13 - The Theory and A Little Hope

114 45 6
                                    

"SESEORANG BERNAMA Hojin pelakunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SESEORANG BERNAMA Hojin pelakunya."

Baiklah, lelucon macam apa barusan? Suho berusaha mencerna kalimat yang dilontarkan Sehun beberapa detik lalu. Keningnya berkerut. Ia memelototi Sehun yang entah mengapa tidak ada tanda-tanda keraguan. Raganya begitu percaya diri memaparkan fakta yang diketahuinya. Tidak, ini pasti bohong.

"Aku memang tak punya bukti yang kuat," Sehun melanjutkan, "tapi aku punya ingatan bagaimana Hojin melakukannya. Masih tertempel jelas di otakku, bahkan terulang di mataku."

"Tunggu dulu," potong Yunho. "Hojin, Tuan Hojin yang di rumah sakit itu? Ayahmu?"

Sehun balik bertanya, "Ya, siapa lagi memangnya Hyung? Hojin yang kukenal hanya satu."

Yunho sempat ternganga beberapa saat sebelum akhirnya tertutup kembali. "Tidak, kau pasti mengarang cerita. Bagaimana mungkin kau menuduh keluargamu sendiri? Jangan mengada-ada!" Sambil menghela napas, Yunho memijit pelipisnya. "Tidak mungkin orang itu. Kenapa kau─"

"Aku tidak asal menuduh," bantah Sehun sambil berdiri. Gerak-geriknya seakan ingin mengungkapkan sesuatu, namun tertahan. Ia tidak bisa. "Kita kan sedang berbagi isi kepala, bukankah wajar jika ada percekcokan?"

"Tapi jika sampai ke Hojin-ssi aku rasa itu berlebihan," seru yang lain.

"Dia terlalu baik untuk menjadi dalang di balik semua ini."

Terlalu baik. Bah, Sehun ingin tertawa. Ternyata Hojin sangat pandai berpura-pura ya? Andai Sehun bisa melepaskan topengnya dan berteriak pada semua orang jika inilah sang wajah asli. Tetapi, mendengar bagaimana sosok Hojin di mata orang lain, ia merasa tersakiti. Derita di batinnya membara. Namun sebelum ia ingin membela pendapatnya, Suho menyentuh pundaknya lembut.

"Jangan. Kita diam saja dulu, ya?" pintanya.

Bagaimana mungkin Sehun bisa menolak? Amarahnya buyar, dan yang tersisa kini rasa sesal dalam hati. Mungkin berpura-pura tuli, hingga indera pendengarannya mendengar kata Xiumin disebut-sebut. Selagi masih menahan emosinya agar tak meluap-luap, Sehun memilih untuk mengunci bibir. Barangkali, ia bisa saja berujar kesalahan dan orang-orang tidak mempercayainya. Melelahkan.

Ketimbang menyulut api di antara para senior dan juniornya yang hadir, bisa tetap di sini tanpa didepak saja sudah bagus.

"Kita tidak menganggap Xiumin dalangnya, tapi dicurigai ya?" gumam Changmin menyimpulkan. "Hah, benar-benar rumit. Kalian tahu, Xiumin yang tiba-tiba menghilang itu timingnya pas sekali. Kita jadi berpikir yang tidak-tidak."

Di sisi lain, Suho sama cemasnya. Ia dilanda kebingungan apakah harus buka suara atau tidak. Masalahnya ia bahkan tidak tahu apa yang terjadi dan jika ia sampaikan, bukankah sama saja dengan menyebarkan aib atau kebohongan? Merasa muak dengan dirinya yang tak banyak membantu, Suho berusaha untuk tetap tenang. Ketika kondisi memungkinkan, saat itulah ia bisa berdiri menyampaikan argumen.

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang