Kamu adalah langit malam, sedangkan aku adalah jurang nan dalam. Kita adalah perpaduan buruk yang tak seharusnya ada, tapi jelaskan padaku kenapa aku tetap menyukainya?
-orang yang tak diketahui-
Pernahkan kalian menemukan orang yang rela berjam-jam tanpa melakukan apa pun hanya demi menyelesaikan apa yang dikerjakannya, padahal kerjaan itu tampak rumit dan sama sekali tidak menyenangkan?
Atau melihat seseorang yang larut dalam apa yang dikerjakannya hingga lupa waktu? Hingga melupakan dirinya sendiri?
Tari pernah menemukannya dan orang itu adalah dirinya sendiri.
Dulu Zania dan Rea pernah bertanya seperti ini padanya, “Lo nulis novel selama dua tahun lebih tanpa ada kemajuan, misalnya kayak buku lo diterbitin atau minimal lo punya pemasukan kayak bikin komik dan lo nggak pernah berhenti, apa lo nggak jenuh? Apa otak lo nggak capek dan nulis itu terlalu buang tenaga padahal nggak ngasilin apa-apa?”
Tentu saja Tari pernah jenuh. Tentu Tari pernah berpikir jika menulis tak pernah menghasilkan sesuatu apa pun pada kehidupannya. Tak ada imbas yang jelas terhadap apa yang dia lakukan di dunia kepenulisan yang dia geluti.
Tari bahkan pernah menangis pada Veril dan bilang jika dia ingin berhenti saja menjadi penulis. Pikirnya apa yang di lakukannya sama sekali tak berguna dan hanya pemicu rasa lelah yang kian bertambah setelah sekian banyak kegiatannya disatu hari penuh. Tulisannya juga mulai terasa hambar dan kosong tanpa emosi, seperti tulisan dari orang yang tak memiliki hati. Veril jelas kaget waktu itu, Tari yang tak pernah mengeluh soal dunia ketik-mengetik itu tiba-tiba tampak begitu frustasi. Veril menyarankan Tari untuk mengambil jeda sejenak, berhenti dari segala kegiatannya didunia kepenulisan.
Mulai dari situ, Tari berhenti untuk mengirimkan tulisannya pada klub Jurnalistik agar bisa dipajang dimading sekolah, padahal dua tahun semenjak menyandang status sebagai Siswi Cahaya Biru, Tari tak pernah absen sekali pun mengisi Majalah Dinding sekolah. Juga berhenti membuat file baru dilaptopnya dan menghapus sekian banyak work yang ia kerjakan tanpa henti. Menutup aplikasi Wattpad miliknya dan membiarkannya berdebu selama berminggu-minggu. Tidak menyentuh binder dan berhenti membuat out line untuk rencana novel selanjutnya seperti yang biasa dia lakukan.
Tari totalitas ingin berhenti, bahkan sampai tidak menulis buku diary yang sudah menjadi sahabat akrabnya sejak pertama kali mengenal alfabet.
Bukannya merasa senang, Tari justru merasa kian tersiksa. Kepalanya yang selalu overthinking tak mempunyai wadah untuk menumpahkan pemikirannya.
Berlahan Tari mencoba mencari hobby baru agar tak kembali bersentuhan dengan dunia kata, dan dia jatuh cinta—lagi pada musik dan mencintai musik melebihi yang sebelumnya (itulah awal mula mengapa Tari bisa menjadi kpopers). Tapi tetap saja seperti ada yang kurang, seolah musik bukanlah ruang yang sebenarnya untuk dia berpulang. Seperti ada yang hilang, seperti ada hela napas yang diambil dari paru-parunya.
Veril menyarankan Tari untuk menulis diary agar bisa mengurangi insomnianya. Dua minggu, dan itu berhasil membuat Tari menjadi lebih baik dari pada yang semula nyaris seperti zombie. Tari masih mencoba membenci menulis, karena otaknya masih berpegang teguh soal menulis tak mendatangkan manfaat apa pun untuk dirinya. Tapi saat membaca novel-novel terkenal sekelas Tere Liye, membuat hati Tari bergetar. Ada bagian dirinya yang disentil hebat dan ingin menjadi seperti penulis-penulis hebat tersebut.
Hingga tak sengaja dia menyentuh majalah Bobo, majalah bekas dari masa kecilnya yang selalu dia dapatkan di pasar loak saat berbelanja dengan ibunya itu dulu selalu berhasil membuat matanya berkilauan akibat kagum. Saat itu Tari jelas mengingat bahwa dia mengatakan, “Suatu saat nanti, aku ingin menjadi penulis.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI REVISI✓] cover by @Ttmdesaignart [SPIN OFF SATU TIKET PULANG] Seharusnya seorang Tari Ashallegra, gadis biasa-biasa saja, kudet, punya sikap cuek terhadap gosip hot disekolahnya dengan otak pas-pasan yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai...