"Re, rasanya punya pacar tuh gimana sih," tanya Tari penasaran. Sejam yang lalu dia berpikir keras dan hanya mencoret-coret bindernya tanpa ada tulisan yang berguna.
"Biasa saja sih, tidak ada specialnya. Memangnya kenapa?" tanya Rea balik, gadis itu memakan bentonya dalam diam.
"Win!" Tari kali ini memanggil sahabat karibnya yang duduk tepat di depan bangkunya. Verilwin Eanstar, tapi Tari lebih nyaman memanggilnya Winly. Kata Tari, terdengar lebih friendly dan terkesan dengan nama Indo ketimbang harus memanggil dengan nama Veril. "Lo pacaran sama si doi kan udah lumayan lama, gimana rasanya?"
"Gak tahu ah, males gue ngomongin si bocah," jawab Veril berapi-api, sepertinya dia bertengkar lagi dengan cowoknya.
Tari langsung diam, tak ingin bertanya lagi. Mungkin Veril sedang PMS.
"Kalo lo, Zania?"
"Emangnya lo pikir punya pacar nolep ada cerita bahagianya? Gak ada yang 'wah' banget tuh, B aja. Sama kayak kata si Rea," tukas Zania cepat, meminum susu cokelat kotaknya sebelum kembali bertanya. "Lo kenapa sih rusuh banget nanya-nanya pacaran? Mau pensiun jadi jomblo lo?"
Tari mendesis, dia tak suka kalau bahan risetnya belum lengkap. "Gue mau nulis cerita tenfict-romance. Ini pertama kalinya gue nulis genre beginian. Tapi gue belum punya bahan. Gak tahu rasanya pacaran tuh gimana."
Tari menghela napas samar. Melanjutkan, "Jangankan pacaran, cobain PDKT sama gebetan aja nggak pernah."
"Kelamaan nulis genre fantasy sih lo, makanya gak tahu sama dunia nyata," celetuk Veril asal. Rea tertawa, sedangkan Tari dengan cepat menggeplak kepala Veril.
"Sakit lho, anjay!"
"Terus gimana ini?!" tanya Tari, dirinya nyaris berteriak frustasi. Dia sudah coba semua genre, mulai dari advanture, misteri, thriller, fantasy, bahkan sci-fiction sekalipun. Tari bisa menyelesaikan bukunya dengan mudah untuk genre-genre diatas, tapi untuk romance ... Tari punya nol pengalaman.
"Kenapa tidak coba pacaran sama orang yang memberi kamu inspirasi untuk karakter si bad boy kembar dicerita kamu sebelumnya? Siapa tahu nanti dapat feel-nya," saran Rea asal. Bertepatan pula dengan orang yang dimaksud memasuki kelas dengan rusuh, berteriak-teriak seperti orang gila. Membuat heboh orang-orang yang melihat kedatangannya.
Tari menggelengkan kepalanya cepat, bulu kuduknya sampai berdiri saat membayangkan dirinya jika beneran berpacaran dengan orang yang Rea maksud. "Oh, no. Ogah banget," tolak Tari mentah-mentah.
***
Tari sedang duduk berkumpul dengan teman-teman seper-Kpopannya. Berbicara perihal album baru BTS dan juga teori-teori barunya. Yang paling cepat semangat membahasnya adalah si tiga serangkai: Sam, Rian, dan William. Sedangkan Tari dan Veril lebih banyak mendengarkan.
"Cariin gue pacar gih, Win."
Veril yang tengah asyik men-scrool layar ponselnya dan berselancar di Internet tak begitu mendengarkan pertanyaan Tari. Jadi dia asal menjawab, "Tunggu bentar, ntar gue cariin. Masalah gampang itu," jawabnya dengan enteng.
Sontak Tari tertawa, "Anjir, lo kira nyari cowok buat diajak pacaran segampang nyari foto-foto Jeno dipinterest?"
Verilwin yang mendengar celetukan Tari pun segera mengangkat kepala, baru menangkap apa pertanyaan Tari yang sebenarnya. "Yah geblek! Gue kira lo minta cariin visualisasi buat cerita lo. Gak ada anjir. Cowok mana yang mau sama cewek no lep, kudet, lagi buluk kayak lo?"
Tari mencebik sebal mendengar perkataan Veril, menoyor pelan kepala gadis itu. Lagu Voicese dari Stray Kids berputar lewat earphone yang Tari pakai, ketiga teman cowoknya masih belum menaruh perhatian pada topik obrolan antara Tari dan Veril.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI REVISI✓] cover by @Ttmdesaignart [SPIN OFF SATU TIKET PULANG] Seharusnya seorang Tari Ashallegra, gadis biasa-biasa saja, kudet, punya sikap cuek terhadap gosip hot disekolahnya dengan otak pas-pasan yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai...