti kerja kerasmu?" tawar Hojin, menyeringai puas. Tentu saja kesepakatan itu terjalin secara sepihak.

"Hentikan semua ini," tukas Xiumin. Rahangnya mengeras dan tangannya terkepal kuat. Selagi kewarasannya masih ada, setidaknya ia ingin memperjuangkan hak-hak miliknya. "Sejak awal aku tak pernah menyetujuinya. Siapa kau, yang beraninya mengatur hidupku? Kau punya hak atas itu, hah?!" Amarah yang tersulut dalam hatinya berkobar. Benar, Xiumin tidak tahan lagi. Melihat teman-temannya terluka karena dirinya, kata siapa ia tidak merasa bersalah? Justru, ketakutkan itu terus menggerogoti jiwanya.

Hojin itu abnormal. Ia berteman dengan ilmu gelap dan hal-hal semacam itu. Membuatnya tidak waras dan berpikir jika bermain dengan para manusia sungguh menyenangkan. Semuanya selalu berhasil tertutupi dengan sempurna sebab Hojin punya sesuatu yang bisa diandalkan. Pria itu punya mereka. Ya, mereka yang tak kasatmata selalu setia membantunya. Mereka yang akan menghapus segala jejaknya. Membersihkan semuanya, dan membantunya melancarkan aksinya. Bahkan aksi Xiumin sendiri. Mereka disebut, iblis. Tetapi bisa jadi, Hojin ialah pimpinan iblis itu sendiri.

Pria itu sungguh manipulatif. Publik mengenalnya sebagai seorang dokter yang berhati malaikat. Persetan dengan itu. Riwayat hidupnya saja tidak jelas. Tentu saja sengaja disembunyikan supaya tak tersingkap fakta gelap.

"Kita baru saja memulai Minseok," balas Hojin datar, "bonekaku tidak boleh berhenti. Sulit sekali mencari manusia yang kuat sepertimu, kau sangat berharga. Aku tidak akan rela menukarmu dengan yang lainnya."

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang