Rumit jika soal hati. Digenggam erat dia akan mati, terlalu dilepas dia akan pergi.
-Someone Behind the Lense-
(Warning: bertebaran foto yang bersifat adiktif, jadi hati-hati selama membaca)
Tari takjub dengan kerja studio milik Taka. Mungkin karena terlalu lama bekerja sendiri di depan laptop, Tari jadi tak tahu kalau pemotretan bisa punya pemandangan semengagumkan ini.
Set photoshoot diatur sedemikian mungkin, karena Hanji hanya perlu fokus ke parfume sebagai objek promosi, jadi latar belakang yang digunakan hanya putih polos. Berbeda jika untuk promosi baju, biasanya Hanji lebih suka memakai set yang agak lebih rumis. Untuk reflector, telah selesai Taka atur, beserta dengan lighting.
Pekerjaan Tari tak banyak, hanya mengambilkan barang yang perlu Ika gunakan. Jadi kini dia hanya terdiam memandangi Ika yang sibuk membubuhkan berbagai macam make up demi menutupi beberapa bekas luka dan lebam di wajah Arseno agar tampak samar.
"Kenapa selalu ditutupi pakai foundation?" tanya Tari refleks saat Ika membubuhkan banyak foundation ke telapak tangan.
"Apanya?" Ika memandang Tari tak paham.
"Frekcles-nya." Tari menunjuk garis wajahnya sendiri, bermaksud menjelaskan aset yang menjadi salah satu poin khusus di wajah Arseno. "Di sekolah juga sering ditutupin pake foundation sama dia."
"Lo merhatiin freckles gue selama ini? Sejak kapan?" sahut Arseno cepat, karena ini percakapan mereka setelah sekian lama perang dingin dan menjauh satu sama lain, Tari jelas kaget.
Gadis itu diam, memilih tak menjawab. Nanti malah ketahuan jika Tari diam-diam mengagumi bintik-bintik yang menghiasi wajah tampan Arseno.
Hm, baru sadar Arseno tampan, Tari?
"Saran Tari bagus juga, sih. Lagi pula kita fokus ke wajah lo ntar, jadi ada bagusnya juga kalo kita pamerin freckles lho," usul Taka menyetujui masukan Tari. Arseno mengangguk paham. Setelah berbagai urusan dengan make up selesai, Arseno segera berdiri di set photoshoot.
Baju yang Arseno kenakan hanya kemeja hitam yang bagian lengannya di gulung, sedangkan dua kancing teratasnya sengaja di buka hingga menampilkan kesan yang lebih manly. Tapi Tari merasa ada yang kurang dari out fit Arseno.
Ika dan Hanji permisi keluar, katanya Ika merengek lapar karena belum makan malam. Sedangkan Icung yang tadi menemani kakaknya mengantar barang-barang memilih menunggu mereka di depan toko di temani mantan Ika--Iky-dan supir pribadi keluarga Nevan.
"Bentar." Karena terlalu exited melihat pemotretan, Tari bergegas ikut masuk ke set photoshoot untuk mengenakan kalung ke leher Arseno. Kalung itu milik Tari, sengaja dilepas, lagi pula kalungnya tidak terlalu mencolok untuk dipakai oleh laki-laki. "Kayaknya bagus kalo di tambah ini."
Arseno dibuat kaget karena Tari mau berbicara lagi padanya. Gadis berjinjit untuk memasukkan kalung lewat kepala Arseno, tapi tetap saja kesusahan, Arseno terlalu tinggi. Melihat itu pun Arseno jadi tertawa, gemas sendiri melihat Tari yang ternyata sependek itu.
"Bilang kalo butuh bantuan." Arseno menekuk kaki untuk merendahkan badan, wajah mereka sejajar, sempat saling tatap dengan jarak yang nyaris terkikis habis. Tari membeku, lupa dengan kalung di tangan.
Nyatanya Tari malah hanyut dan sibuk menikmati wajah Arseno dengan teliti, menghapal setiap titik freckles kesukaannya, mengingat baik-baik sebanyak apa bintik itu hingga bisa membentuk garis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI REVISI✓] cover by @Ttmdesaignart [SPIN OFF SATU TIKET PULANG] Seharusnya seorang Tari Ashallegra, gadis biasa-biasa saja, kudet, punya sikap cuek terhadap gosip hot disekolahnya dengan otak pas-pasan yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai...