26 - Difficult Mind and Step

94 36 4
                                    

APABILA SATU orang telah berkhianat, maka kelompok berhak meninggalkannya dan melindungi yang lain; melindungi yang berhak dilindungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

APABILA SATU orang telah berkhianat, maka kelompok berhak meninggalkannya dan melindungi yang lain; melindungi yang berhak dilindungi. Tak ada waktu untuk sibuk mengambilnya berada di satu pihak kembali.

Menyingkirkan perasaan pribadi terkait seberapa banyak kenangan yang dilewati bersama, Sehun melesat dan menggerakkan kakinya untuk menghantam perut Lay. Orang itu terkejut, hendak membalas namun Sehun lebih dulu membekuk tangannya ke belakang punggung dan menjatuhkannya ke lantai. Sehun menahannya sekuat tenaga; menempatkan tubuhnya untuk menindih Lay.

"Keterampilan yang bagus sekali," puji Lay, berusaha melirik sang adik.

"Lemah," sindir Sehun sinis.

"Aku hanya mengalah, tahu?"

Sehun berdecak, amarah dan jengkel membaur jadi satu. "Kau ini serius tidak? Menodong teman sendiri dengan pistol perlu dipertanggungjawabkan." Meskipun Lay belum menodong pistol pada mereka, sih.

"Serius, kok," jawab Lay, sama sekali tak menunjukkan keseriusan. Terkesan main-main, malah.

Terakhir kali sosok Lay yang mereka ingat, ialah tubuh yang jauh-jauh datang dari Cina muncul, bersua mengenai keanehan Xiumin, berbagi beberapa informasi yang tidak mereka ketahui, dan sebuah dorongan untuk menyelesaikan masalah ini─sama seperti Sehun dan Suho. Mulanya, Lay seperti penyelamat; di tengah ketidaktahuan, ia mengulurkan tangannya. Walau mereka manusia biasa dan kala itu belumlah seratus persen memahami situasi, bukankah itu seperti memberi sepercik harapan?

Kenapa mendadak bertolak belakang?

Suho nyaris tak bisa menjernihkan kepala. Ia mengepalkan tangan; menatap sang kawan waspada dan berjalan mendekat. Ia marah, sangat marah. Menurut Suho, berkonflik yang bertengkar sampai memaki dan menyakiti hati masih lebih manusiawi ketimbang berkhianat untuk membunuh. Bukan tanpa sebab, berniat menghilangkan nyawa orang─terlebih teman sendiri─merupakan tindakan kriminal yang tak termaafkan. Tak akan pernah, sekalipun belum terealisasikan, kepercayaannya pasti lenyap.

"Apa maksudmu, Lay?" tanya Suho, mendesis liar. "Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau malah ...." Ucapannya menggantung hampa; tak sanggup untuk diteruskan.

"Lay Hyung, apa kau serius?" Kai ikut masuk di antara pembicaraan. Sebagai salah seorang yang tidak mengetahui apa-apa, tetap saja, rasanya ... menyakitkan.

Seharusnya bukan begini. Seharusnya─

Lay bersiul panjang dan rendah. "Kuberi tahu, ya, Seoul tidak aman, bahkan apartemen ini juga. Kalian harus pergi sebelum ketidakwarasan merasuki kalian." Ia memamerkan deretan giginya. "Tapi coba pikir, kalian mau kabur ke mana? Tak ada tempat yang aman lagi."

Persetan dengan kesurupan massal! Untuk sebuah tali pertemanan erat, tak ada yang lebih penting selain memastikan kebenaran apakah sang teman berkhianat atau tidak. Memang, seseorang bisa saja sewaktu-waktu pergi menjauh dan hubungan pecah berkeping-keping layaknya kaca. Namun, haruskah di situasi yang memaksa untuk tetap bersatu, ia memisahkan diri begitu saja? Bahkan dengan sisa orang yang ada, rasanya mereka belum cukup kuat─dan kini harus kehilangan satu orang lagi?

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang